Selasa, 13 September 2022

Mengatasi Kecemasan dalam Menulis

 

Oleh: Leni Cahya Pertiwi, SE, S.Pd (Alumni Kelas Emak Punya Karya)

Suatu hari tetangga saya datang meminjam uang, jumlahnya tidak banyak, satu juta rupiah. Dia berjanji akan mengembalikan pinjaman itu sebulan kemudian. Saya, meskipun sedikit menyangsikan janjinya, tetap meminjaminya sejumlah tersebut. Dalam hati berharap, dia akan mengembalikan tepat waktu.

Ketika tiba waktunya, tetangga saya tersebut wajahnya jadi jarang terlihat. Telah berlalu sebulan dari tenggat waktu, uang saya belum dikembalikan.

Suatu hari saya bertemu denganya secara tidak sengaja, wajahnya mendadak pucat, terlihat cemas. Sapaan saya dijawab dengan permintaan maaf  karena belum bisa mengembalikan pinjaman, padahal saya sama sekali tidak menyinggung tentang utangnya.

Ilustrasi diatas menggambarkan suatu kondisi yang membuat seseorang merasa cemas.

Lalu, apa itu cemas? Menurut KBBI cemas berarti risau hati (karena khawatir, takut); gelisah. Apa yang bisa membuat orang cemas? Jawaban ini tentu tergantung keadaan.

Seseorang mungkin akan merasa cemas saat menghadapi tes wawancara kerja, calon pengantin yang cemas menghadapi hari pernikahan yang semakin dekat, atau seorang suami yang cemas menunggu istrinya bersalin di ruang operasi, dan seperti cerita di atas, seseorang yang cemas karena takut ditagih utangnya. Pun seorang menulis, dapat  mengalami kecemasan.

Lalu, apa saja kecemasan yang dialami oleh seorang penulis?

Dikutip dari buku Modal Dasar Seorang Penulis, Cahyadi Takariawan yang akrab disapa Pak Cah menuliskan beberapa jenis kecemasan yang sering menghambat kreativitas seorang penulis.

Di antara kecemasan tersebut adalah rasa cemas terhadap kualitas tulisan, kecemasan terhadap penilaian orang lain, dan kecemasan terhadap deadline.

Cemas terhadap kualitas tulisan lumrah dialami oleh penulis pemula, bukan tanpa sebab.  Kurangnya pengalaman dan jam tulis yang masih sedikit, membayangi setiap kalimat yang akan dituangkan menjadi sebuah artikel.

Untuk mengatasinya kita hanya perlu berlatih sesering mungkin. Semakin sering menulis, semakin banyak tulisan yang mampu dihasilkan, pada gilirannya akan memengaruhi  kualitas tulisan kita. Ingat, tak ada penulis yang langsung jadi, semuanya butuh proses.

Peningkatan kualitas tulisan dengan sendirinya akan menghilangkan kecemasan berikutnya. Seorang penulis dengan jam tulis yang semakin banyak, tak lagi terkungkung oleh penilaian orang lain. Sama seperti seorang pilot pesawat yang memiliki jam terbang tinggi, akan tetap  tenang saat bertemu  awan comulonimbus. Jadi, berhentilah memikirkan komentar negatif terhadap tulisan Anda. Ingat, seperti iklan sebuah produk shampoo, ‘Rambut Aku Kata Aku’.

Untuk mengatasi kecemasan menghadapi deadline, Pak Cah menyarankan untuk membuat pengaturan waktu yang baik.

Menulis di awal waktu sangat disarankan, karena kita memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk mengendapkan tulisan. Membacanya kembali berulang-ulang, lalu menyunting menjadi artikel atau tulisan yang siap disajikan pada pembaca.

Mungkin belum menjadi artikel yang sempurna. Namun, setidaknya telah melewati proses penyuntingan berlapis, yang tentu akan berbeda hasilnya jika dituliskan dalam kondisi terburu-buru.

Masih merasa cemas dalam menulis? Tenang, Anda tidak sendirian, saya mengalaminya, bahkan tulisan ini dibuat saat saya cemas terhadap deadline. Penulis sekelas Pak Cah saja masih mengalami kecemasan kok. Hanya saja, jangan jadikan kecemasan sebagai dalih untuk tidak menulis. Salam hangat dan tetap semangat.

Biografi Penulis:

Leni Cahya Pertiwi, selain seorang penulis, dia pun berprofesi sebagai pengajar di sekolah menengah atas, Kerinci, Sumatera. Telah menerbitkan buku solo berjudul “Happy Mama, Ibu bahagia Lahirkan Generasi Mulia”

Beberapa buku Antologi: Bianglala Kehidupan di Masa Korona, Cinta Untuk Palestina, Unforgettable, Moments, Cinta Dalam Diam, Kidung Senja, Mutiara Cinta Dua Dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...