TUGAS 6
Artikel Revisi 2
*Ledwina Eti Wuryani
/ Materi Artikel / KMO Basic
Batch 33*
Saat pandemi datang, kita sedih. Apalagi melihat, mendengar
berita di TV, di medsos, banyak saudara-saudara kita yang
terserang covid, ada di karantina,
dirawat . Bahkan tidak sedikit juga
yang sudah meninggal. Rasa takut,
cemas, was-was ada terus pastinya. Oh Tuhan, semoga kami selalu
diberikan kesehatan dan terbebas darinya.
Saya adalah seorang ASN, guru, di mana waktu
itu pernah membayangkan, betapa bahagianya
jika bisa menghirup udara pagi di rumah setiap hari. Aktivitas di rumah yang bebaasss!! setiap hari.
Ternyata Tuhan memberikan
jawaban. Berkat Pandemi. Diwajibkan di rumah saja. Hari pertama, kedua,
ketiga sekitar 3 minggu, terasa jenuh
dan bosan. Seiring berjalannya waktu, akhirnya kita bisa menikmati indahnya “di rumah
saja”. Suatu hal yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Sebelum pandemi ada, guru dan siswa harus bekerja, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
mencapai target kurikulum. Kami melaksanakan tatap muka dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Saat pandemi melanda,
kegiatan belajar mengajar terasa
‘lebih ringan’, karena belajar dari rumah saja. Setiap orang punya talenta masing-masing. Akhirnya bakat masing-masing mulai muncul. Hobi mulai tersalur. Waktu mendukung. Setiap orang jadi
bisa menggali potensi diri. Akhirnya masing-masing orang bisa menunjukkan kreatif dan kompetensi
pribadi. Setiap orang bisa
merealisasikan dan mewujudnyatakan
potensinya. Di antaranya: memasak, menulis, olah raga dan lain-lain.
Dari hobi yang tersalur kita jadi merasa
bahagia dan terhibur.
Kreativitas disebut juga sebagai berpikir kreatif (creative thinking), yaitu proses berpikir seseorang atau
aktivitas kognitif seseorang dalam menghasilkan ide-de yang baru dan bermanfaat.’Suharnan’, 2005. Benar
adanya , ternyata dengan
adanya musibah ini, hari-hari di rumah
saja, kita bisa lebih kreatif!. Di rumah saya ada beberapa
anak sekolah yang ‘tinggal’ atau ‘numpang’. Saat Pandemi mereka belajar
dari rumah (BDR). Akhirnya saya pun menerapkan pembelajaran di rumah. Tujuannya adalah mengarahkan mereka untuk memunculkan
kreatif. Saya mengajak anak-anak untuk berkebun, bertani, menanam sayur, memasak, hasil di-posting di WA
group, teman-teman pesan kita antar,
menghasilkan uang.
Saya senang melihat dan
membaca di postingan teman-teman guru dan peserta didik. Mereka mempunyai hobi
baru. Ada yang membuat bedeng untuk
kebun sayur. Ada yang menjual hasil masakan. Ada yang menjual ikan hasil
suluh. Mereka seolah ada persaingan
positif, berlomba untuk menunjukkan semangatnya dalam memanfaatkan waktu luang di rumah. Asyik!!. Senang
sekaligus bangga melihat mereka. Kita bisa saling memotivasi. Kita saling partisiasi untuk membeli produk rumahan mereka.
Untuk menggali potensi diri siswa, salah satu tugas adalah membuat ‘produk’, yaitu membuat poster. Poster
berisi keterampilan baru di rumah. Dibuat se-kreativ mungkin. Setiap anak punya
bakat masing-masing dan mereka
punya rasa kreatif yang berbeda-beda. Dan
judul tugas tersebut adalah “Aku Setelah
Pandemi”. Poster hasil karyanya difoto
bersama pembuatnya, kirim lewat WA grup kelas. Karena merupakan tugas wajib dan merupakan salah satu penilaian
mata pelajaran ketrampilan dalam
matematika. Mereka semangat. Mereka ingin membuat yang terbaik. Bukti fisik dan karya
nyata tanya orang tua. Mana
mungkin peserta didik berani bohong sama gurunya.
Pembelajaran BDR menggunakan
‘daring’ (dalam jaringan) : GCR ( Google ClassRomm), Aplikasi
zoom , googleform dan berbagai aplikasi Internet akhirnya mereka jadi
‘tahu’, trampil dan ‘pengalaman’
menggunakan HP Android dengan
lancar jaya dan penuh semangat.
Mereka jadi tahu benar tentang ‘fungsi’ HP android yang sebenarnya.
Kalau dulu tahunya ‘hanya’ untuk ‘main game’ buka ‘ You Tube’
,”FB” kapasitas sebagai pemain game dan penonton saja. Tapi sekarang
bisa untuk menggali informasi berbagai
hal. Bahkan akhirnya bisa kreatif
mendownload berbagai
aplikasi karena ‘tuntutan’ tugas sekolah
yang harus di”video’kan. Seperti
aplikasi ‘KineMaster”, “Canva” ,
CS, ‘Tik Tok’, ‘ZOOM’ “classroom’, ‘Zenius’ ,’Snaptube’, ‘Meet , ‘Telegram’dan
masih banyak lagi, yang mana gurunya sudah ‘kalah’ kreatif dibanding ketrampilan anak-anak. Memang tidak semua, tapi ‘lumayan’ beberapa anak jadi lebih kreatif dalam
memanfaatkan HP.
Waktu Luang di rumah terasa banyak. Kebersamaan dan Keakraban
bersama keluarga mulai terasa. Rasa saling menyayangi, saling membutuhkan,
saling melengkapi, Saling berbagi
semakin nyata. Dengan demikian tugas-tugas dari sekolah bisa dikerjakan
dengan pendampingan kakak atau bahkan orang tua. Setiap tugas, pekerjaan terasa
ringan dan menyenangkan.
Janganlah pandemi itu dianggap sebagai musibah, tetapi anggap dia datang sebagi tamu, kita sebagai tuan rumah harus menerima dengan penuh
suka cita. Kita tetap bersahabat,
berdampingan. Ternyata bagi sebagian
orang, pandemi ini membawa dampak
positif. Membawa Berkah. Kita bisa punya
kegiatan-kegiatan kreatif. Dimana dari
kegiatan kreatif bisa menumbuhkan bakat
kita masing- masing yang terpendam.
Memunculkan ide kreatif di luar dugaan
kita. Bahkan lebih membanggakan lagi
bisa mempunyai penghasilan tambahan. Siapa tidak
bangga kalau punya penghasilan
tambahan? Kita bisa belanja
‘keinginan’ kita sesuai uang
“bonus” yang kita punya. Gaji bulanan, hanya cukup untuk belanja ‘kebutuhan’
kita, biasa sudah masuk ‘pos’ rutin.
Dengan adanya uang bonus, bisa kita pakai untuk
sedikit bersenang-senang bersama keluarga, memanjakan diri, makan yang lebih enak dari biasanya.
Dulu tak sempat dan tak ada waktu. Saat
ini bisa merealisasikan.
Terima kasih Tante Corona,
atas kedatanganmu, kita tetap
bersahabat! Darimu kami menjadi lebih
dewasa, lebih menghargai kehidupan,
lebih bisa menjaga kesehatan, tahu diri, dan
bisa menggali bakat pribadi. Semoga setelah pandemi ini berlalu kita punya kebiasaan baru yang
lebih produktif. Jika kita produktif kita akan merasakan sebuah kebahagiaan baru. Pinjam
kata-kata dari Pak Cah, Inilah kebahagiaan kecil
saya . Sederhana!. Bahagia bertumbuh
dengan mencapai target-target
kecil yang diciptakan sendiri. Salam Literasi!. Salam Sehat! Semoga Pandemi cepat berlalu.
Ucapan :
Kepada: P Cah dan Ibu , Mbak Laila dan mbak-mbak Admin lainnya.
Trima kasih banyak saya sampaikan kepada orang-orang baik yang
berjasa untuk saya. Dulu buta, sekarang
sudah melihat dunia. Dulu
hanya bisa membaca, tapi sekarang menulis walau baru sederhana. Dulu kurang
tertarik membaca, sekarang jadi suka membaca. Dulu buku-buku di rumah hanya dipajang saja,
akhirnya sekarang saya lahap sebagai bahan referensi dan isinya sangat menarik
hati. Dulu hanya kagum jika melihat orang yang hebat menulis, tapi sekarang saya akan
terus mencoba menulis, menulis dan terus menuils. Siapa tahu juga bisa
menerbitkan buku. Bukan hanya mimpi semata. SHSB. “Harus Bisa “. Bukan ingin
terkenal, tapi cukuplah dikenal. Semangaatttt!!!
KOREKSI 2
·
Judul:
Ø Berikut cara penulisan judul yang benar:
1.
Setiap kata pada
judul diawali dengan huruf kapital atau huruf besar. Akan tetapi ada
pengecualian, silakan lihat poin berikutnya.
2.
Gunakan huruf
kecil semua pada kata yang sifatnya partikel, yaitu kata penghubung (konjungsi), kata depan (preposisi), dan kata
seruan perasaan (interjeksi)
Contohnya
pada kata berikut: dari, ke, di, pun, pada, kepada, jika, maka, agar, supaya,
hingga, sebagai, terhadap, karena, yang, dll.
3.
Gunakan huruf
kapital di awal setiap kata ulang yang katanya sama.
Contohnya:
Undang-Undang, Orang-Orang, Teman-Teman, dll.
4.
Gunakan huruf
kapital hanya di awal kata pertama pada kata ulang yang berubah bunyi dan juga
kata ulang berimbuhan.
Contoh
kata ulang berubah bunyi: Sayur-mayur, Lauk-pauk, dll.
Contoh
kata ulang berimbuhan: Terbirit-birit, Kejar-mengejar, Tergopoh-gopoh,
Kejar-mengejar, Berlari-lari, dll.
·
Ejaan dan tanda baca
Ø Penulisan huruf kapital
1.
Awal kalimat.
2.
Nama orang, tempat,
hari, bulan, hari besar, nama agama, kitab, nama Tuhan atau dewa.
3.
Beberapa kata yang
biasa ditulis kecil akan menjadi kapital jika dibarengi dengan kata-kata
tertentu. Contoh: Kota Bandung, Kota Kembang, Danau Toba, Asia
Tenggara.
4.
Jika nama daerah
digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu, maka ditulis kecil dengan nama daerah
yang besar. Contoh:
a.
Fahmi memelihara
harimau Sumatera.
b.
Dia membeli pempek
Palembang.
c.
Tambahan: Jangan tertukar dengan istilah yang tidak sesuai dengan geografis. Contoh:
kunci inggris, gula jawa, petai cina.
5.
Penulisan singkatan
memiliki beberapa aturan berbeda.
a.
Singkatan yang
dibentuk dari huruf pertama setiap kata maka ditulis dengan kapital semua.
Contoh: MPR, ITB, PDI.
b.
Singkatan yang
dibentuk dari suku kata dan merupakan nama badan ditulis kapital hanya di huruf
pertama. Contoh: Menkominfo, Bapenas, Pramuka.
c.
Singkatan yang
dibentuk dari suku kata ditulis dengan huruf kecil semua. Contoh: tilang,
pemilu, sosbud.
6.
Nama gelar atau
jabatan yang diikuti nama orang, pengecualian untuk dokter (dr.). Jika tidak diikuti nama jangan ditulis kapital. Contoh:
a.
Saya bertemu Presiden
Joko Widodo.
b.
Setelah lulus S3, dia
dipanggil Dr.Risky. -> tanpa spasi
c.
Squall berobat ke
dr.Kadowaki. ->tanpa spasi
d.
Adikku bercita-cita
ingin menjadi presiden.
Ø Penggunaan kata-kata baku (cek kata baku atau tidak di KBBI). Contoh: aktivitas bukan
aktifitas, memengaruhi bukan mempengaruhi. Gunakan
kata baku. Jika harus menggunakan kata tidak baku (misalnya karena tidak ada
kalimat yang menggantikan), maka kata tersebut ditulis miring seperti halnya
istilah asing
Ø Penulisan kata ulang yang benar: kadang-kadang. Bukan kadang – kadang,
kadangkadang atau kadang2.
Ø Penulisan awalan di- dan kata depan di
Awalan di- (serangkai)
|
Kata depan di (dipisah)
|
Dimakan
|
di
dalam
|
Diserang
|
di
rumah
|
Disimak
|
di
sini
|
Semua di dipisah kecuali yang merupakan
awalan. Ciri awalan, di bisa diubah
menjadi me. Contoh: dicuriàmencuri. Di kemudian hari tidak bisa diubah
menjadi mengemudian hari, berarti dipisah.
Ø Penulisan pun yang seharusnya dipisah kecuali
pada kata: adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun dan walaupun.
Ø Spasi: sebelum koma/titik: tanpa spasi,
setelah koma/titik: menggunakan spasi. Contoh: Ayah membeli buku, ibu membeli
sayur. Setelah itu mereka pulang bersama.
Ø Kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan–nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Ø Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai
secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
·
Mereka menonton drama
itu sampai tiga kali.
·
Imam berlari keliling
lapangan sebanyak dua belas kali
·
Koleksi perpustakaan
itu lebih dari satu juta buku.
·
Di antara 72
anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain.
(Pedoman penulisan
angka selengkapnya bias dibaca di PUEBI)
·
Kalimat dan paragraf
Ø Teknik menulis kalimat langsung.
1.
Penulisan kalimat
petikan diapit oleh tanda baca petik dua (“ … ”) bukan tanda petik satu. Contoh :
o
Benar : “Aku ingin sekolah!” Arya berteriak di tengah
lapangan.
o
Salah
: ‘Aku ingin sekolah!’ Arya berteriak di tengah lapangan.
2.
Huruf pertama pada
kalimat yang dipetik ditulis menggunakan huruf kapital. Contoh:
o
Benar
: Pak Pono berujar, “Jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau
dijadikan budak nafsu.”
o
Salah
: Pak Pono berujar, “jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau
dijadikan budak nafsu”
Namun bila dalam satu kalimat terdapat dua atau lebih kalimat
petikan, huruf pertama yang ditulis kapital cukup pada kalimat petikan pertama
saja. Untuk kalimat petikan kedua, huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil,
kecuali jika kata pertamanya merupakan kata Nama atau sapaan. Contoh :
·
“Ayo cepat!” teriak Akhsan, “nanti keretanya keburu lewat.” (benar)
·
“Ayo cepat!” teriak
Akhsan, “Nanti keretanya keburu lewat.” (salah)
·
“Ketemu!” teriak Akhsan dari bawah, “Pak Joko sudah ketemu!” (benar)
·
“Ketemu!” teriak
Akhsan dari bawah, “pak Joko sudah ketemu!” (salah)
3.
Untuk memisahkan
kalimat petikan dan kalimat pengiring menggunakan tanda baca (baca
juga: penggunaan
tanda baca) koma (,) di antara
kalimat pengiring dan kalimat petikan dengan pola susunan sebagai berikut :
·
“Kalimat kutipan”,
kalimat pengiring, “kalimat kutipan”
o
“Tadi saya lihat Neng
Aisyah lari,” Pak Ujang berkata, “raut mukanya terlihat seperti habis menangis.”
·
“Kalimat kutipan,”
kalimat pengiring
o
“Serahkan saja tugas
mengintai kepadaku! Aku tak akan menyecewakan kalian,” ucap Sersan Dixa sembari
meninggalkan ruangan.
·
Kalimat pengiring,
“kalimat kutipan”
o
Bung Karno pernah
berujar, “Pangan adalah soal hidup dan mati suatu bangsa.”
Perlu diingat bila suatu kalimat kutipan yang
ditulis sebelum kalimat pengiring merupakan kalimat pernyataan
atau berita, maka sebelum tanda kutip terakhir, kalimat tersebut diakhiri
dengan tanda baca koma (,) bukan tanda titik (.). Tanda baca titik (.)
digunakan untuk mengakhiri kalimat berita atau pernyataan di suatu kalimat
kutipan yang ditulis setelah kalimat pengiring.
4.
Kalimat langsung yang
berupa dialog yang berurutan, maka di bagian depan kalimat kutipannya
diberikan tanda baca titik dua (:). Tanda ini untuk memisahkan antara
pihak yang mengutarakan dengan kalimat kutipannya.
Kania : “Nampaknya tahun ini akan jadi
tahun yang besar untuk bangsa ini.”
Arya : “Aku setuju denganmu, mengingat tahun ini
merupakan peringatan kemerdekaan yang ke-100.”
Kania : “Aku mendapat bocoran jika tahun
ini pemerintah sudah menyiapkan dana trilyunan untuk mempersiapkan perayaan.”
Arya : “Benarkah? Aku kira
terlalu berlebihan anggaran sebanyak itu hanya digunakan untuk sekadar
perayaan.
Kania : “Aku sependapat, alangkah lebih
baiknya jika dana sebesar itu digunakan untuk investasi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.”
Arya : “Benar, kita semua tahu
banyak anak bangsa berbakat yang harus keluar negeri karena merasa kemampuannya
tidak terfasilitasi di negeri sendiri.”
Untuk ucapan dalam hati, tidak menggunakan kalimat
langsung namun ditulis miring.
Ø Gunakan format justify (rata kanan kiri) agar naskah rapi.
·
Masukan
Ø Setelah selesai menulis keseluruhan artikel,
sangat penting untuk membaca ulang dan mengedit penulisan agar meminimalisasi
salah ketik (typo) dan sesuai dengan
kaidah penulisan yang berlaku (PUEBI).
Ø Setelah mempelajari PUEBI dan beberapa pedoman di
atas, temukan kesalahan penulisan pada artikel Anda dari halaman 2 (dua) sampai
selesai, kemudian kirim revisinya maksimal tujuh hari setelah artikel ini dikirim.
Ingat, koreksi keseluruhan artikel Anda berdasarkan panduan yang sudah
diberikan di atas. Jangan hanya yang ditandai ya.