Minggu, 31 Januari 2021

MENULIS MAMPU MEMPERJELAS KESADARAN DAN KONSEP DIRI

 


.

Writing for Wellness – 24

Oleh : Cahyadi Takariawan

“Opportunities and strengths are the things that get you excited. Weaknesses and threats are the ones that cause concern” — Paul Boag, 2018.

.

Siapakah Anda? Siapa sesungguhnya jati diri Anda? Bagaimana Anda menjelaskan tentang diri Anda? Inilah yang disebut sebagai konsep diri atau self-concept.

Courtney E. Ackerman, mengutip pendapat Neill (2005), menjelaskan konsep diri adalah pandangan menyeluruh tentang diri seseorang secara fisik, emosional, sosial, spiritual, dan aspek lain yang membentuk jatidirinya. Pada dasarnya menusia membangun konsep diri sejalan dengan pertumbuhan usia dan pengalaman kehidupan.

“Self-concept is an overarching idea we have about who we are—physically, emotionally, socially, spiritually, and in terms of any other aspects that make up who we are” –Neill, 2005.

Roy Baumeister (1999) mendefinisikan konsep diri sebagai keyakinan individu tentang dirinya sendiri, termasuk atribut orang tersebut dan siapa serta apa dirinya. Rosenberg (1979) menyatakan konsep diri adalah totalitas pikiran dan perasaan individu yang mengacu pada dirinya sendiri sebagai objek.

Bagaimana cara membangun konsep diri? Ada sangat banyak cara yang direkomendasikan para ahli. Salah satunya adalah dengan menulis. Courtney E. Ackerman menyatakan, menulis adalah salah satu metode untuk memperjelas konsep diri.

Demikian pula dengan kesadaran diri (self-awareness). Kesadaran diri bisa dipertajam dengan menulis. Kendra Cherry (2020) menjelaskan, kesadaran diri (self-awareness) adalah komponen pertama dari konsep diri (self-concept).

Menurut Cherry, meskipun kesadaran diri adalah sesuatu yang penting bagi diri Anda, namun bukan berarti menjadi hal yang selalu Anda fokuskan setiap saat. Kesadaran diri terbangun ke dalam definisi siapa diri Anda, dan bisa muncul pada titik yang berbeda tergantung pada situasi dan juga kepribadian Anda.

“Self-awareness is one of the first components of the self-concept to emerge. While self-awareness is something that is central to who you are, it is not something that you are acutely focused on at every moment of every day. Instead, self-awareness becomes woven into the fabric of who you are and emerges at different points depending on the situation and your personality” – Kendra Cherry, 2020

Apa yang bisa ditulis untuk membangun konsep diri dan kesadaran diri? Ada banyak pilihan. Salah satunya adalah dengan menuliskan ‘who am I’, untuk membongkar diri sendiri, melalui metode analisa SWOT. C. Karthik Deepa telah merekomendasikan untuk menggunakan analisa SWOT dalam menguatkan self-awareness.

Identifikasi “Who Am I” Menggunakan SWOT Analysis

Menuliskan konsep diri “siapa aku”, membuat seseorang lebih detail memahami dirinya. Dalam membangun konsep diri, Anda harus secara jujur membongkar diri sendiri. Di antara alat yang bisa digunakan untuk mengenali diri adalah dengan menggunakan analisa SWOT.

Paul Boag (2018) menjelaskan, SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Opportunity and Threat, yang mencerminkan reaksi naluri Anda dalam fase penemuan. Peluang dan kekuatan adalah hal yang membuat Anda bersemangat. Kelemahan dan ancaman adalah penyebab kekhawatiran.

“SWOT stands for Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats. That mirrors the gut reaction you have in a discovery phase. Opportunities and strengths are the things that get you excited. Weaknesses and threats are the ones that cause concern” — Paul Boag, 2018.

Jodie Shaw (2017) menyatakan, analisa SWOT dapat membantu Anda lebih memahami bagaimana menggunakan kekuatan Anda dan mengelola kelemahan Anda, serta mengungkap peluang untuk berkembang dan menghilangkan ancaman yang dapat menghalangi Anda untuk bergerak maju.

“A SWOT can help you better understand how to play to your strengths and manage your weaknesses, as well as uncover opportunities for growth and eliminate threats that could keep you from moving forward” – Jodie Shaw, 2017

Langkah Menulis Identifikasi Diri

Situs Skills You Need memberikan petunjuk langkah-langkah dalam menuliskan analisa SWOT sebagai berikut.

1. Identifikasi tujuan yang ingin Anda capai

Apa tujuan yang hendak Anda capai dalam kehidupan? Defisnisikan tujuan dengan spesifik. Anda perlu menentukan target waktu pencapaian, serta indikator keberhasilan yang Anda harapkan. Ini adalah langkah awal memulai membongkar diri untuk mengenali siapa diri Anda saat ini.

Tuliskan dengan detail tujuan yang hedak Anda capai. Bukan hanya dengan membayangkan atau meletakkan tujuan dalam pikiran. Anda harus mewujudkan dalam bentuk tulisan.

2. Identifikasi kekuatan pribadi Anda yang bisa membantu mencapai tujuan

Strength (kekuatan) adalah bersifat internal. Ini tentang diri Anda sendiri. Bukan tentang orang lain. Semua orang memiliki kekuatan.

Tuliskan sebanyak mungkin kekuatan yang ada dalam Anda. Kekuatan ini bisa meliputi aspek spiritual, emosional, moral, fisik, finansial, sosial maupun skill. Berbagai capaian dalam kehidupan Anda, juga merupakan kekuatan yang patut dihargai.

3. Identifikasi kelemahan pribadi Anda yang dapat menghalangi tercapainya tujuan

Weakness (kelemahan) adalah bersifat internal. Ini tentang diri Anda sendiri. Bukan tentang orang lain. Semua orang memiliki kelemahan dalam dirinya. Ini sangat manusiawi.

Bongkar diri Anda untuk bersedia mengakui adanya kekurangan dan kelemahan. Sisi kelemahan bisa dilihat dari aspek spiritual, emosional, moral, fisik, finansial, sosial maupun skill. Pengalaman kegagalan, bisa Anda jadikan sebagai bahan evaluasi, apa kelemahan yang ada pada diri Anda sehingga gagal.

4. Identifikasi peluang yang dapat membantu Anda mencapai tujuan

Peluang (oportunity) bersifat eksternal, terkait dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar Anda. Tuliskan berbagai peluang yang ada di sekitar Anda, yang bisa Anda gunakan untuk mencapai tujuan. Peluang ini juga dapat Anda manfaatkan ketika telah mencapai tujuan.

Dengan menuliskan peluang, Anda semakin mengerti hal-hal yang bisa Anda gunakan sebagai jalan dan sarana mencapai tujuan. Jangan hanya digambar dalam pikiran atau dirasakan dalam hati, namun harus Anda tuliskan dengan detail.

5. Identifikasi ancaman yang bisa mengganggu tercapainya tujuan Anda

Ancaman (threat) adalah hal dan peristiwa eksternal yang mengkhawatirkan Anda, atau yang bisa menghalangi Anda untuk mencapai tujuan. Ada pihak-pihak di luar diri Anda yang berpotensi menjadi ancaman terhadap tercapainya tujuan, maka Anda harus mewaspadainya.

Semakin detail Anda bisa mengidentifikasi dan menuliskannya, akan semakin hati-hati pula Anda dalam melangkah. Tentu Anda tidak ingin gagal dalam mencapai tujuan kehidupan.

6. Tinjau ulang dan tetapkan prioritas

Dalam setiap aktivitas pengembangan diri, apalagi terkait dengan aspek pemikiran strategis, semestinya Anda meninjau kembali analisis Anda. Tanyakan kepada diri sendiri, apakah unsur-unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman telah Anda tuliskan dengan jujur dan benar? Apakah masih ada yang terlewatkan?

Bagian mana yang paling penting bagi diri Anda, dalam masing-masing kategori SWOT? Cobalah meninjau kembali satu atau dua poin, dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang menurut Anda akan paling penting dalam upaya mencapai (atau menghalangi) tujuan Anda. Area tersebut akan menjadi prioritas tindakan Anda.

Which areas are most important in each of the four categories in the analysis? Try to highlight one, or at most two, things from each of strengths, weaknesses, opportunities and threats that you think will be most important in achieving (or preventing you from achieving) your goal. Those areas will be your priorities for action – SkillsYouNeed.com

Selamat menulis, selamat menemukan kesadaran diri dan konsep diri yang utuh.

MENULIS MAMPU MEMPERJELAS KESADARAN DAN KONSEP DIRI

.

Writing for Wellness – 24

Oleh : Cahyadi Takariawan

“Opportunities and strengths are the things that get you excited. Weaknesses and threats are the ones that cause concern” — Paul Boag, 2018.

.

Siapakah Anda? Siapa sesungguhnya jati diri Anda? Bagaimana Anda menjelaskan tentang diri Anda? Inilah yang disebut sebagai konsep diri atau self-concept.

Courtney E. Ackerman, mengutip pendapat Neill (2005), menjelaskan konsep diri adalah pandangan menyeluruh tentang diri seseorang secara fisik, emosional, sosial, spiritual, dan aspek lain yang membentuk jatidirinya. Pada dasarnya menusia membangun konsep diri sejalan dengan pertumbuhan usia dan pengalaman kehidupan.

“Self-concept is an overarching idea we have about who we are—physically, emotionally, socially, spiritually, and in terms of any other aspects that make up who we are” –Neill, 2005.

Roy Baumeister (1999) mendefinisikan konsep diri sebagai keyakinan individu tentang dirinya sendiri, termasuk atribut orang tersebut dan siapa serta apa dirinya. Rosenberg (1979) menyatakan konsep diri adalah totalitas pikiran dan perasaan individu yang mengacu pada dirinya sendiri sebagai objek.

Bagaimana cara membangun konsep diri? Ada sangat banyak cara yang direkomendasikan para ahli. Salah satunya adalah dengan menulis. Courtney E. Ackerman menyatakan, menulis adalah salah satu metode untuk memperjelas konsep diri.

Demikian pula dengan kesadaran diri (self-awareness). Kesadaran diri bisa dipertajam dengan menulis. Kendra Cherry (2020) menjelaskan, kesadaran diri (self-awareness) adalah komponen pertama dari konsep diri (self-concept).

Menurut Cherry, meskipun kesadaran diri adalah sesuatu yang penting bagi diri Anda, namun bukan berarti menjadi hal yang selalu Anda fokuskan setiap saat. Kesadaran diri terbangun ke dalam definisi siapa diri Anda, dan bisa muncul pada titik yang berbeda tergantung pada situasi dan juga kepribadian Anda.

“Self-awareness is one of the first components of the self-concept to emerge. While self-awareness is something that is central to who you are, it is not something that you are acutely focused on at every moment of every day. Instead, self-awareness becomes woven into the fabric of who you are and emerges at different points depending on the situation and your personality” – Kendra Cherry, 2020

Apa yang bisa ditulis untuk membangun konsep diri dan kesadaran diri? Ada banyak pilihan. Salah satunya adalah dengan menuliskan ‘who am I’, untuk membongkar diri sendiri, melalui metode analisa SWOT. C. Karthik Deepa telah merekomendasikan untuk menggunakan analisa SWOT dalam menguatkan self-awareness.

Identifikasi “Who Am I” Menggunakan SWOT Analysis

Menuliskan konsep diri “siapa aku”, membuat seseorang lebih detail memahami dirinya. Dalam membangun konsep diri, Anda harus secara jujur membongkar diri sendiri. Di antara alat yang bisa digunakan untuk mengenali diri adalah dengan menggunakan analisa SWOT.

Paul Boag (2018) menjelaskan, SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Opportunity and Threat, yang mencerminkan reaksi naluri Anda dalam fase penemuan. Peluang dan kekuatan adalah hal yang membuat Anda bersemangat. Kelemahan dan ancaman adalah penyebab kekhawatiran.

“SWOT stands for Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats. That mirrors the gut reaction you have in a discovery phase. Opportunities and strengths are the things that get you excited. Weaknesses and threats are the ones that cause concern” — Paul Boag, 2018.

Jodie Shaw (2017) menyatakan, analisa SWOT dapat membantu Anda lebih memahami bagaimana menggunakan kekuatan Anda dan mengelola kelemahan Anda, serta mengungkap peluang untuk berkembang dan menghilangkan ancaman yang dapat menghalangi Anda untuk bergerak maju.

“A SWOT can help you better understand how to play to your strengths and manage your weaknesses, as well as uncover opportunities for growth and eliminate threats that could keep you from moving forward” – Jodie Shaw, 2017

Langkah Menulis Identifikasi Diri

Situs Skills You Need memberikan petunjuk langkah-langkah dalam menuliskan analisa SWOT sebagai berikut.

1. Identifikasi tujuan yang ingin Anda capai

Apa tujuan yang hendak Anda capai dalam kehidupan? Defisnisikan tujuan dengan spesifik. Anda perlu menentukan target waktu pencapaian, serta indikator keberhasilan yang Anda harapkan. Ini adalah langkah awal memulai membongkar diri untuk mengenali siapa diri Anda saat ini.

Tuliskan dengan detail tujuan yang hedak Anda capai. Bukan hanya dengan membayangkan atau meletakkan tujuan dalam pikiran. Anda harus mewujudkan dalam bentuk tulisan.

2. Identifikasi kekuatan pribadi Anda yang bisa membantu mencapai tujuan

Strength (kekuatan) adalah bersifat internal. Ini tentang diri Anda sendiri. Bukan tentang orang lain. Semua orang memiliki kekuatan.

Tuliskan sebanyak mungkin kekuatan yang ada dalam Anda. Kekuatan ini bisa meliputi aspek spiritual, emosional, moral, fisik, finansial, sosial maupun skill. Berbagai capaian dalam kehidupan Anda, juga merupakan kekuatan yang patut dihargai.

3. Identifikasi kelemahan pribadi Anda yang dapat menghalangi tercapainya tujuan

Weakness (kelemahan) adalah bersifat internal. Ini tentang diri Anda sendiri. Bukan tentang orang lain. Semua orang memiliki kelemahan dalam dirinya. Ini sangat manusiawi.

Bongkar diri Anda untuk bersedia mengakui adanya kekurangan dan kelemahan. Sisi kelemahan bisa dilihat dari aspek spiritual, emosional, moral, fisik, finansial, sosial maupun skill. Pengalaman kegagalan, bisa Anda jadikan sebagai bahan evaluasi, apa kelemahan yang ada pada diri Anda sehingga gagal.

4. Identifikasi peluang yang dapat membantu Anda mencapai tujuan

Peluang (oportunity) bersifat eksternal, terkait dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar Anda. Tuliskan berbagai peluang yang ada di sekitar Anda, yang bisa Anda gunakan untuk mencapai tujuan. Peluang ini juga dapat Anda manfaatkan ketika telah mencapai tujuan.

Dengan menuliskan peluang, Anda semakin mengerti hal-hal yang bisa Anda gunakan sebagai jalan dan sarana mencapai tujuan. Jangan hanya digambar dalam pikiran atau dirasakan dalam hati, namun harus Anda tuliskan dengan detail.

5. Identifikasi ancaman yang bisa mengganggu tercapainya tujuan Anda

Ancaman (threat) adalah hal dan peristiwa eksternal yang mengkhawatirkan Anda, atau yang bisa menghalangi Anda untuk mencapai tujuan. Ada pihak-pihak di luar diri Anda yang berpotensi menjadi ancaman terhadap tercapainya tujuan, maka Anda harus mewaspadainya.

Semakin detail Anda bisa mengidentifikasi dan menuliskannya, akan semakin hati-hati pula Anda dalam melangkah. Tentu Anda tidak ingin gagal dalam mencapai tujuan kehidupan.

6. Tinjau ulang dan tetapkan prioritas

Dalam setiap aktivitas pengembangan diri, apalagi terkait dengan aspek pemikiran strategis, semestinya Anda meninjau kembali analisis Anda. Tanyakan kepada diri sendiri, apakah unsur-unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman telah Anda tuliskan dengan jujur dan benar? Apakah masih ada yang terlewatkan?

Bagian mana yang paling penting bagi diri Anda, dalam masing-masing kategori SWOT? Cobalah meninjau kembali satu atau dua poin, dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang menurut Anda akan paling penting dalam upaya mencapai (atau menghalangi) tujuan Anda. Area tersebut akan menjadi prioritas tindakan Anda.

Which areas are most important in each of the four categories in the analysis? Try to highlight one, or at most two, things from each of strengths, weaknesses, opportunities and threats that you think will be most important in achieving (or preventing you from achieving) your goal. Those areas will be your priorities for action – SkillsYouNeed.com

Selamat menulis, selamat menemukan kesadaran diri dan konsep diri yang utuh.

MENULIS MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL

 


.

Writing for Wellness – 25

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Telah dipahami bersama, bahwa manusia memiliki banyak jenis kecerdasan. Ini yang sering disebut sebagai multiple intelligences atau kecerdasan berganda. Zaman dulu, manusia sering dilihat hanya dari satu jenis kecerdasan saja, misalnya IQ atau kecerdasan intelektual.

Belakangan diketahui bahwa ada sangat banyak jenis kecerdasan yang dimiliki manusia, salah satunya adalah emotional intelligence (EI) atau emotional quotient (EQ). Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami dan mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain.

Menurut Daniel Goleman, kecerdasan emosional muncul sebagian besar pada neurotransmitter dari sistem limbik otak, yang mengatur perasaan, impuls, dan dorongan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa sistem limbik belajar paling baik melalui motivasi, latihan rutin, dan umpan balik.

Goleman menyatakan, kecerdasan emosional memiliki 5 (lima) kualitas, yaitu (1) self-awareness (2) self-regulation (3) empathy (4) motivation dan (5) social skills. Self-awareness (kesadaran diri) adalah mengenali diri sendiri baik sisi kekuatan serta kelemahan. Orang yang memiliki self-awareness mampu mengenali bagaimana kondisi emosinya memengaruhi diri sendiri dan orang lain.

Self-regulation atau regulasi diri adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls sehingga bisa bersikap tepat dalam menghadapi berbagai kondisi. Misalnya bersikap tenang dan tidak bereaksi berlebihan terhadap kesalahan. Bisa mengendalikan emosi dengan baik, sehingga tidak meledak-ledak dalam kegembiraan maupun kemarahan.

Empathy atau empati membuat seseorang menempatkan diri pada posisi orang lain. Orang yang mampu menunjukkan empati akan menumbuhkan kepercayaan sehingga mampu menjalin hubungan yang kuat. Motivation artinya memiliki hasrat untuk mencapai tujuan dengan tulus.

Social skills atau keterampilan sosial tidak hanya berarti bersahabat dengan orang lain. Namun bisa melibatkan orang lain, mengembangkan hubungan, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan. Ini adalah kualitas yang sangat penting di dalam ranah kecerdasan emosional.

Mengembangkan Kecerdasan Emosional dengan Tulisan

Sangat banyak cara mengembangkan kecerdasan emosional. Berbagai pelatihan dan pembiasaan yang berkorelasi dengan upaya menghaluskan budi pekerti, mengenali diri sendiri, melatih emosi, adalah cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Menulis diketahui menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional.

Sebuah studi dilakukan oleh Kaiqi Shao dan tim, menguji hubungan antara kecerdasan emosional dan kemampuan menulis. Partisipan penelitian terdiri dari 68 mahasiswa sebuah universitas di HangZhou, Cina. Penelitian yang dilakukan tahun 2013 tersebut memberikan hasil yang penting untuk pengembangan kecerdasan emosional.

Kepada partisipan dilakukan tes kemampuan menulis dan tes kecerdasan emosional menggunakan TEIQue-ASF (Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Adolescent Short Form). Hasil studi menemukan hubungan positif yang kuat antara kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis. Artinya, semakin bagus kemampuan menulisnya, semakin bagus pula kecerdasan emosionalnya.

Studi lain dilakukan oleh Karim Sadeghi, melibatkan mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun. Partisipan diberikan tes menulis dikorelasikan dengan nilai kecerdasan emosional mereka, yang telah dinilai sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kemampuan menulis dan kecerdasan emosional, khususnya dalam membangun kesadaran diri.

Studi juga dilakukan oleh Faizal Arvianto di tahun 2016, terhadap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo. Hasil analisis menemukan hubungan positif antara kecerdasan emosional dan kemampuan menulis argumentasi pada mahasiswa. Ini semakin menguatkan pemahaman, bahwa kecerdasan emosional bisa ditingkatkan dengan kegiatan menulis.

Sebagaimana telah ditunjukkan dalam berbagai studi di atas, ditemukan hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan menulis. Hal ini berlaku timbal balik. Semakin baik kecerdasan emosional seseorang, bisa meningkatkan kualitas tulisannya. Semakin baik kemampuan menulis seseorang, bisa meningkatkan kecerdaan emosional.

Rosalind Atkinson (2017), “Be a whole human, not a brain with a keyboard”. Jadilah manusia seutuhnya, bukan segumpal otak dengan keyboard. Sebuah sindiran yang bagus untuk kita semua. Menjadi manusia utuh, artinya mengembangkan berbagai kecerdasan. Bukan semata bertumpu pada kecerdasan otak atau logika semata, yang diekspresikan melalui keyboard.

Selamat menulis, selamat menikmati kecerdasan emosional.

Bahan Bacaan

MENULIS MEMBANTU PROSES PROBLEM SOLVING

 


.

Writing for Wellness – 26

Oleh : Cahyadi Takariawan

“If you’re facing a difficult problem, one way to start untangling the solution is to write” — Duncan Anderson, 2019

.

Sungguh luar biasa menfaat menulis. Bukan hanya memberikan manfaat kecerdasan dan kesehatan, ternyata menulis juga mampu menjadi sarana pemecahan masalah atau problem solving. Sangat sayang jika Anda melewatkan manfaat yang luar biasa ini.

Hubungan antara menulis dengan problem solving telah dipelajari dalam penelitian yang dilakukan oleh Linda Flower, John R. Hayes (2004). Demikian pula Carol Berkenkotter, telah memaparkan secara akdemik bagaimana menulis mampu membantu pemecahan masalah.

Hurley Write Inc dengan sangat yakin telah merekomendasikan kepada banyak pemimpin perusahaan, agar meningkatkan kemampuan menulis dari para pimpinan hingga staf. Mereka meyakini, menulis adalah salah satu metode pemecahan masalah bisnis.

Para manajer dan staf diajak memahami bahwa keterampilan menulis adalah salah satu dari keterampilan bisnis penting yang harus dikuasai. Bahwa menulis persoalan dalam bisnis adalah salah satu metode pemecahan masalah. Yang diperlukan adalah belajar menerapkan keterampilan pemecahan masalah ke dalam bentuk menulis.

Menurut Hurley, pada tingkatan top manajemen, setiap dokumen tertulis memiliki kemanfaatan dalam memecahkan masalah. Sayangnya, menurut Hurley, banyak profesional bisnis menganggap menulis hanyalah beban yang mengalihkan perhatian mereka dari tugas utama.

Padahal pemecahan masalah dengan bentuk tulisan dapat menghasilkan solusi yang spesifik. Ini berlaku untuk hampir semua bentuk tulisan. Menurut Hurley, aktivitas menulis adalah seni pemecahan masalah. Ini bukan tentang inspirasi, mood dan bakat menulis, melainkan kesadaran bahwa menulis adalah pemecahan masalah yang efektif.

Belajar Pemecahan Masalah ala Duncan Anderson

Duncan Anderson, pendiri Edrolo –perusahaan online di Australia, menceritakan pengalaman pribadinya dalam memecahkan masalah tersulit yang dihadapi. Saat dihadapkan pada masalah yang kompleks, Duncan menulis untuk menggali solusi, hingga berhasil menemukan pemecahan yang tepat.

“Jika Anda menghadapi masalah yang sulit, salah satu cara untuk mulai menguraikan solusinya adalah dengan menulis”, ujar Anderson. Melalui menulis, ia dapat mengartikulasikan dan memecahkan masalah yang kompleks dan rumit.

“Writing is thinking, and the more you write out your problems, the more you’ll start to slowly figure them out” – Duncan Anderson

Anderson juga menyatakan bahwa menulis dalam upaya problem solving, bukanlah tentang tata bahasa yang kaku. “Pisahkan diri Anda dari skema bawaan yang Anda dapatkan dari pendidikan bahasa,” kata Anderson. Maksudnya, saat menulis sebagai upaya problem solving, bukan berfokus pada tata bahasa.

Anderson menghadapi berbagai kesulitan tingkat tinggi, hingga berhasil menemukan hubungan antara menulis dan pemecahan masalah. “Menulis adalah berpikir, dan semakin Anda menuliskan masalah, Anda akan semakin mengetahui detailnya.”

“So I started writing words to get the problems out of my head and laid out, and I found I could articulate things better in writing than by talking” – Duncan Anderson

Menurutnya, matematika adalah alat komunikasi dalam pemecahan masalah yang ditampilkan dalam angka, sains juga menggunakan angka untuk mengkomunikasikan bagian-bagian dari persamaan kimia.

“Maka saya mulai menulis untuk mengeluarkan masalah dari kepala saya dan menatanya. Saya dapat mengartikulasikan hal-hal dengan lebih baik secara tertulis daripada dengan berbicara”, ujar Anderson.

“After starting to write, I immediately begin thinking in a more strategic way. Writing has fundamentally leveled up my ability to problem solve” – Duncan Anderson

Ia menemukan bahwa menulis membuat dirinya mampu berpikir dengan lebih strategis. “Setelah menulis, saya mulai berpikir dengan cara yang lebih strategis.”

Menulis adalah proses ekstraksi pemikiran dan gagasan yang memungkinkan Anda memecah masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. “Menulis telah meningkatkan kemampuan saya untuk memecahkan masalah,” ungkap Anderson.

“Secara umum, untuk masalah apapun yang tidak saya miliki solusinya, saya akan mulai menemukan pemecahan dengan menuliskannya,” lanjut Anderson.

“Literally for any problem I don’t have a good answer for – and I know when I don’t – I just start writing it out” – Duncan Anderson.

Anderson merujuk pada hasil sebuah penelitian yang dilaporkan di Nature Neuroscience Journal. Studi itu menyatakan bahwa manusia melibatkan empat bagian otak yang bekerja dalam memecahkan masalah.

Menurut Anderson, dengan menuliskan bagian-bagian dari masalah yang Anda hadapi, akan ada ruang yang tercipta dalam pikiran Anda untuk mempertimbangkan lebih banyak bagian. Karena itu, menulis menjadi cara untuk menyelesaikan masalah dengan lebih dari empat bagian yang terlibat.

By writing out the parts of the problem you’re struggling with, you can make space in your mind to consider more pieces” – Duncan Anderson

Luar biasa kemanfaatan menulis. Ternyata, bukan hanya persoalan emosi atau masalah pribadi. Bahkan masalah bisnis dan perusahaan, bisa dipecahkan melalui aktivitas menulis. Terbukti, menulis menjadi sarana untuk menemukan pemecahan berbagai masalah, bahkan yang sangat rumit.

Selamat menulis, selamat mendapatkan pemecahan masalah.

Bahan Bacaan


MENULIS MAMPU MENGURANGI “KEBISINGAN JIWA”

 


.

Writing for Wellness – 27

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

The quieter you become, the more you are able to hear” –Rumi

.

Hiruk pikuk kehidupan zaman cyber, telah menimbulkan kebisingan jiwa yang luar biasa. Manusia modern mudah mengalami kelelahan, cepat diserang ketuaan. Terlalu banyak ‘tab jiwa’ yang terbuka.

Dunia digital membuat kita mudah terpapar, membuat kita mudah teracuni oleh informasi. Terlalu banyak informasi bertebaran dan berseliweran setiap hari. Otak kita lelah, dijejali berbagai informasi –yang tak semuanya penting. Tak semuanya kita perlukan.

Matthew Stibbe (2010) menyatakan, “Noise makes you tired. Just as shouting over loud music in a bar strains your voice, your brain has to work harder to filter out unwanted information”.

Kebisingan membuat Anda lelah. Menurut Stibbe, ini sama seperti berteriak untuk mengatasi suara musik yang keras. Kebisingan informasi membuat otak Anda harus bekerja lebih keras untuk menyaring informasi yang tidak diinginkan. Bahkan dalam batas tertentu, menimbulkan persoalan mental dan fisik.

Teknologi akan tetap eksis, tetapi selalu berubah dan berkembang. Setiap kali teknologi baru hadir, akan ada sisi kebaikan yang bisa dimanfaatkan. Di saat yang sama, juga berpotensi menimbulkan masalah pada kesehatan fisik dan mental.

Menjadi terlalu terhubung dengan internet, dapat menyebabkan masalah psikologis seperti distraksi, narsisme, ekspektasi kepuasan instan, dan bahkan depresi. Selain memengaruhi kesehatan mental, teknologi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik (Muhammad Muneeb, 2019).

“Technology is here to stay, but it’s always morphing and expanding. Being overly connected can cause psychological issues such as distraction, narcissism, expectation of instant gratification, and even depression” –Muhammad Muneeb, 2019

Studi yang dilakukan Ariel Shensa dan tim (2019) menemukan, kebisingan media sosial juga bisa memengaruhi kesehatan mental manusia. Di zaman medsos, mendadak banyak orang terserang kecemasan yang berlebihan. Hanya untuk hal-hal remeh temeh –seperti fenomena like, share dan comment.

“If you’re thinking and worrying excessively about what you’ve written or who has or hasn’t liked or commented on your post, this can lead to anxiety” – Ariel Shensa, 2019

Writing Closes Out Your “Mental Tabs”

Kesibukan digital yang mendera manusia modern setiap saat, bisa diibarakan seperti sebuah komputer atau laptop yang sedang bekerja. Saat Anda membuka banyak tab di layar monitor, maka kesibukan laptop Anda menjadi berlebihan. Demikian pula dalam jiwa Anda.

Menurut Gregory Ciotti (2014), menulis membuat Anda menutup tab mental atau tab jiwa dalam diri Anda. Menulis bisa menjadi semacam ritual relaksasi atau meditasi, yang mengasingkan diri kita dari berbagai kebisingan digital. Kita hanya fokus pada aktivitas menulis, pada satuan waktu tertentu.

“Terkadang saya merasa otak saya memiliki terlalu banyak tab yang terbuka sekaligus. Ini sering kali merupakan hasil dari mencoba secara mental menyulap terlalu banyak pikiran pada saat yang bersamaan”, ujar Ciotti.

“Writing allows abstract information to cross over into the tangible world. It frees up mental bandwidth, and will stop your Google Chrome brain from crashing due to tab overload” – Gregory Ciotti, 2014

Ciotti menyatakan, menulis mampu mengolah berbagai informasi ‘maya’ untuk diajak menjadi tindakan nyata. Ini akan mengosongkan ‘bandwidth mental’ Anda, dan akan menghentikan ‘otak Chrome’ Anda agar tidak lelet karena tab kelebihan beban. Menuliskan ide-ide penting yang semula hanya berada dalam pemikiran, akan mereduksi stres.

Mengelola Berbagai Tab

Sangat banyak tab otak dan tab mental kita terbuka setiap saat. Ini harus dikelola, agar tidak menjadi masalah bagi kesehatan mental dan fisik kita. Terlalu banyak tab yang terbuka, membuat kebisingan yang terus menerus. Apabila Anda berada dalam kebisingan pemikiran dan perasaan terus menerus, Anda akan dibuat cepat merasakan kelelahan.

Tutup berbagai tab yang terbuka dan tidak bermakna. Jangan biarkan otak Anda memikirkan terlalu banyak hal abstrak tanpa mengolahnya menjadi lebih kongkret. Caranya, segera tuliskan ide-ide yang memenuhi pikiran dan jiwa Anda, sebelum ide itu menghilang. Ini akan menutup semua tab, dan Anda akan menikmati relaksasi dalam bentuk menulis.

Mitch Hedberg menyatakan, “Saya menulis cerita humor untuk sumber penghasilan. Saya duduk di hotel pada malam hari, memikirkan sesuatu yang lucu, lalu saya pergi mengambil pena dan menuliskannya. Atau jika penanya terlalu jauh, saya harus meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang saya pikirkan itu tidak lucu”.

“I write jokes for a living, I sit at my hotel at night, I think of something that’s funny, then I go get a pen and I write it down. Or if the pen is too far away, I have to convince myself that what I thought of ain’t funny” –Mitch Hedberg

Ungkapan kocak Hedberg di atas menggambarkan betapa cepat ide abstrak itu menghilang dari tab otak manusia. Jika tidak segera menuliskannya, berbagai lintasan pemikiran cenderung hanya akan menjadi gangguan dalam kesehatan mental Anda.  

Menulis membuat Anda merasakan ketenangan. Berbagai pemikiran yang berseliweran melintasi di berbagai tab yang terbuka, berhasil Anda tutup untuk sementara. Anda bisa menikmati rehat yang bercorak kontemplatif. Kini Anda fokus pada menuliskan ide dan topik tertentu. Tab yang lain akan tertutup. Ini mengurangi kebisingan dalam pemikiran dan mental Anda.

Menulis membuat Anda bisa merasakan ketenangan. Di saat yang sama, menghasilkan produktivitas pemikiran. Gregory Ciotti menyarankan, dimulai dari awal yang sederhana, menulis tentang topik tertentu untuk beberapa waktu membuat Anda mampu membangun pemikiran yang lebih matang. Sekaligus mampu memanfaatkan hal yang telah Anda tulis untuk mengembangkan gagasan dalam skala yang lebih besar.

“From humble beginnings, writing around a certain topic for some time will allow you to build off of older thoughts, utilizing what you’ve already written down to develop ideas on a grander scale” – Gregory Ciotti, 2014

Selamat menulis, selamat menikmati kesunyian yang produktif.

Bahan Bacaan

MENULIS MAMPU MEREDUKSI GANGGUAN MAKAN


.

Writing for Wellness – 28

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Sudah sangat banyak manfaat menulis bagi kehidupan manusia, yang ditemukan melalui serangkaian metode riset ilmiah. Banyak hal mengejutkan ditemukan dalam berbagai studi tersebut, yang menemukan aneka manfaat menulis yang tidak terbayangkan sebelumnya. Salah satu hal mengejutkan adalah, menulis bermanfaat untuk mengurangi gangguan makan.

Gangguan makan bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah satunya adalah kecemasan akan tubuh yang tidak ideal akibat makanan, atau khawatir akan munculnya penyakit akibat makanan. Dampaknya, ada orang yang takut untuk makan, dan berakibat mengalami gangguan makan.

Ternyata kecemasan yang memicu gangguan makan bisa diatasi dengan menulis ekspresif. Danielle Arigo dan Joshua M. Smyth (2011) melakukan studi untuk mengeksplorasi pengaruh tulisan ekspresif terhadap kesehatan mahasiswi. Banyak dijumpai mahasiswi, atau wanita muda pada umumnya, yang mengalami gangguan makan akibat kecemasan tertentu.

Hasil studi Arigo dan Smyth menunjukkan bahwa menulis ekspresif mampu mengurangi kesulitan tidur, mengurangi gangguan makan serta mengurangi rasa ketidakpuasan terhadap kondisi fisik. Penyaluran emosi negatif melalui tulisan, mampu mereduksi berbagai kecemasan. Dampaknya, gangguan makan bisa dikurangi.

Studi serupa pernah dilakukan oleh Philippa East dan tim (2010), yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh menulis ekspresif terhadap gangguan makan. Para partisipan diberikan tugas membuat tiga tulisan yang berbeda. Hasilnya, diketahui menulis ekspresif bisa mengurangi gangguan makan.

Para partisipan mendapat manfaat dalam memperbaiki beberapa keluhan yang terkait dengan kesulitan makan. Ini semakin menguatkan penjelasan terkait manfaat menulis untuk kesehatan mental dan fisik. Gangguan makan bisa berkurang bahkan dihilangkan dengan menulis rutin dalam waktu tertentu.

Studi yang dilakukan oleh Ashli M Gamber dan tim (2013) menunjukkan, partisipan yang mengalami gangguan makan, berpotensi mendapatkan kemanfaatan dari panduan dalam memproses peristiwa traumatis dan keadaan afektif mereka. Di antara panduan dalam memproses peristiwa traumatis adalah dengan menulis ekspresif.

Bagaimana Menulis Bisa Mengurangi Gangguan Makan?

Jurnal Eating Disorder Review Vol. 29 No. 4 melaporkan, bahwa metode menulis ekspresif telah diterapkan pada pasien dengan gangguan makan dan terbukti mampu membantu selama pemulihan. Beberapa penelitian disebutkan dalam jurnal tersebut, bahwa menulis ekspresif dapat mengurangi stres pada pasien dengan gangguan makan.

Bagaimana menulis ekspresif bisa mengurangi gangguan makan? Emily Page Lockamy (2019) menjelaskan, banyak gangguan makan yang muncul dari rasa cemas dan depresi. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap pengaruh makanan, justru membuat seseorang mengalami gangguan makan.

“Writing is a medium that can help people speak the unspeakable and accept the unacceptable, especially as it pertains to parts of themselves that they have disowned” –Emily Page Lockamy, 2019.

Emily menyatakan, model menulis terapeutik adalah salah satu pendekatan yang telah direkomendasikan oleh berbagai penelitian mutakhir untuk meningkatkan perasaan positif, mengurangi depresi dan kecemasan. Depresi dan kecemasan adalah kondisi yang sering memicu gangguan makan.

Menurut Emily, penulisan terapeutik dapat menumbuhkan fleksibilitas psikologis pada pasien dengan gangguan makan. Fleksibilitas ini akan membantu mengatasi kecemasan “harus” atau “tidak boleh” yang membuat mereka berada dalam perilaku tidak adaptif. Ini yang membantu mereka secara perlahan mengatasi gangguan makan.

Menulis adalah media yang dapat membantu orang berbicara tentang hal-hal yang tidak dapat diungkapkan, dan menerima hal-hal yang tidak dapat diterima, terutama yang berkaitan dengan bagian-bagian diri mereka yang tidak mereka akui. Sisi ini, menurut Emily, yang bisa membantu pasien mengatasi kesulitan makan.

Menulis dapat mengarah pada integrasi yang lebih efektif dari berbagai bagian diri dan pengalaman sulit. Ini mampu membantu memfasilitasi munculnya penerimaan, makna, dan kedamaian batin, serta meningkatkan kesejahteraan emosional dan relasi yang penting.

“Writing can lead to more effective integration of these different parts of self and of difficult experiences, which helps facilitate the emergence of acceptance, meaning, and inner peace, improving emotional well-being and important relationships” –Emily Page Lockamy, 2019

Selamat menulis, selamat menikmati makanan tanpa gangguan kecemasan.

Bahan Bacaan


MENULIS UNTUK MENCIPTAKAN PERUBAHAN

 


.

Writing for Wellness – 29

Oleh : Cahyadi Takariawan

You’ve got the words to change a nation / But you’re biting your tongue / You’ve spent a life time stuck in silence / Afraid you’ll say something wrong / If no one ever hears it how we gonna learn your song? / So come on, come on – Emely Sande

.

Lirik di atas adalah lagu Emely Sande, “Read All Bout It, Pt. III” yang sangat populer. “Anda memiliki kata-kata untuk mengubah suatu bangsa. Tapi sayang, Anda hanya menggigit lidah. Anda telah menghabiskan waktu seumur hidup dalam keheningan. Takut akan mengatakan sesuatu yang salah. Jika tidak ada yang pernah mendengarnya, bagaimana kami akan belajar dari lagu (suara / pendapat) Anda?”

Sebuah lirik yang sangat menyentil. Kita semua memiliki banyak kata-kata, yang apabila dituliskan akan mampu menciptakan perubahan. Sayang, banyak orang tidak melakukannya. Padahal perubahan yang bisa diciptakan melalui tulisan, sangat menakjubkan.

Tulisan Benar-Benar Mampu Menciptakan Perubahan

Meredith Maran adalah penulis 11 buku fiksi maupun nonfiksi. Di antaranya adalah Class Dismissed (2000), Dirty (2004), serta novel A Theory of Small Earthquakes (2012). Buku terbaru di tahun 2020 berjudul Why We Write: 20 Acclaimed Authors on How and Why They Do What They Do.

Saat ditanya, “Does writing change anything?”, Maran menjawab, “Saya sangat percaya itu. Menulis telah mengubah saya. Hanya sedikit orang yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah diubah oleh buku. Saya yakin menulis mengubah banyak hal; dengan berbagai jenis tulisan. Saya telah tergerak oleh fiksi sebagaimana tergerak oleh nonfiksi, untuk mengubah sesuatu atau untuk melakukan sesuatu”.

“I really believe it does. It’s changed me. I don’t know too many people who would say they’ve never been changed by a book. I think writing changes a lot of things; different kinds of writing, too. I’ve been as moved by fiction as I have by non-fiction to change something or do something about something” – Meredith Maran

Maran menyebut satu contoh spesifik, tentang buku Class Dismissed yang ditulis tahun 2000. Buku itu mengulas tentang sekolah menengah di Berkeley, California, tempat sekolah anak-anak Maran. Dampak dari buku yang ia tulis, terjadi banyak perubahan pada sekolah menengah tersebut.

Tim Denning (2018) mengatakan, ungkapan “Anda memiliki kata-kata untuk mengubah suatu bangsa”, adalah mantra yang digunakan dalam kehidupannya. Menurut Denning, “Faktor yang menyebabkan tulisan dapat mengubah suatu bangsa adalah seberapa besar Anda dapat menginspirasi dan memotivasi orang yang membaca tulisan Anda”.

“In the end, what will cause your writing to change a nation will be how much you can inspire and motivate everyone that reads your message” – Tim Denning (2018)

Denning meyakini, kata-kata benar-benar memiliki kekuatan untuk mengubah suatu bangsa. Untuk itu, Anda harus menggunakannya untuk kebaikan. Untuk memperbaiki bangsa, untuk memajukan bangsa, untuk membangun bangsa. Gunakan kata-kata untuk menginspirasi orang lain dan menambah nilai pada kehidupan orang. Inspirasi selalu mengarahkan kepada perubahan positif, yang menjadi harapan setiap orang.

“Words truly do have the power to change a nation, and you should use them for good. You should use words in everything you do to inspire others and add value to people’s lives. You should use words to live your purpose” – Tim Denning (2018)

Bagaimana Tulisan Menciptakan Perubahan?

“When I was a little girl I thought I could change the world with my writing. Now that I am a woman I know that I can” –Meghan Tschanz

Bagaimana sebuah tulisan bisa menciptakan perubahan? Meghan Tschanz menuliskan pengalaman yang sangat menarik. “Di antara postingan blog saya yang tampak tanpa komentar atau share, saya mendapat email dari salah satu pembaca yang mengatakan bahwa tulisan saya menginspirasi mereka. Bahwa karena sesuatu yang saya tulis, mereka melakukan sesuatu yang berani, penuh petualangan dan kebaikan”.

“Every once in a while, in between the blog posts with no comments or shares, I get an email from one of my readers telling me that I inspired them; that because of something I had written they did something bold, adventurous, and good” – Meghan Tschanz

Tschanz menambahkan, “Melalui tulisan, saya telah melibatkan pembaca dalam perang melawan perdagangan seks, atau mendamaikan hubungan yang rusak. Bahkan saya mengajak pembaca mengemas tas mereka bepergian ke luar negeri untuk membantu orang miskin”.

Dengan sepenuh keyakinan, Tschanz menyatakan kita semua bisa mengubah dunia melalui tulisan. “Dulu ketika saya masih kecil, saya berpikir akan bisa mengubah dunia dengan tulisan saya. Setelah saya dewasa, saya tahu bahwa saya bisa. Dan saya yakin Anda juga bisa”, ujarnya.

“I’ve had readers get involved in the fight against sex-trafficking, readers reconcile lost relationships. Shoot, I’ve even had readers pack up their bags and move to foreign countries to help the poor. All because I wrote –Meghan Tschanz.

Nina Amir (2019) menyatakan, tidak semua penulis memulai sebagai penulis. Beberapa dari mereka memulai sebagai orang yang ingin membuat perbedaan atau perubahan. “Not all writers start out as writers. Some of them begin as people who want to make a difference”, ujarnya.

Nina Amir meyakini, buku memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah kehidupan dan menginspirasi banyak orang untuk bertindak. Buku yang populer, yang berbicara kepada khalayak, terus menerus dibaca dan dibagikan. Buku semacam itu bisa menginspirasi tindakan.

Menurut Nina Amir, Anda dapat menulis perubahan melalui buku Anda. Para pembaca mulai mendiskusikan dan berbagi pemikiran yang Anda tuliskan. Semakin banyak orang membaca buku dan mengajak orang lain yang setuju pemikiran Anda, maka semakin banyak pula orang bergabung dalam gerakan perubahan yang Anda kehendaki.

Dimulai Dari Perubahan Diri Sendiri

Perubahan bisa dimulai dari diri sendiri. Justin Harmon menyatakan, “Menulis telah mengubah dunia saya sepenuhnya. Menulis telah mengubah cara saya memandang diri saya dan cara saya berinteraksi dengan orang lain. Menulis telah membuat saya menemukan hal yang paling saya sukai”.

“Melalui tulisan, saya dapat mengabarkan hasrat saya untuk mengubah dunia. Saya dapat menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka mampu melakukan berbagai hal yang mereka inginkan”, lanjut Harmon.

“For me, writing has completely changed my world. It has changed the way I view myself and how I interact with others. Writing has allowed me to find what it is I am most passionate about” – Justin Harmon

Harmon memberikan resep sederhana. DImulai dari diri sendiri, akan bisa mengajak orang lain. “Dengan melakukan apa yang Anda sukai dan menunjukkan kepada orang lain bagaimana melakukan hal yang sama, Anda memulai reaksi berantai dari orang-orang di mana saja. Anda telah mengubah cara mereka memandang dunia menjadi lebih baik, dan bahkan akan mengubah dunia mereka sepenuhnya”, ujarnya.

“Because of writing, I know I will be able to share with the world my passion for changing the world. I will be able to show others that they are capable of doing anything they want” – Justin Harmon

Seperti saat Rocky Balboa memenangkan pertarungan besar melawan Ivan Drago, dalam film Rocky IV. Rocky menyatakan, “Jika saya bisa berubah, dan Anda bisa berubah, maka semua orang bisa berubah.”

Melalui tulisan, menurut Harmon, seakan kita telah menyatakan, “Lihat, jika saya dapat mengubah dunia saya dan Anda dapat mengubah dunia Anda, maka setiap orang dapat mengubah dunia mereka, yang akan membantu seluruh dunia untuk berubah”. Beginilah tulisan dapat mengubah dunia. Satu kata, satu pesan, satu ungkapan pada satu waktu, kita bisa saling membantu.

“See, if I can change my world and you can change your world, then everyone can change their worlds, which will help the entire world to change” – Justin Harmon

Selamat menulis, selamat menikmati perubahan.

Bahan Bacaan

TULISAN, ANTARA SPONTAN DAN PERENCANAAN

 


.

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Menulis Spontan

Proses menulis ada sangat banyak jenisnya. Ada proses menulis spontanitas, untuk mengabadikan hal-hal yang dilihat, dirasakan atau dipikrkan saat itu. Bisa pula untuk mengabadikan peristiwa yang terjadi saat itu. Atau untuk melepaskan beban yang menghimpit.

Jenis tulisan yang seperti ini, bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Tanpa perlu persiapan dan perencanaan. Kita bisa menulis sambil antre di loket, atau sambil menunggu keberangkatan kereta api, atau dalam perjalanan darat, laut maupun udara. Intinya, menulis bisa dilakukan di sembarang tempat dan waktu.

Tulisan spontan seperti ini, bisa dikumpulkan dan kelak dibukukan. Saya pernah menulis buku “Memoar Cinta” yang berisi kumpulan tulisan spontan. Tulisan itu saya buat dalam lawatan perjalanan mengunjungi wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, pada kurun 2000 – 2005.

Tulisan itu muncul secara spontan di setiap usai melaksanakan kegiatan. Saya hanya menangkap pesan penting dari setiap kejadian, peristiwa maupun momentum. Karena saya yakin, tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan. Tidak terasa, ternyata cukup banyak naskah berhasil saya tuliskan. Maka bisa saya jadikan sebuah buku.

Menulis Terencana

Ada pula jenis tulisan yang memerlukan persiapan dan perencanaan serius. Contohnya ketika kita membuat tulisan yang panjang, seperti novel, cerita bersambung, dan berbagai jenis buku nonfiksi. Kekuatan perencanaan menjadi salah satu kata kunci untuk kelancaran proses penulisan.

Penulis legendaris asal Yogyakarta, SH. Mintardja, terbiasa melakukan persiapan dan perencanaan yang totalitas. Hal ini bisa kita lihat dari karya yang dihasilkannya, berupa cerita silat berbasis sejarah kerajaan Mataram. Kisah paling monumental adalah Nagasasra Sabuk Inten yang terdiri dari 32 jilid, serta kisah Api di Bukit Menoreh yang terdiri dari 396 jilid.

Untuk mendapatkan unsur-unsur dalam persilatan Jawa yang akan menjadi bahan tulisannya, SH. Mintardja pun menyempatkan diri untuk belajar silat Jawa. Ia mempelajari filosofinya. Ia juga melakukan survey tempat-tempat yang akan dijadikan setting lokasi dalam cerita. Seperti Bukit Menoreh dan sekitarnya, yang menjadi pusat setting cerita Api di Bukit Menoreh.

Bukan hanya merencanakan plot dan setting tulisan, namun SH. Mintardja juga memerlukan second opinion serta penilaian. Maka ia meminta kepada sang istri untuk menjadi orang pertama yang membaca naskah setelah selesai ditulis. Jika istrinya belum setuju dengan ceritanya, SH Mintardja belum akan menyerahkan naskah tersebut kepada redaksi. Terutama untuk jenis naskah sandiwara radio.

Menghadirkan Feel Tulisan

Untuk jenis tulisan yang terencana, kita bisa menghadirkan feel tulisan. Merencanakan itu sebenarnya mengasyikkan. Namun banyak orang yang tidak mengetahui betapa asyik perencanaan. Suatu ketika, saya dan beberapa teman ingin menulis tentang bencana di Sulawesi Tengah, untuk mengetuk hati masyarakat luas guna membantu korban bencana.

Untuk itu, saya dan teman-teman berangkat ke Palu, Donggala dan Sigi yang menjadi lokasi bencana gempa, tsunami serta liquifaksi. Kami berkeliling ke pusat-pusat bencana, mencoba merasakan kedahsyatan kejadian, mendengarkan secara langsung kisah-kisah dari para korban, dan mengetahui kebutuhan mereka. Perjalanan ini gratis karena ada pihak yang menjadi sponsor penulisan kami.

Dengan menyaksikan secara langsung keporakporandaan daerah bencana, kami mendapatkan feel dari peristiwa, untuk kami angkat menjadi tulisan. Kami habiskan waktu untuk berkeliling dari satu titik ke titik lainnya, sambil menghayati suasana kedukaan yang masih sangat kuat melanda. Ini adalah perjalanan kemanusiaan, namun memiliki nilai yang mengasyikkan karena bisa menghadirkan feel tulisan.

Saya juga datang langsung ke Kedai Kopi Menoreh milik Pak Rahmat untuk menghadirkan feel tulisan. Saya berkali-kali menulis tentang nikmatnya kopi Menoreh, yang kita seruput di Bukit Menoreh. Sembari aneka jajanan tradisional, seperti yang dikisahkan dalam cerita Api di Bukit Menoreh. Saya menyebut sebagai ekspedisi Ngopi di Bukit Menoreh.

Dengan duduk menyeruput kopi di Kedai Kopi Menoreh, kami mendapatkan feel dari Menoreh untuk diangkat menjadi rangkaian tulisan. Inilah yang saya sebut, bahwa merencanakan itu mengasyikkan. Membuat hidup menjadi lebih hidup.

TULISAN, ANTARA SPONTAN DAN PERENCANAAN

.

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Menulis Spontan

Proses menulis ada sangat banyak jenisnya. Ada proses menulis spontanitas, untuk mengabadikan hal-hal yang dilihat, dirasakan atau dipikrkan saat itu. Bisa pula untuk mengabadikan peristiwa yang terjadi saat itu. Atau untuk melepaskan beban yang menghimpit.

Jenis tulisan yang seperti ini, bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Tanpa perlu persiapan dan perencanaan. Kita bisa menulis sambil antre di loket, atau sambil menunggu keberangkatan kereta api, atau dalam perjalanan darat, laut maupun udara. Intinya, menulis bisa dilakukan di sembarang tempat dan waktu.

Tulisan spontan seperti ini, bisa dikumpulkan dan kelak dibukukan. Saya pernah menulis buku “Memoar Cinta” yang berisi kumpulan tulisan spontan. Tulisan itu saya buat dalam lawatan perjalanan mengunjungi wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, pada kurun 2000 – 2005.

Tulisan itu muncul secara spontan di setiap usai melaksanakan kegiatan. Saya hanya menangkap pesan penting dari setiap kejadian, peristiwa maupun momentum. Karena saya yakin, tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan. Tidak terasa, ternyata cukup banyak naskah berhasil saya tuliskan. Maka bisa saya jadikan sebuah buku.

Menulis Terencana

Ada pula jenis tulisan yang memerlukan persiapan dan perencanaan serius. Contohnya ketika kita membuat tulisan yang panjang, seperti novel, cerita bersambung, dan berbagai jenis buku nonfiksi. Kekuatan perencanaan menjadi salah satu kata kunci untuk kelancaran proses penulisan.

Penulis legendaris asal Yogyakarta, SH. Mintardja, terbiasa melakukan persiapan dan perencanaan yang totalitas. Hal ini bisa kita lihat dari karya yang dihasilkannya, berupa cerita silat berbasis sejarah kerajaan Mataram. Kisah paling monumental adalah Nagasasra Sabuk Inten yang terdiri dari 32 jilid, serta kisah Api di Bukit Menoreh yang terdiri dari 396 jilid.

Untuk mendapatkan unsur-unsur dalam persilatan Jawa yang akan menjadi bahan tulisannya, SH. Mintardja pun menyempatkan diri untuk belajar silat Jawa. Ia mempelajari filosofinya. Ia juga melakukan survey tempat-tempat yang akan dijadikan setting lokasi dalam cerita. Seperti Bukit Menoreh dan sekitarnya, yang menjadi pusat setting cerita Api di Bukit Menoreh.

Bukan hanya merencanakan plot dan setting tulisan, namun SH. Mintardja juga memerlukan second opinion serta penilaian. Maka ia meminta kepada sang istri untuk menjadi orang pertama yang membaca naskah setelah selesai ditulis. Jika istrinya belum setuju dengan ceritanya, SH Mintardja belum akan menyerahkan naskah tersebut kepada redaksi. Terutama untuk jenis naskah sandiwara radio.

Menghadirkan Feel Tulisan

Untuk jenis tulisan yang terencana, kita bisa menghadirkan feel tulisan. Merencanakan itu sebenarnya mengasyikkan. Namun banyak orang yang tidak mengetahui betapa asyik perencanaan. Suatu ketika, saya dan beberapa teman ingin menulis tentang bencana di Sulawesi Tengah, untuk mengetuk hati masyarakat luas guna membantu korban bencana.

Untuk itu, saya dan teman-teman berangkat ke Palu, Donggala dan Sigi yang menjadi lokasi bencana gempa, tsunami serta liquifaksi. Kami berkeliling ke pusat-pusat bencana, mencoba merasakan kedahsyatan kejadian, mendengarkan secara langsung kisah-kisah dari para korban, dan mengetahui kebutuhan mereka. Perjalanan ini gratis karena ada pihak yang menjadi sponsor penulisan kami.

Dengan menyaksikan secara langsung keporakporandaan daerah bencana, kami mendapatkan feel dari peristiwa, untuk kami angkat menjadi tulisan. Kami habiskan waktu untuk berkeliling dari satu titik ke titik lainnya, sambil menghayati suasana kedukaan yang masih sangat kuat melanda. Ini adalah perjalanan kemanusiaan, namun memiliki nilai yang mengasyikkan karena bisa menghadirkan feel tulisan.

Saya juga datang langsung ke Kedai Kopi Menoreh milik Pak Rahmat untuk menghadirkan feel tulisan. Saya berkali-kali menulis tentang nikmatnya kopi Menoreh, yang kita seruput di Bukit Menoreh. Sembari aneka jajanan tradisional, seperti yang dikisahkan dalam cerita Api di Bukit Menoreh. Saya menyebut sebagai ekspedisi Ngopi di Bukit Menoreh.

Dengan duduk menyeruput kopi di Kedai Kopi Menoreh, kami mendapatkan feel dari Menoreh untuk diangkat menjadi rangkaian tulisan. Inilah yang saya sebut, bahwa merencanakan itu mengasyikkan. Membuat hidup menjadi lebih hidup.

TULISAN, ANTARA SPONTAN DAN PERENCANAAN

.

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Menulis Spontan

Proses menulis ada sangat banyak jenisnya. Ada proses menulis spontanitas, untuk mengabadikan hal-hal yang dilihat, dirasakan atau dipikrkan saat itu. Bisa pula untuk mengabadikan peristiwa yang terjadi saat itu. Atau untuk melepaskan beban yang menghimpit.

Jenis tulisan yang seperti ini, bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Tanpa perlu persiapan dan perencanaan. Kita bisa menulis sambil antre di loket, atau sambil menunggu keberangkatan kereta api, atau dalam perjalanan darat, laut maupun udara. Intinya, menulis bisa dilakukan di sembarang tempat dan waktu.

Tulisan spontan seperti ini, bisa dikumpulkan dan kelak dibukukan. Saya pernah menulis buku “Memoar Cinta” yang berisi kumpulan tulisan spontan. Tulisan itu saya buat dalam lawatan perjalanan mengunjungi wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, pada kurun 2000 – 2005.

Tulisan itu muncul secara spontan di setiap usai melaksanakan kegiatan. Saya hanya menangkap pesan penting dari setiap kejadian, peristiwa maupun momentum. Karena saya yakin, tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan. Tidak terasa, ternyata cukup banyak naskah berhasil saya tuliskan. Maka bisa saya jadikan sebuah buku.

Menulis Terencana

Ada pula jenis tulisan yang memerlukan persiapan dan perencanaan serius. Contohnya ketika kita membuat tulisan yang panjang, seperti novel, cerita bersambung, dan berbagai jenis buku nonfiksi. Kekuatan perencanaan menjadi salah satu kata kunci untuk kelancaran proses penulisan.

Penulis legendaris asal Yogyakarta, SH. Mintardja, terbiasa melakukan persiapan dan perencanaan yang totalitas. Hal ini bisa kita lihat dari karya yang dihasilkannya, berupa cerita silat berbasis sejarah kerajaan Mataram. Kisah paling monumental adalah Nagasasra Sabuk Inten yang terdiri dari 32 jilid, serta kisah Api di Bukit Menoreh yang terdiri dari 396 jilid.

Untuk mendapatkan unsur-unsur dalam persilatan Jawa yang akan menjadi bahan tulisannya, SH. Mintardja pun menyempatkan diri untuk belajar silat Jawa. Ia mempelajari filosofinya. Ia juga melakukan survey tempat-tempat yang akan dijadikan setting lokasi dalam cerita. Seperti Bukit Menoreh dan sekitarnya, yang menjadi pusat setting cerita Api di Bukit Menoreh.

Bukan hanya merencanakan plot dan setting tulisan, namun SH. Mintardja juga memerlukan second opinion serta penilaian. Maka ia meminta kepada sang istri untuk menjadi orang pertama yang membaca naskah setelah selesai ditulis. Jika istrinya belum setuju dengan ceritanya, SH Mintardja belum akan menyerahkan naskah tersebut kepada redaksi. Terutama untuk jenis naskah sandiwara radio.

Menghadirkan Feel Tulisan

Untuk jenis tulisan yang terencana, kita bisa menghadirkan feel tulisan. Merencanakan itu sebenarnya mengasyikkan. Namun banyak orang yang tidak mengetahui betapa asyik perencanaan. Suatu ketika, saya dan beberapa teman ingin menulis tentang bencana di Sulawesi Tengah, untuk mengetuk hati masyarakat luas guna membantu korban bencana.

Untuk itu, saya dan teman-teman berangkat ke Palu, Donggala dan Sigi yang menjadi lokasi bencana gempa, tsunami serta liquifaksi. Kami berkeliling ke pusat-pusat bencana, mencoba merasakan kedahsyatan kejadian, mendengarkan secara langsung kisah-kisah dari para korban, dan mengetahui kebutuhan mereka. Perjalanan ini gratis karena ada pihak yang menjadi sponsor penulisan kami.

Dengan menyaksikan secara langsung keporakporandaan daerah bencana, kami mendapatkan feel dari peristiwa, untuk kami angkat menjadi tulisan. Kami habiskan waktu untuk berkeliling dari satu titik ke titik lainnya, sambil menghayati suasana kedukaan yang masih sangat kuat melanda. Ini adalah perjalanan kemanusiaan, namun memiliki nilai yang mengasyikkan karena bisa menghadirkan feel tulisan.

Saya juga datang langsung ke Kedai Kopi Menoreh milik Pak Rahmat untuk menghadirkan feel tulisan. Saya berkali-kali menulis tentang nikmatnya kopi Menoreh, yang kita seruput di Bukit Menoreh. Sembari aneka jajanan tradisional, seperti yang dikisahkan dalam cerita Api di Bukit Menoreh. Saya menyebut sebagai ekspedisi Ngopi di Bukit Menoreh.

Dengan duduk menyeruput kopi di Kedai Kopi Menoreh, kami mendapatkan feel dari Menoreh untuk diangkat menjadi rangkaian tulisan. Inilah yang saya sebut, bahwa merencanakan itu mengasyikkan. Membuat hidup menjadi lebih hidup.

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...