Sabtu, 26 September 2020

PENGALAMAN PKKS YANG TAK KAN TERLUPA

 


 

 

Tak kenal Maka Tak Sayang

Ku datang, Ku Menyapa, Akhirnya Ku Kenal Dia.

 

Berbagai macam tipe pemimpin baru ku tahu dan rasa. Pengalaman indah yang tak akan lupa. Senang, Sedih, prihatin, suka cita dan bahkan terharu. 

 

Sebagai seorang tamu, tergantung penerimaan tuan rumah. Ada  tuan rumah  yang terlalu amat sangat baik hati sampai tak bisa diuangkap dengan kata, ada yang setengah baik,  ada pula tuan rumah yang  tidak suka jika kita bertamu.

 

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kalimat ini  mengandung makna yang mendalam, bahwa dalam hidup  ini dibutuhkan bekal pengalaman agar bisa menjalani dengan baik. Sehingga  kesalahan yang pernah dilakukan tidak terulang kedua kalinya.

 

Tak kenal maka  tak sayang, itu adalah istilah yang selalu ada  dalam kehidupan. Dalam kekeluargaan . Atau bahkan dalam persaudaraan. Tanpa kita datang/ bertamu atau mengenalkan diri mana orang akan kenal kita.

 

Sebagai orang awam, Jika masuk di lingkungan baru, memang merasa ‘berbeda’.  Itu pasti.  Semoga dengan pengalaman orang akan menyesuaikan,belajar,dan beradaptasi.

 

Saya  seorang ASN,  sudah beberapa kali kena mutasi  dari daerah konflik hingga daerah damai seperti saat ini. Dan merasakan  beberapa karakter kepemimpin. Jelas! Karakter setiap pemimpin berbeda. Dari kepemimpinannya pastilah akan berdampak kepada kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

 

Saya adalah  guru bawahan, bukan siapa-siapa, bahkan  merasa tak berharga. Tapi saya sangat bersyukur  bisa mendapatkan kesempatan ‘berkunjung’ ke beberapa tempat sekedar mendampingi, menemani. Yah, seolah ikut  memantau, gitu. Terima kasih banyak untuk kesempatan yang sangat berharga  ini. Yang akhirnya banyak hal baru yang saya dapat.

 

Berbagai karakter pemimpin memang jadi nyata terlihat. Tipe juga bisa terbaca.  Rasa sosial kemanusiaan juga bisa menyentuh hati terasa. Gaya Berhahasa pun terdengar indah  ditelinga saat menyapa.

 

Sebuah kuis singkat yang diterbitkan oleh Headway mampu melihat jenis pemimpin. Kapan pemimpin  harus menggunakan kelebihan dan bagaimana cara mengubah kelemahan menjadi peluang. Pemimpin atau leader ibarat otak dalam anatomi tubuh manusia, dia yang mengatur kerja organ lainnya.

 

Berikut ternyata  ada  6 tipe seorang pemimpin yang saya baca, jadi akhirnya  kita  bisa  membayangkan  ‘pemimpin’ yang kita kunjungi masuk  ‘tipe’ yang mana :

 

1. Tipe leader otokrati

Leader tipe ini sebagai penguasa tertinggi mempunyai otoriter atau kekuasaan dalam mengambil ke putusan tanpa adanya kritik yang mempengaruhi kebijakannya dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Apa yang diucapkan itu yang benar dan harus dilakukan,Menganggap bahwa bawahan sebagai alat kerja semata,Tidak mau menerima pendapat, kritik dan saran dari bawahannya

Terlalu membanggakan jabatan yang di punya sehingga kekuasaannya hanya sebagai formalitas di mata pegawai

Menggunakan paksaan atau hukuman.

Pemimpin dengan tipe otokratis mempunyai kelebihan seperti pengambilan ke putusan yang cepat, pemimpin akan sigap dalam menilai kesalahan bawahannya dan organisasi atau proses kerja akan lebih mudah diawasi. Kelemahannya menimbulkan rasa tidak nyaman pada bawahan karena perlakuan dari leader.

Menimbulkan kubu-kubu yang tidak suka dengan pemimpin, kedisiplinan yang terjadi tidak ikhlas dilakukan melainkan karena paksaan dan pengawasan yang dilakukan hanya sampai pada apakah perintah sudah dilakukan dengan baik.

 

2. Tipe militeristik

Menerapkan sistem militer pada saat menjadi pemimpin dengan tuntutan kedisiplinan yang tinggi. Pemimpin semacam ini mempunyai ciri-ciri berikut :

Menerapkan kedisiplinan tinggi, kaku terhadap bawahannya

Dalam bertugas mempergunakan cara memerintah

Menggerakan bawahannya dengan titel pangkat atau jabatan

Terlalu susah menerima krtik atau masukan dari bawahan

Menyukai formalitas dengan berlebih-lebihan

 

3. Tipe peternalistis

Pemimpin yang punya kadar ke bapakan tinggi. Biasanya pemimpin yang seperti ini akan memperlakukan bawahan seperti orang yang tidak tahu apa-apa, tidak membiarkan bawahannya mengambil keputusan sendiri, tidak memberi kesempatan bawahan untuk berkreasi.

Terkadang bersikap berlebihan saat harus melindungi bawahannya dan sering bersifat serba tahu. Tipe leader ini mempunyai kelebihan pemimpin akan mempunyai sikap yang tegas dalam pengambilan keputusan.

Sehingga bawahan akan merasa aman karena perlindungan yang diberikan, sedangkan kekurangannya tidak adanya proses pengembangan diri pada bawahan sehingga akan muncul ketergantungan.

 

4. Tipe kharismatik

Pemimpin ini dengan tipe ini mempunyai daya tarik yang begitu besar sehingga tanpa diminta bawahannya akan memberikan penghormatan. Para ahli belum mampu menyimpulkan mengapa orang bisa dikatakan sebagai pemimpin yang berkharismatik.

Namun, hal yang diyakini adalah karena seorang pemimpin mempunyai kepribadian yang baik, serta mendapat suatu karunia dari sang Maha Pencipta. Kelebihan dari tipe ini ialah visi dan misi dapat tersampaikan secara jelas, leader dapat memberikan semangat pada bawahan untuk bekerja lebih keras tanpa adanya pemaksaan.

Pengikut atau bawahan yang cenderung setia karena rasa nyaman yang diberikan oleh pemimpin dan pemimpin semacam ini sudah bisa menyadari kelebihannya. Kekurangan pemimpin kharismatik adalah mudah mengambil ke putusan dengan resiko tinggi. Ketergantungan mengakibatkan susah melahirkan generasi yang berkompeten serta tidak adanya control atau koreksi yang dilakukan atas pengambilan keputusan karena bawahan sudah begitu saja membenarkan.

 

5. Tipe Laissez Faire

Pemimpin yang membebaskan bawahannya melakukan hal sesuka hati nuraninya asalkan tujuan bersama dapat tercapai, hal ini karena anggapan bahwa organisasi akan berjalan dengan sendirinya. Pemimpin berpikir para anggota sudah tahu apa yang menjadi tujuan organisasi, apa yang ingin dicapai dan sudah mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugasnya masing-masing.

Pemimpin ini dikategorikan sebagai pemimpin pasif, karena tidak peduli bagaimana organisasi akan berjalan dan tujuan organisasi akan sulit dicapai jika bawahan tidak mempunyai inisiatif dan dedikasi yang tinggi.

 

6. Tipe demokratis

Leader yang memberikan kebebasan pada anggotanya untuk berpendapat, menyampaikan aspirasi, serta mengembangkan bakat dan mempertimbangkan musyawarah untuk menetapkan suatu kebijakan kepada bawahannya.

Pemimpin tipe ini dianggap paling mengerti bawahan karena mau menerima saran, melakukan upaya sinkronisasi antar tujuan organisasi dengan tujuan pribadi, akan berupaya mengoptimalkan potensi yang ada pada bawahannya.

Sehingga nantinya bawahannya akan lebih sukses dari dia, mengutamakan kerja sama tim dan pemimpin dengan tipe ini akan terus mengembangkan kapasitas kepemimpinan yang ada pada dirinya. Namun memiliki kelemahan yaitu, lambat dalam pengambilan ke putusan karena harus meminta saran atau pertimbangan dari bawahan.

 

Terimakasih banyak untuk yang   rela membaca  sampai habis. Ini sekedar ungkapan pengalaman baru saya yang tak akan lupa di sepanjang masa.

 

#SalamHormat!

Selasa, 22 September 2020

MASUKKAN DIRI ANDA KE DALAM SUASANA TULISAN

 


.

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Saat saya menulis untuk memberikan sebuah motivasi, saya terbiasa membaca kisah-kisah motifatif dari banyak tokoh dunia. Dengan membaca kisah hidup dan perjuangan mereka, saya menjadi tersemangati. Saya menjadi termotivasi, tersemangati.

Kadang saya membuka youtube, untuk mencari video penggugah semangat. Perjuangan orang-orang dalam meraih sukses, sangat menggugah jiwa. Dengan berbagai keterbatasan, mereka bisa mencapai keberhasilan. Kisah-kisah nyata tersebut, sangat memotivasi.

Dalam situasi saya memiliki suasana jiwa yang penuh motivasi, saya mudah untuk menuliskan kalimat-kalimat yang memotivasi orang lain. Rasanya mustahil saya bisa memotivasi orang lain, apabila saya berada dalam suasana lesu tak bertenaga.

Demikian pula saat saya ingin menulis tentang kesedihan, saya mencari video di youtube tentang peristiwa kehidupan serta realitas yang menyedihkan. Saya bisa menangis saat menyaksikan kegetiran hidup warga masyarakat yang kesulitan. Saya bisa merasakan kesedihan mendalam saat menyaksikan kisah-kisah mengharukan.

Dalam situasi hati saya sedih —apalagi sampai menangis, maka saya bisa menulis dengan memasukkan emosi kesedihan dalam tulisan saya. Kadang saya menulis di laptop sambil berlinang airmata. Kemaren saya menulis kisah hidup seorang sahabat yang belum lama dipanggil Allah, sepanjang menulis saya terus menerus menangis.

Masukkan Diri Anda dalam Suasana Tulisan

Maka jika ingin menghasilkan tulisan yang ‘bernyawa’, masukkan diri Anda dalam suasana tulisan Anda. Misalnya, bagi yang beragama Islam, ketika ingin menulis tentang Al-Qur’an, masukkan diri Anda ke dalam suasananya sebelum menulis. Karena sudah memasuki suasananya, pada saat menulis, Anda benar-benar bisa menghayati dan menghadirkan suasana Qur’ani.

Bagaimana caranya? Misalnya, Anda menetapkan waktu menulis jam 20.00 – 21.00. Maka Anda memulai dengan shalat Isya berjama’ah, dilanjutkan dengan shalat sunnah, dzikir dan tilawah. Nah, suasana yang terbangun dalam diri Anda, sudah berada dalam kesiapan membahas Al-Qur’an.

Setelah selesai tilawah, lanjutkan menulis, masih dalam suasana berwudhu dan pakaian rapi. Ditambah lagi, Anda mendengarkan murattal menggunakan headset selama menulis. Dengan cara ini, semakin kuat lagi suasana Al-Qur’an Anda miliki. Tulisan Anda benar-benar memiliki kekuatan spiritual dari Al-Qur’an.

Demikian pula saat Anda ingin menulis tentang keutamaan dzikir. Sangat bagus kalau sebelum menulis, Anda sudah memasuki suasana dzikir. Bagaimana caranya? Misalnya, Anda menetapkan waktu menulis jam 05.00 – 06.00. Maka Anda memulai dengan shalat Subuh berjama’ah, dilanjutkan dengan dzikir. Nah, suasana yang terbangun dalam diri Anda, sudah berada dalam spiritualitas dzikir.

Usai dzikir, Anda memulai menulis. Sangat bagus jika selama proses menulis Anda mendengarkan dzikir menggunakan headset. Dengan demikian, Anda benar-benar berada dalam suasana kenikmatan dzikir. Tulisan Anda akan mampu mengajak orang lain menikmati dzikir.

Kekuatan Jiwa dalam Tulisan

Bagi Anda yang muslim, pasti pernah mendengar kisah Hasan Al-Basri yang diminta menyampaikan nasehat kepada masyarakat untuk membebaskan budak. Nah, sekarang saya mengubah kisah ini, agar bisa masuk dalam konteks tulis menulis.

Beberapa budak datang kepada Hasan Al Basri, mengadukan praktek perbudakan yang telah membuat mereka menderita. Para budak ini meminta agar setiap hari Jumat, Hasan Al Basri membuat tulisan berisi nasehat dan ajakan orang-orang kaya agar memerdekakan budak-budak. Mereka berpikir, jika ulama kharismatik yang menuliskan ajakan itu, tentu akan lebih didengar.

Hasan Al-Basri berjanji untuk memenuhi permintaan mereka. Pada Jumat pertama, ternyata Hasan Al Basri tidak menulis tentang perbudakan. Jumat kedua dan ketiga pun tidak ada tulisan beliau tentang perbudakan. Beliau menulis tema-tema yang lain.

Pada Jumat keempat, barulah Hasan Al Basri membuat tulisan tentang keutamaan orang yang memerdekakan budak. Begitu tulisan beliau viral di berbagai media, orang-orang yang memiliki budak langsung berlomba melakukan ajakan tersebut. Dalam waktu singkat, sangat banyak budak telah dibebaskan.

Merasa sangat bahagia, para budak kembali mengunjung Hasan Al-Basri untuk mengucapkan terima kasih atas tulisan beliau. Salah seorang di antara mereka mempertanyakan, mengapa lama sekali beliau memenuhi permintaan mereka.

Hasan Al Basri meminta maaf atas keterlambatan tersebut. “Yang membuat saya menunda membuat tulisan ini adalah karena saya tidak memiliki budak, pun juga tidak memiliki uang untuk memebaskan budak. Saya menunggu sampai Allah mengaruniakan harta, sehingga bisa membeli budak, lalu budak itu saya bebaskan. Setelah itu saya baru bisa menulis ajakan untuk membebaskan budak”.

“Allah memberkati ucapanku karena perbuatanku membenarkan ucapanku,” lanjut Hasan Al-Basri.

Kisah yang sesungguhnya adalah, Hasan Al-Basri diminta untuk menyampaikan khutbah Jum’at tentang keutamaan membebaskan budak. Kemudian beliau baru melaksanakan khutbah Jum’at yang mengajak orang-orang kaya membebaskan budak, setelah beliau bisa membeli dan membebaskan budak. Jum’at keempat, beliau baru memenuhi janji kepada para budak dengan mengumandangkan khutbah, yang langsung disambut dengan pembebasan sangat banyak budak.

Nah, jika kita ambil dalam konteks tulisan, apa yang dilakukan Hasan Al-Basri, adalah tulisan yang memiliki jiwa. Karena ditulis dengan sepenuh hati, sepenuh keyakinan, setelah perbuatannya membenarkan isi tulisannya. “Allah memberkati tulisanku karena perbuatanku membenarkan tulisanku.”

Bahan Bacaan

Sabtu, 19 September 2020

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN MENULIS

 


.

Oleh : Cahyadi Takariawan

Environment is the invisible hand that shapes human behavior — James Clear, 2019   

.

Lingkungan adalah tangan tak terlihat yang membentuk perilaku manusia, demikian salah satu prinsip penting atomic habit yang dikemukakan James Clear. Maka menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menulis, menjadi hal yang sangat penting bagi —terutama, penulis pemula. Ini untuk membangun habit produktif menulis.

Berikut ada saran dari Johanna Cider (2018), lima langkah untuk membentuk lingkungan menulis. Sebelum Anda membaca saran Cider, pegang dulu disclaimer berikut, “What works well for one writer may not work at all for the next; the key is to figure out what helps you to personally focus.

Apa yang efektif membangun fokus menulis pada seseorang, bisa saja tidak efektif bagi orang lain. Demikian disclaimer Johanna Cider. Jadi, masing-masing kita harus cermat melihat kondisi diri kita masing-masing. Lima saran berikut menjadi inspirasi, untuk kita ambil sesuai situasi dan kondisi, termasuk dengan melakukan penyesuaian.

  • Dedicate a space in your home just for writing

“Dedikasikan bagian ruang di rumah Anda hanya untuk menulis”, demikian saran pertama Cider. Ia menyarankan agar Anda mengatur satu ‘ruang menulis’ atau satu sudut khusus untuk menulis. Ini yang sering saya sebut sebagai Zona Tempat Menulis (ZTM).

Manfaat ruang ini, menurut Cider, saat Anda memasukinya, otak Anda akan mengingatkan inilah saat untuk menulis. Saya menyebut sebagai ‘asosiasi’, yaitu sesuatu yang membuat Anda terhubung dengan aktivitas menulis. Semakin banyak Anda memiliki ‘sesuatu’ yang menjadi asosiasi dengan menulis, semakin mudah pula terbentuk habit menulis.

  • Tidy your writing area

“Rapikan ruang menulis Anda”, demikian saran kedua Cider. Alasan yang dikemukakan Cider adalah, “tidy room, tidy mind”. Pepatah menyatakan, kamar rapi, pikiran rapi. Banyak orang tidak nyaman saat berada di ruangan yang berantakan. Maka merapikan ruang menulis akan membuat Anda merasa lebih nyaman untuk bekerja.

Bahkan jika memungkinkan, hiasi ruang Anda dengan asesoris yang membuat Anda lebih bersemangat menulis. Misalnya dengan penempatan alat-alat tulis atau poster motivasi. Tentu saja cukup dekor seperlunya. Ruang yang terlalu banyak asesoris juga membuat suasana ‘ramai’ dan penuh.

  • Find your focus, and make sure you’re comfortable

“Temukan fokus Anda, dan pastikan Anda merasa nyaman”, demikian saran ketiga Cider. Do whatever you need to do to put you in the right state of mind for writing, lanjut Cider. Lakukan apa pun yang perlu Anda lakukan untuk membuat Anda nyaman untuk menulis. Ini terkait dengan kebiasaan masing-masing yang bisa membuat nyaman.

Masing-masing kita bisa memiliki titik fokus yang berbeda-beda. Sebagian penulis memilih melakukan olahraga ringan sebelum menulis. Sebagian yang lain memilih menikmati secangkir kopi. Ada pula yang melakukan shalat duha dan hanya menulis setelah duha.

  • Stay away from distractions

“Jauhi gangguan menulis”, demikian saran keempat Cider. Bentuk gangguan pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang terganggu oleh keramaian. Ada yang terganggu oleh kesepian. Ada yang terganggu oleh gelapnya malam, ada yang terganggu oleh terangnya siang.

There’s no single best place to write that will work for everyone; try a few different places,and you’ll soon figure out where you’re getting the most work done, ujar Cider. Tidak ada satu pun tempat dan suasana terbaik untuk menulis yang cocok untuk semua orang. Maka Anda bisa mencoba tempat dan suasana yang berbeda, dan Anda akan menemukan yang paling tepat bagi Anda.

  • Listen to music or sounds that help you to focus

“Dengarkan musik atau suara yang membantu Anda untuk fokus”, demikian saran kelima dari Cider. Saya tahu sebagian Anda bahkan membenci atau mengharamkan musik, maka Anda bisa menggantinya dengan suara lain yang bisa membangkitkan imajinasi menulis Anda.

Anda bisa menulis sambil mendengarkan murattal. Anda bisa menulis sambil mendengar gemericiknya air, desau angin, atau suara katak di malam hari. Bahkan Anda bisa menikmati suara kesunyian, untuk menghadirkan situasi khusyuk saat menulis. Asal tidak ngantuk.

Demikianlah lima saran untuk menghadirkan lingkungan yang kondusif untuk menulis. Setiap diri harus mengetahui hal apa yang paling bisa menghadirka titik optimal dalam menulis. Selamat menulis, selamat berkarya.

MEMBERI IMBALAN PSIKOLOGI KEPADA ANAK

 


Membaca, melihat  di medsos tentang pembelajaran di rumah. Perlakuan orang tua terhadap putera-puterinya.Ada yang mengeluh.  Ada yang marah-marah. Ada yang jengkel. Ada pula yang  sampai menganiaya anaknya, karena  anak kurang paham maksud dari orang tua, khususnya pada pelajaran matematika. Sebagai guru jadi pedih, perih, bahkan miris mendengarnya.

Hasil dari  pembelajaran dari rumah (BDR)  akhirnya  bisa membuka mata kita. Melihat dengan hati dan perasaan kita. Berbagai macam karakter orang tua jadi bisa terungkap. Terlihat jelas! Bagaimana  cara menerapkan  hubungan orang tua kepada  putera puteri kesayangannya.

Menjadi Orang tua bukanlah tugas yang harus dijalankan denganp perasaan cemas,gelisah, takut, bingung, jengkel atau ragu. Seharusnya  kita jalani dengan perasaan penuh  suka cita, syukur dan kasih sayang. Hubungan baik antara Ortu dan anak adalah  kunci keberhasilan dalam mendidik anak.

Prestasi anak di sekolah bisa tergantung dari cara orang tua mendidiknya di rumah. Putri adalah salah satu siswa  dari sebuah SD favorit di daerahnya. Dia mempunyai IQ bagus, di atas rata-rata.Ayahnya  pejabat. Mamanya juga orang penting di sebuah kantor. Secara finansial meraka  dipandang sebagai keluarga ‘berada’.  Tapi  putri anak semata wayang mereka  tidak pernah semangat di sekolah. Prestasinya pun bisa di pandang ‘buruk’.  Di sekolah hanya melamun saja.

Surat panggilan dilayangkan untuk orang tuanya.  Dengan suka cita orang tuapun datang. Mereka menceritakan bahwa dia sangat menyayanginya.  Dia akan mendapatkan paling baik jika dia minta sesuatu.  Kami keluarga yang demokratis,  mandiri dan kami bahagia dalam keluarga kami. Bukan begitu,mama? : tanya ayah putri kepada mamanya untuk mendapatkan konfirmasi.

Kadang ortu beranggapan, Jika semua kebutuhan anak dicukupkan, bahkan dilebihkan, akan membuat anak berprestasi?!. Ternyata ‘tidak’.  Katakanlah, misalnya  sebuah hasil karya siswa berupa lukisan. Tugas sekolah, dengan serius ia membuatnya, dari guru dapat pujian dan nilainya bagus. Dengan penuh harapan , dia akan memamerkan haril karyanya ke orang tua utk dapat ‘pujian’ berikutnya. Begitu  super  sibuknya orang tua, begitu putri yang dengan antusias untuk ‘pamer’ hasil karya, eh!!  ternyata orang tua, ‘cuek’. Bahkan  menyuruh dia pergi, karena lagi sibuk dan pesan untuk  tidak boleh ganggu.  Sekali, anak maklum. Dua kali kejadian sama, anak mulai sakit hati, ketiga kali  anak jengkel dan selanjutnya anak jadi frustasi atau  trauma. Akhirnya dia mendoktrinkan diri. Untuk apa saya repot-repot kerja keras. Percuma!.

Sifat alami manusia   suka menerima ‘pengakuan’ untuk hasil yang dicapainya. Sesuatu yang dibuatnya jika mendapatkan pujian pasti  ia akan semakin keras pula usahanya untuk maju. Ini yang namanya memberi imbalan psikologi kepada anak.

Bahagia sekali kemarin guru mulai mengajar di sekolah. Ternyata tidak lama. YSekarang BDR Lagi. Saat ini guru  merindukan  kapan lagi mengajar di sekolah, rindu bertemu dengan anak. Tapi Ortu pusing mengajar anak. Mari kita sama-sama mendidik , melatih dan mengajar anak kita dengan kasih sayang, perhatian dan penuh suka cita. Semoga anak kita selalu mendapat ‘pengakuan’ dan  imbalan psikologis dari orang tua.  Salam guru untuk orang tua.

 

 

Aku Sedih Karena Orang Tua Terlalu Mencintaiku

 


 

Menulis tentang seseorang karena “terkesan” kepada subyeknya, tentang kisahnya.

Memang kisah ini biasa saja, ini tergantung dari cara kita memberi makna atas peristiwa yang ada.

 

 

L

ahir, hidup, mati, rejeki dan jodoh  bahkan nasib dari manusia itu sudah di atur olehNya.

Suka atau tidak suka kita harus menerimanya. Kita tetap bersyukur dengan yang ada.  Ajari kami Tuhan untuk bisa selalu berucap syukur dalam keadaan apapun, penuhi kami dengan keiklasan. Karena hidup adalah tantangan yang harus dihadapi. Penderitaan yang harus diatasi. Pertandingan yang harus dimenangkan.  Hidup juga sebuah kuajiban  yang harus  dilakukan oleh setiap manusia.

Alkisah sebuah keluarga  miskin diperkampungan daerah terpencil di nun jauh di sana. Karena terhimpitnya kehidupan. Sengsaranya keadaan. Perihnya  hati.  Lapar dan dahaga yang di rasakannya. Istri dan  dua orang anak yang  harus ditanggungnya.  Memang sudah berupaya   buat ladang. Tapi ladang tak pernah menghasilkan.  Karena  teriknya matahari dan  kamarau yang  teramat panjang. Sumber airpun mengering.

Betapa sedihnya hidup ini.  Hidup  enggan matipun  tidak. Karena  kurang makan dan kehidupan  serba berkekurangan, salah satu anaknya  jatuh sakit. Sakit selalu dianggap biasa.Jika sakit dibiarkan, toh nanti akan sembuh sendiri. Begitu dia punya keyakinan Di perkampungan  jauh untuk pengobatan. Hari demi hari ditunggui saja. Eh!! ternyata  keyakinan itu meleset.Sakit semakin parah,  panaspus semakin tinggi.  Rasa panik pun tak  bisa dihindari. 

Karena situasi dan kondisi. Akhirnya dia jadi punya  rencana untuk  mencuri.  Kambing banyak di ladang orang.  Tengah  malam beraksi demi si buah hati yang  sakit supaya  tidak mati.  Aksipun sukses. Dipikulnya kambing, dan dibawa serta Istri dan anak-anaknya ke kota di tengah malam dengan berjalan kaki. Lumayan, bisa sekitar dua puluhan kilo untuk dapat jalan raya.

Sampailah mereka di jalan raya tempat biasa  bis pedesaan  ada. Sekitar jam 9 , bis pun muncul. Mereka naik bis menuju kota.  Setelah turun,  konjakpun meminta bayarannya. Dengan segala keluh kesahnya. Akhirnya sang konjak mau membantu menjualkan kambing, sekalian untuk ongkos bisnya. Karena kebaikan hati pak supir diantarlah ia ke pasar supaya bisa jual dulu kambingnya  supaya  lunas ongkos bisnya. Seberapun  uang kambing yang penting sudah bisa untuk bekal hidup sementara di kota.

Orang kampung  tak tahu ramainya kota. Tak pikir panjang, mereka bertanya dimana rumah sakit berada. Ternyata ada saja orang baik yang rela mengantarnya. Sampailah mereka di rumah sakit. Dibawalah Hana  yang  sakit  itu menghadap ke dokter. Karena lambatnya penanganan dan lamanya  penderitaan, dokter memfonis bahwa dia sakit  lupus dan tak bisa disembuhkan. Lupus merupakan  penyakit inflamasi  kronis yang disebabkan oleh sistem imun yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi tubuh dari serangan  infeksi virus atau bakteri.  Pada pengidap lupus ini  sistem imun justru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.

Dokter pun menyarankan untuk pulang saja. Karena memang sia-sia jika ditangan di rumah sakit. Dengan langkah lunglai dan tidak berdaya akhirnya dia pun harus menyetujuinya. Di gendongnya Hana, diciumnya dengan  peluh dan air mata.  Mereka pulang dengan  penuh rasa duka lara. Sedih, pilu!! Kita tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Tubuh Hana kurus, lemas dan berdaya.

 

Suatu ketika Saya datang menemuinya. Kutatap matanya. Tersirat kesedihan di dalam dirinya. Ya, dia akan menanggung  sendiri keadaan sampai  seumur hidupnya.Tuhan, kuatkan dia dalam  kesengsaraannya. Semoga tetap semangat menjalani  kehidupannya sekarang hingga akhir hayatnya. Benar adanya, Tuhan  buat ujian  setiap manusia. Supaya kita semakin dekat denganNya. Semoga  ini  rencana Indah yang dibuatNya. Salam !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumat, 18 September 2020

EMPAT ‘HUKUM’ MEMBANGUN KEBIASAAN MENULIS DENGAN ATOMIC HABIT

 


.

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Kesempatan kali ini saya akan kembali mengulik teori pembentukan habit yang dikemukakan oleh James Clear. Teori itu ia sebut sebagai atomic habit. Clear meyakini bahwa habit itu pada dasarnya dibentuk dengan cara-cara sederhana.

Clear mengenalkan empat hukum membangun habit (The Four Laws of Behavior Change). Hukum ini bercorak umum, bisa untuk habit apapun. Namun dalam konteks membangun habit menulis, kita bisa menerapkan keempatnya sebagai berikut.

  • Make it obvious, menjadikannya terlihat

Jika Anda ingin memiliki habit sebagai penulis produktif, jadikanlah kegiatan menulis itu terlihat nyata. Anda harus menulis setiap hari, dan menghasilkan karya nyata yang bisa terlihat. Jadi, bukan sekedar menulis dan tidak selesai, lalu besok menulis lagi dan tidak selesai lagi.

Banyak orang yang ketika belajar menulis, sering tidak menyelesaikan karya. Mereka menulis satu tema, kemudian berganti tema lain, dan berganti tema lain lagi. Tak ada satupun yang selesai. Semua menjadi tulisan setengah jadi, atau seperempat jadi. Dampaknya, tidak terlihat.

Agar habit menulis Anda terbangun, buatlah karya tulis yang selesai. Setelah selesai menulis, kemudian publikasikan karya tulis Anda. Yang paling mudah adalah publikasi melalui media sosial, atau blog pribadi. Dengan cara publikasi, hasil karya Anda menjadi terlihat. Bahwa Anda benar-benar menghasilkan karya tulis yang bisa dibaca oleh siapa saja.

  • Make it attractivemenjadikannya menarik

Jika Anda ingin memiliki habit sebagai penulis produktif, jadikanlah kegiatan menulis itu menarik bagi Anda. Masing-masing orang punya cara sendiri untuk membuat menulis menjadi sesuatu yang menarik. Sebagian orang memberi ‘hadiah’ kepada dirinya sendiri, setiap hendak menulis.

Ada penulis yang memberi hadiah dirinya dengan minum secangkir kopi kesukaan setiap kali hendak menulis. Ini adalah cara dia menjadi bersemangat, karena bisa meminum kopi ‘mahal’ sebelum menulis. Ada pula yang memberi hadiah kepada diri sendiri dengan membeli laptop baru, untuk sarana menulis.

Dengan memberikan hadiah tersebut, akhirnya menulis menjadi menarik bagi dirinya. Tentu saja, tidak harus seperti itu cara membuat untuk menjadikan menulis sebagai hal yang menarik. Memberi hadiah itu hanya salah satu contoh saja.

Bagi Anda yang sudah terbentuk habitnya, maka menulis memang menarik. Tidak perlu melakukan cara-cara khusus untuk membuat menulis menjadi menarik. Namun bagi Anda yang belum memiliki habit menulis, Anda perlu memikirkan cara, agar menulis menjadi sesuatu yang menarik bagi Anda.

  • Make it easy, menjadikannya mudah

Jika Anda ingin memiliki habit sebagai penulis produktif, jadikanlah kegiatan menulis itu mudah Anda lakukan. Artinya, jangan mempersulit diri dalam menulis. Misalnya, menulis itu harus dengan gaya bahasa tertentu, dengan kaidah-kaidah tertentu, dengan aturan-aturan baku tertentu. Ini menjadi sangat sulit bagi pemula.

Maka cara membangun habit menulis bagi pemula adalah dengan berlatih free writing sebanyak mungkin. Anda boleh menulis apa saja, bebas, tanpa kaidah apapun, dalam waktu tertentu. Misalnya menggunakan Teknik 30 MM, yang bisa Anda simak kembali di sini. Menulislah dengan penuh kebebasan, dan rasakan kemudahan menulis.

Ketika Anda merasa terbebani, maka menulis menjadi hal yang tidak mengasyikkan bagi Anda. Sesuatu yang menjadi beban, akan sulit menjadi habit atau kebiasaan. Sesuatu yang Anda rasakan mudah, maka menjadi mudah pula terbentuk menjadi kebiasaan. Inilah alasan mengapa saya sering menggemakan “menulis semudah bernapas”.

  • Make it satisfyingmenjadikannya memuaskan

Jika Anda ingin memiliki habit sebagai penulis produktif, jadikanlah kegiatan menulis itu memuaskan bagi Anda. Seiring berjalannya waktu, proses pembelajaran menulis Anda akan semakin memberikan hasil yang memuaskan. Baik dari segi proses, maupun dari segi kualitas hasil. Semakin memuaskan bagi Anda, menulis akan cepat menjadi habit bagi Anda.

Saya bisa mendapatkan kepuasan dari menulis, dalam berbagai kesempatan. Pertama, ketika saya berhasil menyelesaikan satu karya tulis. Misalnya, saya menulis rutin untuk berbagai blog yang saya kelola. Saat selesai menuliskan satu naskah, saya merasa puas karena telah menghasilkan karya.

Kedua, ketika saya berhasil mencapai target penulisan. Untuk setiap naskah yang saya posting di blog, target minimal adalah 500 kata. Tidak boleh kurang, boleh lebih tapi tidak sampai dua kali lipat target. Jadi saya selalu menghitung, berapa kata atau karakter, naskah yang saya hasilkan. Tidak semata-mata menulis naskah.

Ketiga, ketika saya berhasil mempublikasikan karya tulis tersebut. Setelah selesai menulis, sesuai dengan target, kemudian melakukan publikasi, rasanya benar-benar puas. Apalagi ketika publikasi berbentuk buku. Ada kepuasan saat buku itu terbit —menjadi laku ataupun tidak laku di pasar. Terbitnya saja, sudah memberi kepuasan.

Karena saya puas dengan  proses dan hasilnya, maka membuat saya selalu semangat menulis. Semakin lama semakin mudah dan semakin produktif menulis. Ini karena menulis sudah menjadi habit dalam kehidupan saya.

Demikianlah empat hukum atomic habit yang dikemukakan oleh James Clear dalam konteks umum. Namun pada pembahasan kali ini saya sempitkan dalam kaitan dengan membangun habit menulis.

Selamat menulis, selamat berkarya, moga Allah berkahi kita semua.

Rabu, 16 September 2020

New Normal Bagi Guru dan Peserta Didik Saat Pandemi Melanda Di Kota Kecilku, Waingapu, Sumba Timur, NTT

 

TUGAS  6

Artikel Revisi 2

*Ledwina Eti Wuryani  / Materi Artikel / KMO  Basic Batch 33*

 


 

Saat pandemi  datang, kita sedih. Apalagi melihat, mendengar berita di TV, di medsos, banyak saudara-saudara kita  yang  terserang covid, ada di karantina,  dirawat . Bahkan tidak sedikit juga  yang  sudah meninggal. Rasa takut, cemas, was-was ada terus pastinya. Oh Tuhan, semoga kami  selalu  diberikan kesehatan  dan terbebas darinya.

Saya adalah seorang ASN, guru, di mana  waktu itu pernah membayangkan, betapa bahagianya  jika  bisa menghirup  udara pagi di rumah setiap hari. Aktivitas di rumah yang bebaasss!! setiap hari.  Ternyata  Tuhan memberikan jawaban. Berkat Pandemi. Diwajibkan di rumah saja. Hari pertama, kedua, ketiga  sekitar 3 minggu, terasa  jenuh  dan bosan. Seiring berjalannya  waktu, akhirnya  kita bisa menikmati indahnya “di rumah saja”.  Suatu hal yang  tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Sebelum pandemi ada, guru dan siswa  harus bekerja,  menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mencapai target kurikulum. Kami melaksanakan tatap muka dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Saat pandemi melanda,  kegiatan belajar mengajar  terasa ‘lebih ringan’, karena belajar dari rumah saja. Setiap orang punya  talenta masing-masing. Akhirnya  bakat masing-masing  mulai muncul. Hobi mulai tersalur.  Waktu mendukung. Setiap  orang jadi  bisa menggali potensi diri. Akhirnya masing-masing orang  bisa menunjukkan kreatif dan kompetensi pribadi. Setiap orang bisa  merealisasikan dan  mewujudnyatakan potensinya. Di antaranya:  memasak, menulis, olah raga dan lain-lain. Dari hobi  yang tersalur kita jadi merasa bahagia dan terhibur.

Kreativitas disebut juga sebagai berpikir kreatif (creative thinking), yaitu proses berpikir seseorang atau aktivitas kognitif seseorang dalam menghasilkan ide-de yang baru dan bermanfaat.’Suharnan, 2005. Benar adanya , ternyata dengan adanya  musibah ini, hari-hari di rumah saja, kita bisa  lebih kreatif!.  Di rumah saya ada  beberapa  anak sekolah yang ‘tinggal’ atau ‘numpang’. Saat Pandemi mereka belajar dari rumah (BDR). Akhirnya saya pun menerapkan pembelajaran di rumah. Tujuannya  adalah mengarahkan mereka untuk memunculkan kreatif.  Saya mengajak  anak-anak untuk  berkebun, bertani,  menanam sayur, memasak, hasil  di-posting  di WA group, teman-teman  pesan kita antar, menghasilkan uang.

 

Saya senang melihat  dan membaca di postingan teman-teman guru dan peserta didik. Mereka mempunyai hobi baru.   Ada yang membuat bedeng untuk kebun sayur. Ada yang  menjual  hasil masakan. Ada yang menjual ikan hasil suluh. Mereka seolah  ada persaingan positif, berlomba untuk menunjukkan  semangatnya  dalam memanfaatkan  waktu luang di rumah. Asyik!!. Senang sekaligus bangga melihat mereka. Kita bisa saling memotivasi. Kita  saling partisiasi untuk  membeli produk rumahan mereka.

Untuk menggali potensi diri siswa, salah satu tugas  adalah  membuat ‘produk’, yaitu membuat poster. Poster berisi keterampilan baru di rumah.   Dibuat se-kreativ mungkin. Setiap anak   punya  bakat masing-masing dan  mereka punya rasa kreatif yang berbeda-beda.  Dan judul  tugas tersebut adalah “Aku Setelah Pandemi”. Poster hasil karyanya difoto  bersama pembuatnya, kirim lewat WA grup kelas.  Karena merupakan tugas wajib dan  merupakan salah satu   penilaian  mata pelajaran  ketrampilan  dalam  matematika. Mereka semangat. Mereka ingin membuat yang terbaik. Bukti fisik  dan karya  nyata  tanya orang tua. Mana mungkin peserta didik berani bohong sama gurunya.

Pembelajaran BDR menggunakan  ‘daring’ (dalam jaringan)  :   GCR ( Google ClassRomm),  Aplikasi  zoom , googleform dan berbagai aplikasi Internet akhirnya mereka  jadi  ‘tahu’, trampil dan ‘pengalaman’  menggunakan  HP Android dengan lancar jaya dan penuh semangat.  Mereka  jadi tahu benar  tentang ‘fungsi’ HP android yang sebenarnya. Kalau dulu  tahunya  ‘hanya’ untuk ‘main game’ buka ‘ You Tube’ ,”FB” kapasitas sebagai pemain game dan penonton saja.  Tapi sekarang  bisa untuk menggali informasi berbagai  hal. Bahkan  akhirnya  bisa kreatif  mendownload  berbagai aplikasi  karena ‘tuntutan’ tugas sekolah yang harus di”video’kan. Seperti  aplikasi  ‘KineMaster”, “Canva” , CS, ‘Tik Tok’, ‘ZOOM’ “classroom’, ‘Zenius’ ,’Snaptube’, ‘Meet , ‘Telegram’dan masih banyak lagi, yang mana gurunya sudah ‘kalah’  kreatif dibanding   ketrampilan anak-anak.  Memang tidak semua,  tapi ‘lumayan’ beberapa anak jadi lebih kreatif  dalam memanfaatkan HP.

Waktu Luang di rumah terasa banyak. Kebersamaan dan Keakraban bersama keluarga mulai terasa. Rasa saling menyayangi, saling membutuhkan, saling melengkapi, Saling berbagi   semakin nyata. Dengan demikian tugas-tugas dari sekolah bisa dikerjakan dengan pendampingan kakak atau bahkan orang tua. Setiap tugas, pekerjaan terasa ringan dan menyenangkan.

Janganlah  pandemi itu dianggap sebagai  musibah, tetapi anggap  dia datang sebagi tamu, kita  sebagai tuan rumah harus menerima dengan penuh suka cita.  Kita tetap bersahabat, berdampingan. Ternyata  bagi sebagian orang, pandemi ini   membawa dampak positif. Membawa Berkah. Kita bisa  punya kegiatan-kegiatan kreatif.  Dimana dari kegiatan kreatif  bisa menumbuhkan bakat kita masing- masing  yang terpendam. Memunculkan  ide kreatif di luar  dugaan kita. Bahkan lebih membanggakan lagi  bisa  mempunyai penghasilan tambahan. Siapa tidak bangga kalau  punya penghasilan tambahan?  Kita  bisa belanja   ‘keinginan’ kita sesuai  uang “bonus” yang kita punya. Gaji bulanan, hanya cukup untuk belanja ‘kebutuhan’ kita, biasa sudah masuk ‘pos’  rutin. Dengan adanya uang bonus,  bisa kita  pakai untuk  sedikit bersenang-senang bersama keluarga, memanjakan  diri, makan yang lebih enak dari biasanya. Dulu tak sempat dan tak ada waktu. Saat  ini bisa merealisasikan.

Terima kasih  Tante Corona,  atas kedatanganmu,  kita tetap bersahabat!  Darimu kami menjadi lebih dewasa, lebih  menghargai kehidupan, lebih bisa menjaga kesehatan, tahu diri, dan  bisa menggali bakat pribadi. Semoga setelah pandemi  ini berlalu kita punya kebiasaan baru yang lebih produktif. Jika kita produktif kita akan merasakan  sebuah kebahagiaan baru. Pinjam kata-kata dari Pak Cah,  Inilah kebahagiaan  kecil  saya . Sederhana!. Bahagia bertumbuh  dengan mencapai  target-target kecil  yang diciptakan sendiri. Salam Literasi!. Salam Sehat! Semoga Pandemi  cepat berlalu.

 

 

 

Ucapan  :

Kepada: P Cah dan  Ibu , Mbak Laila dan mbak-mbak Admin lainnya.

Trima kasih banyak  saya sampaikan kepada orang-orang baik yang berjasa untuk saya. Dulu buta, sekarang  sudah  melihat dunia. Dulu hanya  bisa membaca, tapi sekarang  menulis walau baru sederhana. Dulu  kurang  tertarik membaca, sekarang jadi suka membaca. Dulu  buku-buku di rumah hanya dipajang saja, akhirnya  sekarang  saya lahap sebagai  bahan referensi dan isinya sangat menarik hati. Dulu hanya kagum jika melihat orang yang hebat  menulis, tapi sekarang  saya akan  terus mencoba menulis, menulis dan terus menuils. Siapa tahu juga bisa menerbitkan buku. Bukan hanya mimpi semata. SHSB. “Harus Bisa “. Bukan ingin terkenal, tapi cukuplah dikenal. Semangaatttt!!!

 

 

 

KOREKSI 2

·         Judul:

Ø  Berikut cara penulisan judul yang benar:

1.      Setiap kata pada judul diawali dengan huruf kapital atau huruf besar. Akan tetapi ada pengecualian, silakan lihat poin berikutnya.

2.      Gunakan huruf kecil semua pada kata yang sifatnya partikel, yaitu kata penghubung (konjungsi), kata depan (preposisi), dan kata seruan perasaan (interjeksi)

Contohnya pada kata berikut: dari, ke, di, pun, pada, kepada, jika, maka, agar, supaya, hingga, sebagai, terhadap, karena, yang, dll.

3.      Gunakan huruf kapital di awal setiap kata ulang yang katanya sama. 

Contohnya: Undang-Undang, Orang-Orang, Teman-Teman, dll.

4.      Gunakan huruf kapital hanya di awal kata pertama pada kata ulang yang berubah bunyi dan juga kata ulang berimbuhan. 

Contoh kata ulang berubah bunyi: Sayur-mayur, Lauk-pauk, dll.

Contoh kata ulang berimbuhan: Terbirit-birit, Kejar-mengejar, Tergopoh-gopoh, Kejar-mengejar, Berlari-lari, dll.

 

·         Ejaan dan tanda baca

Ø  Penulisan huruf kapital

1.         Awal kalimat.

2.         Nama orang, tempat, hari, bulan, hari besar, nama agama, kitab, nama Tuhan atau dewa.

3.         Beberapa kata yang biasa ditulis kecil akan menjadi kapital jika dibarengi dengan kata-kata tertentu. Contoh: Kota Bandung, Kota Kembang, Danau Toba, Asia Tenggara.

4.         Jika nama daerah digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu, maka ditulis kecil dengan nama daerah yang besar. Contoh:

a.      Fahmi memelihara harimau Sumatera.

b.      Dia membeli pempek Palembang.

c.          Tambahan: Jangan tertukar dengan istilah yang tidak sesuai dengan geografis. Contoh: kunci inggris, gula jawa, petai cina.

5.         Penulisan singkatan memiliki beberapa aturan berbeda.

a.      Singkatan yang dibentuk dari huruf pertama setiap kata maka ditulis dengan kapital semua. Contoh: MPR, ITB, PDI.

b.      Singkatan yang dibentuk dari suku kata dan merupakan nama badan ditulis kapital hanya di huruf pertama. Contoh: Menkominfo, Bapenas, Pramuka.

c.       Singkatan yang dibentuk dari suku kata ditulis dengan huruf kecil semua. Contoh: tilang, pemilu, sosbud.

6.         Nama gelar atau jabatan yang diikuti nama orang, pengecualian untuk dokter (dr.). Jika tidak diikuti nama jangan ditulis kapital. Contoh:

a.      Saya bertemu Presiden Joko Widodo.

b.      Setelah lulus S3, dia dipanggil Dr.Risky. -> tanpa spasi

c.       Squall berobat ke dr.Kadowaki. ->tanpa spasi

d.      Adikku bercita-cita ingin menjadi presiden.

 

Ø  Penggunaan kata-kata baku (cek kata baku atau tidak di KBBI). Contoh: aktivitas bukan aktifitas, memengaruhi bukan mempengaruhi. Gunakan kata baku. Jika harus menggunakan kata tidak baku (misalnya karena tidak ada kalimat yang menggantikan), maka kata tersebut ditulis miring seperti halnya istilah asing

Ø  Penulisan kata ulang yang benar: kadang-kadang. Bukan kadang – kadang, kadangkadang atau kadang2.

Ø  Penulisan awalan di- dan kata depan di

Awalan di- (serangkai)

Kata depan di (dipisah)

Dimakan

di dalam

Diserang

di rumah

Disimak

di sini

Semua di dipisah kecuali yang merupakan awalan. Ciri awalan, di bisa diubah menjadi me. Contoh: dicuriàmencuri. Di kemudian hari tidak bisa diubah menjadi mengemudian hari, berarti dipisah.

 

Ø  Penulisan pun yang seharusnya dipisah kecuali pada kata: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun dan walaupun.

 

Ø  Spasi: sebelum koma/titik: tanpa spasi, setelah koma/titik: menggunakan spasi. Contoh: Ayah membeli buku, ibu membeli sayur. Setelah itu mereka pulang bersama.

 

Ø  Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan–nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

 

Ø  Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:

·         Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

·         Imam berlari keliling lapangan sebanyak dua belas kali

·         Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.

·         Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.

(Pedoman penulisan angka selengkapnya bias dibaca di PUEBI)

·         Kalimat dan paragraf

Ø  Teknik menulis kalimat langsung.

1.      Penulisan kalimat petikan diapit oleh tanda baca petik dua (“ … ”) bukan tanda petik satu. Contoh :

o    Benar    : “Aku ingin sekolah!” Arya berteriak di tengah lapangan.

o    Salah     : ‘Aku ingin sekolah!’ Arya berteriak di tengah lapangan.

2.      Huruf pertama pada kalimat yang dipetik ditulis menggunakan huruf kapital. Contoh:

o   Benar    : Pak Pono berujar, “Jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau dijadikan budak nafsu.

o   Salah     : Pak Pono berujar, “jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau dijadikan budak nafsu”

Namun bila dalam satu kalimat terdapat dua atau lebih kalimat petikan, huruf pertama yang ditulis kapital cukup pada kalimat petikan pertama saja. Untuk kalimat petikan kedua, huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata pertamanya merupakan kata Nama atau sapaan. Contoh :

·         “Ayo cepat!” teriak Akhsan, “nanti keretanya keburu lewat.” (benar)

·         “Ayo cepat!” teriak Akhsan, “Nanti keretanya keburu lewat.” (salah)

·         “Ketemu!” teriak Akhsan dari bawah, “Pak Joko sudah ketemu!” (benar)

·         “Ketemu!” teriak Akhsan dari bawah, “pak Joko sudah ketemu!” (salah)

3.      Untuk memisahkan kalimat petikan dan kalimat pengiring menggunakan tanda baca (baca juga: penggunaan tanda baca) koma (,) di antara kalimat pengiring dan kalimat petikan dengan pola susunan sebagai berikut :

·         “Kalimat kutipan”, kalimat pengiring, “kalimat kutipan”

o    “Tadi saya lihat Neng Aisyah lari,” Pak Ujang berkata, “raut mukanya terlihat seperti habis menangis.

·         “Kalimat kutipan,” kalimat pengiring

o    “Serahkan saja tugas mengintai kepadaku! Aku tak akan menyecewakan kalian,” ucap Sersan Dixa sembari meninggalkan ruangan.

·         Kalimat pengiring, “kalimat kutipan”

o    Bung Karno pernah berujar, “Pangan adalah soal hidup dan mati suatu bangsa.”

Perlu diingat bila suatu kalimat kutipan yang ditulis sebelum kalimat pengiring merupakan kalimat pernyataan atau berita, maka sebelum tanda kutip terakhir, kalimat tersebut diakhiri dengan tanda baca koma (,) bukan tanda titik (.). Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat berita atau pernyataan di suatu kalimat kutipan yang ditulis setelah kalimat pengiring.

4.      Kalimat langsung yang berupa dialog yang berurutan, maka di bagian depan kalimat kutipannya diberikan tanda baca titik dua (:). Tanda ini untuk memisahkan antara pihak yang mengutarakan dengan kalimat kutipannya.

Kania   : “Nampaknya tahun ini akan jadi tahun yang besar untuk bangsa ini.”

Arya : “Aku setuju denganmu, mengingat tahun ini merupakan peringatan kemerdekaan yang ke-100.”

Kania   : “Aku mendapat bocoran jika tahun ini pemerintah sudah menyiapkan dana trilyunan untuk mempersiapkan perayaan.”

Arya     : “Benarkah? Aku kira terlalu berlebihan anggaran sebanyak itu hanya digunakan untuk sekadar perayaan.

Kania   : “Aku sependapat, alangkah lebih baiknya jika dana sebesar itu digunakan untuk investasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.”

Arya     : “Benar, kita semua tahu banyak anak bangsa berbakat yang harus keluar negeri karena merasa kemampuannya tidak terfasilitasi di negeri sendiri.”

 

Untuk ucapan dalam hati, tidak menggunakan kalimat langsung namun ditulis miring.

Ø  Gunakan format justify (rata kanan kiri) agar naskah rapi.

 

·         Masukan

Ø  Setelah selesai menulis keseluruhan artikel, sangat penting untuk membaca ulang dan mengedit penulisan agar meminimalisasi salah ketik (typo) dan sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku (PUEBI).

Ø  Setelah mempelajari PUEBI dan beberapa pedoman di atas, temukan kesalahan penulisan pada artikel Anda dari halaman 2 (dua) sampai selesai, kemudian kirim revisinya maksimal tujuh hari setelah artikel ini dikirim. Ingat, koreksi keseluruhan artikel Anda berdasarkan panduan yang sudah diberikan di atas. Jangan hanya yang ditandai ya.

 

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...