Oelah : Ledwina Eti Wuryan
Biarkan saja jika melihat anaknya jatuh karena belajar berjalan. Masalah besar jika melarang anaknya berhenti belajar berjalan. Dia tidak akan bisa berjalan selamanya. Begitupun hidup. Allah membiarkan kita mengalami berbagai pencobaan atau ujian. Allah akan sedih jika melihat umatnya berhenti bertumbuh, kehilangan iman dan harapan kepadaNya.
Sosok
Ibuku
Ibuku lahir di Solo, tepatnya di Ketandan, Klaten. Putri pasangan Bapak RM Sastro Soehardjo dan Ibu Maria Kusnah. Ibu adalah Putri ke-5 dari 10 bersaudara. Ibu Lahir tanggal 17 Agustus 1945, saat Indonesia Merdeka. Nenek bilang saat ibu lahir pagi dimana-mana terdengar teriakan “Merdeka!! Merdeka!!, bunyi itu dari radio, dari jalan, suara orang-orang yang merasakan suka cita karena merdeka.
Ibu saat kecil tinggal bersama
orangtua yang saat itu menjabat kepala
Desa. Setelah tamat SMP pada tahun 1962 ibu tinggal bersama kakak pertama, bapak
Soerhardi dan istri (Ibu Harini). Saya menyebut
mereka pakde dan bude. Pakde
Hardi menjabat Kepala SMAN 1 dan Bude Harini adalah Kepala SMPN di
Pekalongan. Ibu sekolah di SMEA Pekalongan.
Kata teman-temannya ibu adalah putri Solo, cantik pula.
Nah, saat itu Pak Sudayat adalah guru
baru di sekolah itu. Mungkin karena
saling ada cemistri akhirnya mereka berjodoh. Menurut cerita
temannya, jika akan ada ulangan sejarah
yang diajarkan oleh Pak Dayat, teman-temannya selalu membongkar tas Tari
(panggilan nama ibu). Mereka curiga jangan sampai ada soal yang diberikan oleh
pak guru. Lulus SMEA ibu tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi. Ibu kursus rias pengantin Jawa. Dua tahun
setelah ibu lulus SMEA keluarga besar dari Pak Dayat melamar ibu. Akhirnya Sang Guru
menikah dengan muridnya.
Bapak adalah
anak bungsu dari 3 bersaudara. Orang bilang Kakek dari bapak adalah
pedagang tembakau yang sukses, sawahnya banyak.
Jadi saat pernikahan Bapak Sudayat dan Ibu Sutari pestanya 3 hari 3
malam. Pestanya sangat meriah. Apalagi orang kampung cerita ibu dikenal putri
solo, hehe…, Pastinya membuat orang-orang
‘penasaran’. Benar saja, tebukti
hingga saat ini jika saya dan adik-adik
berkunjung ke tetangga saat
lebaran di kampung foto kuno pengantin Bapak dan ibu masih dipajang di rumah mereka. Saya sampai terharu dan terkagum-kagum.
Begitu mereka menghargai Bapak dan Ibu saya dulu. Saking terharunya saya
sampai menitikkan air mata. Maka kami berusaha tak pernah absen untuk bersilaturahmi
saat lebaran kepada mereka saat pulang.
Ibu adalah Wanita
perkasa
Bapak adalah guru di SPG van-lith Muntilan. Ibu adalah ibu rumah tangga. Tapi ibu berprofesi perias pengantin. Penghasilan ibu bisa dibilang lebih besar dibanding bapak saat itu. Ibu orang yang gigih dan ulet. Jika merias pengantin sampai ditempat yang jauh. Bahkan sampai di lereng gunung merapi. Ibu tak pernah menentukan tarif, terserah mereka mau memberi berapapun. Untuk keluarga kurang mampu ibu tak mau dibayar. Saya dulu sering diajak merias jadi saya tahu. Saya juga ikut kursus merias pengantin Jawa saat masih kuliah, tapi sia-sia karena saya di NTT. Ibu juga masih jadi petani, menggarap sawah warisan dari almarhum Mbah kakung ( mertua dari ibu ). Namanya Padmoredjo.
Kami biasa mengerjakan pekerjaan sendiri.
Ibu Selalu bangun paling pagi. Kami semua diajari hidup sederhana, prihatin dan
‘mandiri’. Kami juga diajari ‘usaha’ agar bisa
tahu menghargai ‘uang. Kami juga punya kios kecil, saat pagi ibu yang
jaga dan setelah pulang sekolah kami anak-anak yang jaga. Saat SMP kami jalan
kaki 7 km setiap hari. Pulang sekolah
harus belanja untuk kebutuhan kios. Bahkan kami seumuran SMP dikasih tanggungjawab
jadi agen minyak tanah, setiap belanja
per tangki (12 drum). Hingga pernah adik
saya opname di rumah sakit gara-gara
nyedot minyak tanah karena batuk-batuk parah. Kami tetap menikmati pekerjaan itu. Tidak pernah kapok. Kesibukan
itu kami nikmati dan tidak pernah mengganggu
sekolah kami. Kami tetap berusaha rajin belajar, terbukti saat SD Kami
selalu jadi juara di kelas.
Anak-anak Harus
Berpendidikan.
Bahagia rasanya bisa membanggakan orang tua. Benar kata bijak dari
pak Iman Safii : “ Jika kamu tidak mampu menahan lelahnya belajar, berarti kamu harus mampu menahan
perihnya kebodohan”. Mau pintar ya belajar. Tidak ada orang yang pintar tanpa
belajar. IQ satu % kerja keras yang 99%.
Punya IQ tinggi tidak pernah
belajar akan dikalahkan oleh orang yang
Iq-nya rendah tapi rajin belajar. Ibarat pisau tumpul kalau diasah terus
akan tajam.
Setelah lulus SMP Orang tua bermimpi semua anaknya sekolah di
Jogyakarta. Kota provinsi, kota pelajar yang jarak tempuhnya bisa 40-an km. Kami harus kos. Betapa
besarnya biaya untuk 4 orang. Orang tua menyewakan rumah kontrakan sederhana di Pak Windi. Rumah
itu kita sulap menjadi warung makan. Menunya
ala anak sekolah, nasi campur, soto dan bakso. Lokasi kontrakan itu di
depan tempat sekolahnya Edi (adik no-3)
SMA De Britto. Tetangga bernama yu Tinuk dan mbak Sri yang jadi andalan tukang
masak. Kami piket untuk membantu menjaga
saat tidak kuliah atau pulang sekolah. Bapak
dan ibu di kampung. Mereka bertugas mensuplai dana jika ada yang kurang. Kami
berharap dari hasil warung bisa
membantu biaya pendidikan. Kami ber-4 yang fokus mengelola. Bersyukur akhirnya
kami bisa menyelesaikan pendidikan SMA hingga lulus kuliah di Jogyakarta. Saya
dan dik Rita (adik nomor 2) Almamater SMA Stella Duce. Adik laki-laki Edi dan Rudi Almamater SMA De Britto da
Gama. Setelah kuliah saya di IKIP Sanata Dharma, adik no 2 dan 3 Di UGM dan bungsu Universitas Atmajaya. Doa bapak dan
ibu terkabul, puji Tuhan.
Pesan Ibu untuk
anak-anak
Dimanapun kita harus bisa
membawa diri. Ingatlah untuk terus
rendah hari. Jangan lupa berdoa dan terus
bersyukur dengan apa yang ada. Jaga mulutmu agar tak menyakitkan hati orang lain. Jika kami punya rumah
tak perlu pagar tinggi. Bukalah
terus pintu agar sesamamu bisa selalu
datang. Harus punya rasa iklas memberi dan rela berbagi. Biarkanlah
orang mengatakan apapun tentang kamu. Jangan pernah mau menang sendiri. Mengalah bukan
berarti kalah, mengalah itu indah. Jika perlu doakan dan maafkanlah jika ada
orang yang menyakitimu. Bantulah orang-orang
yang sedang kesusahan semampumu. Tuhan
memberikan cuma-cuma maka berikan dengan cuma-cuma. Trimakasih ibu, nasehatmu akan selalu kuingat, semoga kami bisa menjalankan amanahmu.
Selamat Jalan Ibu
Ditinggalkan
oleh orang yang paling kita sayangi
pasti sedih. Apalagi ibu kandung kita. Ini merupakan peristiwa
Iman. Setiap orang pasti akan merasakan. Meski demikian akan ada pelajaran yang
bisa kita ambil. Kita perlu butuh waktu untuk
menyembuhkan luka hati kita. Tetap sabar dan tawakal.
Saat itu Ibu
dalam keadaan sehat. Ibu punya penyakit asma,
jadi di rumah sedia
nebulizer lengkap dengan tabung oksigennya ( asma itu baru sekitar setahun yang lalu). Sebagai
orang tua ingin juga sesekali tinggal bersama anak kandung yang lain. Gayung
bersambut. Beruntung ibu sudah 2 kali vaksin. Kebetulan 2 adik kandung saya sudah
berkeluarga dan tinggal di Jakarta.
Dengan senang hati adikku (suami istri)
menjemput ibu ke kampung dengan mobilnya. Sekitar 10 jam sampailah di Jakarta.
Terpatnya di Jalan Bali Raya no 20, Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Seminggu
di jakarta, tepat tanggal 17 Agustus adikku merayakan Ulang tahun Ibu. Acaranya
sangat meriah. Ibupun kelihatan
sangat berbahagia. Waktupun berjalan, ibu terlihat krasan tinggal di Jakarta.
Kami sering ber-video call,
sekedar ber hello say. Ibu
selalu rutin olah raga ringan mengikuti senam, mengikuti siraman rohani
dan kegiatan-kegiatan yang lain di rumah adik. Setiap kegiatan ibu selalu diinfokan ke WA-group
keluarga.
Tanggal
6 Oktober 2021 tiba-tiba ibu drop. Badannya
lemah lunglai tak berdaya.
Dibantu degan alat pernapasan
tapi tidak ada perubahan. Tensi semakin
lemah. Akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit St. Carolus. Ibu harus dirawat inap supaya mendapat perawatan intensif. Di rumah sakit cek fungsi ginjal, jantung dan paru. Ternyata kondisi jantung ibu tidak
stabil. Kondisi badan juga semakin lemah. Beberapa hari ibu
tidak ada perubahan. Akhirnya ibu diberikan sakramen pengurapan
orang sakit (minyak suci). Puji Tuhan setelah mendapat berkat pengurapan orang
sakit ada kemajuan. Kakinya yang bengkak jadi kempes dan pulih seperti sebelumnya. Semoga
ini pertanda bagus.
Dua hari kemudian dr Devi menyampaikan info tentang kondisi jantung dan ginjal ternyata bermasalah. Tim dokter yang jadi Kapten Dr Harjo
jantung dengan data fungsi jantung 16% saja. Sekarang kondisi ginjal urgen rusak, dari dr
Peny (ahli penyakit dalam) berencana melakukan tindakan cuci darah. Meski beresiko, terpaksa ditempuh. Semoga tindakan ini membawa hasil. Semoga mukjizat Tuhan juga terjadi pada
ibu.
Berhubung ibu semakin kritis mulai ada tindakan cuci darah pertama, sambil dipantau hasil urine creatinnya. Semoga
semua berjalan baik. Sejauh ini ibu nyaman tidur...tapi, hari demi hari kondisi ibu semakin lemah . Kesedihan
menyelimuti keluarga kami. Deraian air mata
mengisi cerita setiap hari. Pendonor darah siap untuk mentranfusikan darah ke ibu. Tapi badan sudah menolak. Ibuku muntah darah.
Di Ruang rawat ibu hanya boleh dijaga oleh satu orang saja. Adikku nomor 3 yang terus menerus menjaga dan menemani
ibu dengan doa. Kudaraskan
doa kami untuk ibu dari NTT. Seluruh keluarga besar turut mendoakan.
Ternyata Tuhan lebih sayang, Tuhan memanggilnya untuk Pulang. Di hari Sabtu,
16 Oktober 2021 pukul 02.20 WIB, Di usia 76 tahun. Tuhan sudah menyiapkan tempat terindah untuknya. Ibu meninggalkan kami semua. Kini penderitaan
ibu di dunia sudah berakhir. Ibu
telah mengakhiri pertandingan yang baik. Dia telah mencapai garis akhir dan telah memelihara Iman.
Selamat jalan Ibu Caecilia Sutari .
Ibu yang terbaik. Jasamu kan
kuingat Selalu. Doaku selalu menyertaimu.
Kami
yang mengasihimu
:#Anak : Ledwina Eti Wuryani,
S.Pd, Ir. Rita Eli
Wuryandari, Ir. Laurentius Edy Wuryanto, Albertus Rudy Wurdiyanto, ST. #Menantu : Drs. Adi
Christian Muhu, Ir.Wachid
Hamidhi, Dra. Yunita
Ekasari, Margaretha Rini Dwi Lestari, SE . #Cucu: Marcel A.N Hunga Meha, S.Ars, Dwi Ananto Tehu Manja, ST, dr. Devina Hapsari, dr.Yoga Wikandaru, Yasinta
Maharani, Vincencia Laura Padmanaba, Marcelline Calya padmarini,B. Evan Aji
Prasetyo
Kitapun pasti akan menghadapNya. Cuma
kapan tak tahu Tuhan memanggil. Hidup ini sangat singkat tak perlu
berlarut-larut bersedih. Kami Iklas, kami meyakini ibu sudah tenang
diperistirahatan yang terakhir. Bapak
juga sudah meninggal duluan di bulan September 2009. Kiranya mereka sudah berbahagia bersamanya di
Sorga.
Salam
...Saya, Ledwina Eti Wuryani, S.Pd, Asli
Magelang Jawa Tengah yang tinggal di NTT
sudah 21 tahun. Seorang ibu 2 putra, sekaligus
guru Matematika di SMA Negeri 2 Waingapu Sumba Timur, NTT.
Penulis suka menulis di media masa, majalah dan buku. Sudah 40-an buku solo dan
antologi ber-ISBN yang sudah terbit. Tanggal
15 Desember 2021 baru-baru ini penulis menerima tanda penghormatan Satya
Lencana Karya Satya 30 tahun dari Presiden Joko Widodo. Penulis
bisa dihubungi di ledwinaetiwuryai@gmail.com
, ledwinaastiwi44@guru.sma.belajar.id
, fb, IG dan You tube : Ledwina Eti dan blog
etiastiwi66.blogspot.com HP WA
085 230 708 285 alamat rumah Jl. Trikora no: 11 RT/RW 010/003 Waingapu, Sumba Timur NTT. Quotes :
Sebuah kebanggaan Jika hidup bisa
bermanfaat bagi sesama.