Kamis, 24 Februari 2022

MENGGAPAI ASA DALAM KELUARGA

 


Oleh : Ledwina Eti Wuryani

 

 

Tuhan menciptakan untuk kita saling menyempurnakan  satu sama lain. Dalam pernikahan hendaknya kita  bisa saling melengkapi, saling mengisi karena saling membutuhkan. Selalu berharap agar dalam pernikahan kita mendapatkan kebahagiaan. Rela untuk selalu senyum manis romantis kepada pasangan .

 

Sebelum berkeluarga,  dalam hati saya punya kerinduan mempunyai pasangan yang seiman. Yang lebih dewasa dari saya. Pendidikan minimal sama, supaya kalau berbicara bisa nyambung. Profesi tidaklah menjadi  target. Yang penting punya pekerjaaan. Supaya nanti kalau sudah berumah tangga tidak pernah ada masalah tentang perekonomian.

            Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Hanya Tuhan yang Maha Sempurna. Jadi orang tak boleh idealis, egois. Ikuti  air yang mengalir. Kerendahan  hati dalam hidup itu  penting agar Tuhan sayang pada kita umatnya. Beberapa kali saya punya  teman dekat.  Kata bapak kalau cari suami itu harus memenuhi persyaratan : bibit, bobot, bebet. Bibit, kira-kira artinya  asal usulnya atau trah (leluhurnya). Bobot kurang lebih pendidikan atau daya nalar (pikiran) sedangkan  bebet adalah cara berpenampilan, berpakaian dan tatakrama kehidupannya. Begitulah kata bapak Sudayat almarhum, bapak kandungku.

            Denie (bukan nama sebenarnya) adalah  cowok pertama yang sempat singgah dihati. Karena dia  lanjut kuliah di seminari (calon pastor) akhirnya lewat. Yang berikut Mas Wondo, dia adalah  anak tokoh umat dari Prambanan. Seorang anak kepala desa. Cuma karena saya  tidak bisa mengikuti  gaya hidupnya saya memutuskan mundur saja.  Satu lagi orang Bali, namanya I Nyoman Alita Warma Dewa. orangnya super baik. Sebagai anak kos saya sering diberi hadiah, dibawakan makanan, orangnya tidak pelit …  wuih  saya suka. Tapi saya tidak bisa mencintai, dia beda agama. Akhirnya kandas juga.

            Setelah saya lulus PNS, saya ditempatkan di daerah konflik bencana. Tepatnya di Timor-Timur. Saya merasa  sendirian. Masih jomblo pula. Takutnya saya nanti jadi perawan tua, saya memutuskan tunangan dengan teman dekat saya. Sudah 2 tahun pacaran. Akhirnya  saya resmi punya ‘tunangan’. Saya pergi  meninggalkan dia karena saya harus  pergi melaksanakan tugas negara sesuai SK.  Betapa sedihnya saya saat itu. Saya mengajar di SMA Negeri Maliana, sebuah kota kecil di Kabupaten. Bukannya GR,  cowok bujang terlalu banyak.  Mereka punya profesipun keren-keren habis. Ada yang kepala Rumah sakit, kepala Bank, Kepala statistik, dan pegawai kantor semuanya PNS. Sedangkan saya perempuan langka. Hehe.. maksudnya tidaklah banyak wanita yang ditempatkan di  daerah konflik itu.

            Hadiah-hadiah dari para pengagum saya. Hihi… banyak. Mereka ingin berkenalan dengan saya, menawarkan diri  jadi pacarnya. Maklum,…. Saat itu  tahun 1990 Timor-Timur masih rawan.  Daerahnya belum maju. Para pegawai didatangkan dari pelosok Nusantara, dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, sulawesi yang penting dari  luar TimTim. Termasuk dari Nusa tenggara Timur ( NTT).

            Saat itu saya  menyadari dengan sepenuh hati  , saya yang bukan siapa-siapa ini diidolakan oleh banyak orang. Dalam hati saya jadi malu sendiri. Serba perasaan. Dari pada saya jadi fikiran tak tenang akhirnya saya memutuskan memilih  satu orang untuk menjadi pendampingku, penyelamatku. Karena saya tinggal di kota kecil dan  daerah terpencil maka kalau bersuratpun sulit aksesnya. Saya LDR dengan kak Adi tunanganku. Karena surat  tidak pernah berbalas, hampir saja saya melupakannya. Orang tua menyarankan supaya tunanganku ikut ke Tim Tim, kalau tidak putuskan saja. Dilemalah aku saat itu. Waktu terus berjalan, umurku pun semakin bertambah.

            Ada teman yang tulus mencintaiku, panggil saja dia Haris. Seprofesi dengan saya. Jujur sebenarnya saya tidak bertepuk sebelah tangan. Hati tak boleh bohong, aku sudah punya tunangan. Aku tak boleh menyakiti hatinya. Benar. Kusampaikan  saran bapak padanya. Dia menyusulku di Timor-Timor. Dia di kota provinsi, yaitu Dili.  Sementara saya di Kota kabupaten. Tak apalah yang penting masih dalam pulau yang sama.  Akhirnya tepat tanggal 20 Juni 1992 saya menikah dengan tunanganku itu.

            Beruntung, suami  ikut tes PNS langsung lulus dan ditempatkan di SMKK Negeri Dili. Setahun kemudian saya  minta mutasi untuk di Dili. SK saya turun di SMA Negeri 3 Dili Timor Timur. Lengkaplah kini keluarga kecil kami. Anak pertama kami Marcel,  lahir setelah 2 tahun menilah. Menyusul anak Kedua Dwi Ananto. Dua orang saja jagoanku. Hidup apa adanya. Hidup sebagai seorang perantau yang kadang direndahkan oleh  pribumi. Tak apa. Itu sebuah resiko yang harus ditanggung.

            Hari terus berjalan, Tahunpun berganti. Selama tujuh  tahun  kami menjalani rumah tangga di kota Dili. Banyak cerita suka, duka, sedu sedan bahkan air mata yang mewarnai kehidupan kami. Kekerasan  kita lihat hampir setiap hari. Konflik antara pendatang dan pribumi sering terjadi.  Sebagai pendatang harus selalu mengalah dan tahu diri. Akhirnya, pasa bulan Maret tahun 2000 Timor Timur ‘merdeka’. Kita Warga Indonesia harus meninggalkan tanah Tim Tim . Kini status kami adalah seorang pengungsi.  Semua pro Integrasi harus keluar  atau pulang ke tanah asal.

            Bisa dibayangkan, betapa hiruk pikuknya saat itu. Kota Dili dan sekitarnya sudah menjadi lautan api. Pembunuhan terjadi dimana-mana. Suara tembakan tak henti-henti. Hati  dug dag, jantung terasa mau lepas dan rasanya ngeri.  Para tentara Indonesia dan tentara musuh berkejar-kejaran. Pembakaran rumahpun tak  bisa dihentikan. Saya lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri. Suami!!  dia belum  mau pergi, akhirnya saya  lari menumpang mobilnya  tetangga yang mau mengungsi.

            Beruntung kedua anakku sudah saya titipkan ke Jawa beberapa tahun yang lalu. Sebagai pengungsi kami ditampung di barak-barak.  Beramai-ramai di suatu tempat yang sudah ditentukan. Mandi, makan, tidur  ditempat yang sama. Woww!!   aromanyapun  luar biasa. Bagaimana tidak,  pengungsi se-provinsi  ditampung di lapangan. Basesak, beruntung akhirnya kami ditampung di rumah kosong. Bekas kantor yang sudah lama tak berpenghuni. Tempatnya serem. Sampahpun  setinggi gunung. Belum sarang laba-laba yang menambah ngerinya suasana tempat itu. Tapi tak apalah. Daripada di lapangan dengan suasananya panas dan tak bersahabat?!.

            Selama dipengungsian kami menunggu nasib. Menunggu SK penempatan. Oh iya,  saat itu saya belum tahu suami dimana. Kami terpisah. Untung Tuhan  Maha baik,  akhirnya kami bisa dipertemukan  dalam keadaan selamat. Hanya rumah beserta isinya sudah harus direlakan. Biarlah orang yang menempatinya. Harta bisa dicari, tapi  Nyawa??! Saat itu semua pengungsi boleh memilih dimana ditempatkan, yang penting di Indonesia. Jika orang Jawa boleh memilih di Jakarta, Semarang, Magelang, Surabaya……. Nah, teman-temanku orang Jawa yang suaminya orang luar  jawa ikut ke Jawa.

            Saat itu tiba giliranku dipanggil oleh pak Kakanwil. Aku orang Jawa, asli, suamiku orang Sumba. Saya minta supaya saya ditempatkan di Sumba ikut Suami. Pak kakanwil seolah tak percaya. Beliau melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki.  Dia menatapku dan penuh tanda tanya. Mbak…..  ah!!, mau tinggal di Waingapu Sumba Timur??  Dengan mantap aku menjawab. Alasanku saya sudah ada rumah sederhana di Sumba. Pejabat itu masih meragukan pilihanku. Akhirnya beliau menyarankan untuk berpikir ulang. Besok baru datang lagi. Saya mengikuti saran beliau.  Tekadku sudah bulat saya mau  ditempatkan di Waoingapu, Sumba Timur. Esok hari kami menghadap dengan suara hati yang sama dengan kemarin. Akhirnya SK saya diterbitkan sesuai dengan kemauanku.

            Dengan kapal laut Bernama ‘Dobon Solo’ kami pulang ke Indonesia, ke NTT. Dengan bekal  pakaian seadanya dan surat berharga  saya menuju ke tanah tumpah darah suami tercinta.  Sampai di Waingapu saya dan suami dijemput keluarga besar mereka. Saya terharu dengan kekeluargaan mereka. Ternyata dalam satu rumah ada 31 orang. Hati ini jadi sedih atau gembira. Aku tak tahu.... Ternyata benar, cinta  itu butuh pengorbanan. Hanya dengan doa saya bisa dikuatkan.  Saya harus  komitmen dengan  pilihan saya. Saya harus bisa lebih dewasa. Harus bisa menerima kenyataan. Tak boleh mengeluh.

            Di Timor Timur boleh dibilang semua sudah ada, rumah beserta isinya. Bahkan kendaraan (mobil dan motor) juga sudah punya. Tapi itu kita tinggalkan semuanya. Sekarang  kami mulai merayap dari nol.  Dengan beban hidup yang ekstrim. Hampir saya mau lari dari rumah. Tapi bagimana?? Ya Tuhan  berilah kekuatan dan semoga  kami dicukupkan. Saya tidak berani mengambil anakku yang di Jawa. Biarlah mereka bersama orangtuaku.

            Waktupun terus berjalan. Sebagai hiburan saya dan teman-teman  asli Jawa membuat komunitas atau paguyuban. Saya juga bergabung dengan kelompok-kelompok  dari jawa. Membuat pertemuan rutin sebulan sekali, membuat arisan. Dengan begitu akhirnya saya  tidak merasa sendiri. Saya tidak lagi merasa jadi orang yang paling sengsara di dunia .  ternyata masih ada yang lebih sengsara dari saya. Saya jadi merasa selalu terhibur dan tak sedih lagi.

            Berbekal selalu bersyukur dan dekat dengan Tuhan ternyata sungguh membuat hidup terasa ringan. Dengan banyak sahabat kita  bisa curhat. Kita bisa  menghilangkan rasa penat.  Selalu  semangat menghadapi hidup  jadi  nikmat walaupun tadinya serasa berat.

            Kini  biduk rumah tangga kami sudah 30 tahun.  20  - 2 - 1992 sampai 22 – 02 – 2022. Dua anakku sudah sarjana. Semoga mereka bisa berjodoh dengan orang baik dan bisa membanggakan keluarga. Terus menghormati dan berbakti pada orang tua. Suami juga  sudah pensiun per tanggal 28 Oktober 2021. Saya masih lima tahun lagi. Harapan dan doaku semoga saya  masih bisa naik pangkat satu level lagi.  Bisa terus menulis dan menginspirasi. Suatu kebanggaan jika bisa bermanfaat bagi sesama.

            Tak perlu menjadi  ‘unicorn’. Cukuplah dengan kemampuan kita sendiri. Jadilah diri sendiri dan jangan bosan untuk terus belajar.  Dalam mengisi hidup ini banyak cerita.  Banyak  kenangan indah dan  juga kenangan pilu yang menyakitkan. Sulit untuk dilupakan, Indah untuk dilukiskan. Kiranya Tuhan terus dan senantiasa  mendampingi, melindungi dan memberkati kami dalam untung dan malang. Semoga!

              

           

Jumat, 18 Februari 2022

Endor Buku Ibu Yosefina Klau

 

Puisi adalah seni memotret kehidupan dengan kata-kata. Larik – larik puisi adalah untaian kata indah, tak ubahnya nada-nada lagu  pengisi jiwa yang hampa. Bait  demi bait yang di tulis oleh Bunda Yosefina ini memotret  dengan tajam berbagai pemikiran, perasaan bahkan  curahan hati.

Hidup ini bagai  merangkai kata, menjalani cerita .  Hidup manusia   juga punya kuajiban untuk   melewati berbagai kisah. Ada suka cita, kegembiraan. Ada duka cita bahkan  sedu sedan  tangis dan air mata. Itu akan selalu dialami oleh setiap kita.

Menulis itu mudah. Semua orang bisa menulis.  Tapi tak semua orang  berani menulis.  Berbanggalah  kita sudah bisa menjadi salah satu dari orang  yang ‘berani’  menulis. Apalagi   sudah bisa menunjukkan karya kita,  buku solo kita. Wow!! Akan ada kebanggaan  tersendiri  yang  sulit diungkapkan dengan kata-kata.  Kita sudah bisa andil dalam berkarya, jadi pegiat literasi Indonesia. Biarlah  karya kita jadi  kenangan jika kelak kita sudah tiada.

Kini seorang ibu guru  Yosefina  Hoar Klau, S.Pd  sudah membuktikan karya terbaiknya.  Buku solo  kumpulan puisi yang berjudul “GELORA PAGI”. Proficiat Bunda!!. Engkau adalah sahabat terbaikku. Motivatorku. Dimana saya  merasa  sudah kenal lebih dari puluhan tahun  walau sejatinya belum pernah  bertatap muka. Trimakasih saya ucapkan, berkat berteman lewat  WA Group  Agupena saya jadi banyak kenal para penulis hebat NTT. Bunda Lilis, Pak Thomas, Pak Yolis, Ibu Lily,  Pak Adri, Ibu Mul, Pak Sahat, Ibu Fien dan masih banyak lagi.. Kami terasa dekat, terasa akrab  hingga bisa saja  curhat walau tak pernah saling lihat.

 Bu Fien adalah pegiat literasi, seorang  penulis hebat, seorang moderator andalan agupena NTT.  Berkat sang motivator  andalan kami ‘ Bunda Lilis Sutikno’ kini  kami jadi berani menulis.  Kini ibu Fien sudah melangkah lebih maju, sebagai  penulis  buku solo. Semangat  bu Fien tak pernah redup  untuk berkarya dan menginspirasi. Sebagai penulis berkeyakinan dengan menulis  akan membuat kita naik kelas.

 Dalam kumpulan puisi di  buku ini, kita akan diajak  oleh  ibunda Yosefina Klau merenungi makna kehidupan. Suguhan puisi ini sungguh menarik hati,  hingga saat membaca terbawa emosi.  Di setiap lembarannya  penuh ilusi.  Kata-katanya  indah.   Kalimatnya  tertata  rapi.  Dari  membacapuisi-puisinya terasa  sejuk   menyentuh  hingga ke hati.

Anda  Penasaran?  Tak akan kecewa mengoleksi  buku ini.  Turut bangga  lho bu Fien telah menjadi penulis sejati. Terus berkarya bunda!!   sukses terus ke depan.  Semoga  buku ini dapat mewarnai dunia literasi yang sedang kita  perjuangkan  bersama. Mari kita saling bergandengan tangan. Kita saling memotivasi. Bersama-sama terus menulis setiap hari,  semangatkan diri  untuk Gerakan Literasi Nasional (GLN)!.  Semangat untuk  Literasi  Agupena  NTT!.  

Kita semua menunggu  karya buku solo Bunda Fien berikutnya. Salam literasi,  Maju terus Literasi Indonesia! 

 

Ledwina Eti,

Guru SMA Negeri 2 Waingapu, NTT

Penulis dan pegiat literasi.

Rabu, 02 Februari 2022

 

 

MUSAFIR

Oleh : Ledwina Eti Wuryani

 

Karena itu apa  yang kamu katakan  dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu  bisikkan ke telinga di dalam kamar  akan diberitakan dari atas rumah (Lukas 12.3)

 

 

            Sang Pemimpin tiba-tiba di turunkan dari jabatannya. Ceritanya kurang jelas. Alasanpun tidak pernah terdengar. Kekecewaan  yang luar biasa dialami oleh  semua warga perusahaan, staf dan anak buah seluruhnya. Suasana berduka. Ratapan bahkan tangisan pecah tak terasa. Airmata kesediahn  mengharubirukan hati. Gejolak jantung  ikut serta mengiringi kesedihan.

            Masih dalam keadaan duka lara perpisahan digelar dengan meriah. Kesedihan berubah menjadi kebahagiaan sesaat. Datanglah  seorang direktur pengganti yang santun dan rendah hati. Saat pertemuan perdana  sang direktur baru curhat dengan segala pergumulan atas fitnah yang dilontarkan padanya. Sebut saja beliau dengan Pak Habel.  Beliau cerita dengan penuh haru. Rasa tak bisa bohong, bicaranya yang santun  membuat hati ini adem. Hati terasa damai, sejuk. Para staf begitu hormat padanya. Satu persatu datang padanya. Tak segan mereka menyampaikan keluh kesahnya.

            Bapak tua setia mendengarkan semua curhatan para stafnya. Selalu diingatkan pada bawahannya. Tak ada manusia yang sempurnya. Kita diciptakan untuk saling menghargai dan menghormati. Tuhan suka orang yang bisa menerima kelemahan orang lain. Tuhan akan lebih suka dengan yang diberi kuasa  tetapi tetap merasa sejajar dengan yang lain. Sampaikan semua keluhan, masalah dan pergumulan. Mari kita selesaikan bersama. Semuanya pasti akan akan solusinya.

            Waktu terus berjalan. Biasa pada sebuah perusahaan  pastinya  ada struktur organisasinya. Karena memang perusahaan sudah maju semuanya sudah bisa berjalan tanpa dikomando oleh Sang Kepala. Semua kegiatan, pengiriman barang, rekanan dan lain sebagainya tak pernah berubah. Semua berjalan seperti biasa. Dari pandangan luarpun tak pernah ada yang merasa ‘berbeda’.

            Keakraban, saling mengisi, saling melengkapi saling membantu itulah kunci kenyaman dan kemajuan. Dengan begitu benar adanya. Kini  mimpi dan kerinduan itu mulai terwujud. Harga diri setiap insan satu persatu mulai tumbuh.  Potensi-potensi diri mulai ditunjukkan.

            Orang berjalan, kerikil-kerikil itu tetaplah ada. Kebencian, dendam dan tabungan sakit hati itu manusiawi. Karena terjadi kekosongan  juru uang maka  Pak Habel survey. Tentunya  mau cari calon yang layak dan pantas menduduki jabatan itu. Dari komisaris, kepala gudang  sampai  office boy alias tukang sapu dimintai pendapatnya. Akhirnya pak Habel mendapatkan  jawabnya pasti dari survey itu.

            Sebenarnya sang juru uang hasil survey bukan juga orang yang trampil. Tapi  karena punya kepedulian terhadap teman-teman yang tinggi  maka dengan tulus mereka menunjuknya. Sebut saja calon juru uang itu adalah bu Titin.  Pak Habel menawarkan  Bu Titin untuk  jadi juru uang.  Karena tahu diri bu Titin tidak langsung menerima. Dia minta supaya ijin kepada suaminya. Pekerjaan tentang keuangan  harus komitmen, disiplin dan tertib. Ini berhubungan dengan  inspektorat, pengawas bahkan tipikor.  Ada kesalahan sedikit penanganan saja  bisa  berurusan dengan kejaksaan. Ngeri. Berdasarkan pengalaman dulu bu Titin saat menjadi juru uang pada pemimpin lama Bapak Jonathan dia kadang sampai pulang sore/malam. Suami menutup pintu kamar. “Jangan pulang ke rumah!, sana bawa bantal sekalian!” serunya dari dalam kamar. Dengan  merasa bersalah akhirnya dia tidur di kamar tamu.

            Pak Habel menunggu ijin Suami bu Titin. Dengan  nada-nada alot akhirnya diijinkan. Artinya jika memberi ijin pastinya akan menerima segala resiko jika pulang lak atau  banyak lemburnya. Apalagi jaman sekarang di era digital ini  semua  laporan  harus dengan aplikasi internet. Semuanya terhantung dengan jaringan. Jika Wifi bermasalah ya harus menunggu dengan penuh setia dan sabar.

            Karena sudah mendapat restu dari suami bu Titin akhirnya pak Habel mengumumkan secara resmi juru uang baru. Beliau segera membuatkan SK dan mengganti spicemen  rekening di bank. Resmilah bu Titin menjadi Juru uang di Perusahaan Basuki Engineering yang dipimpin sang Direktur pak Habel.

            Bapak baru dimulai. Saat bu Titin mau menempat ruangan, Sales kesayangan Pimpinan lama sudah duduk ditempatnya dengan menunjukkan kuasanya. Dengsn penuh bangganya dia duduk dikursi goyangnya. Berdasarkan perasaan dirinya yang sudah diberi mandat oleh juru uang lama dia telp0n-telpon para rekanannya untuk tetap kerjasama. Pemanpilannya begitu glamor dan bahkan tak pernah mengikuti ‘aturan’ yang sudah ada. Dia selalu berbeda. Berjalan sekolah tidak pernah lahat kiri kanan. Dengan kecantikannya yang paspasan saat berjalan solah tak injak tanah. Dia lupa dengan jati dirinya. Melihat  para staf dengan sebelah mata.

            Lebih menyedihkan lagi, kunci ruangan hanya dia yang pegang. Juru Uang yang baru yang ‘seharusnya’ pemegang kunci tak dihirauakan. Dengan kuasanya dia memanggil orang yang simpatik pada kedudukannya. Dengan arogan dia memfitnah dan menjelekkan juru uang terpilih. Dia tak menghargai sama sekali. Dia bersikuekueh menduduki kursi yang sebenarnya didudukkan sang juru uang baru.

            Ya Tuhan, ada saja manusia yang tak tahu diri sperti ini. Pastinya dia adalah mata-mata dari resim lama yang baru tergeser. Dia sudah diisi untuk menjalankan misinya. Mungkin sudah ada pesangon yang ia dapat maka saat inilah dia mulai action. Dia akan berusaha menunujukkan kuasanya di muka publik. Pemerintah melayangkan surat para pimpinan, juru uang dan  salesnya untuk  rapat rekonsiliasi. Hidungnya kembang kempis mendengan kabar itu, Bangga luar biasa karena akan mengikuti egiatan akbar itu. Bahagia karena tiket pesawat, hotel dan fasilitas lainnya di tanggung penyelenggara, Dapat makan enak yang gratis pula selama kegiatan.

            Tiket sudah terbeli. Walaupun hasil hutang kesana kemari karena  anggaran keuangan akan diganti setelah kegiatan selesai. Kegiatan berjalan lancar tanpa kendala. Tiga hari waktu yang lumayan. Sebelum pulang dengan waktu yang tersisa bisa cuci mata, refresing, medicure pedi cure bahkan bisa belanja menyalurkan hobinya. Selamat berbahagia ibu Martha (Juru uang resim lama) dan ibu fani ( sales). Selamat menikmati kebahagiaan, semoga kedudukan tetap aman.

            Para pejabat ,komisaris, pemangku kepentingan, para staf kusak-kusuk menyampaikan ketidak senangnya kepada  sikap dan sifat bu Fani. Demi kenyamannya dan nama baik perusahaan manusia itu harus disingkirkan. Jika dia terus berada di Basuki Enginering  dia akan mebahayakan. Dia akan membangun hal yang tidak baik. Dia akan mencari celah menjatuhkan Pimpinan baru krena didalangi pimpinan lama dan juru uang lama yang sakit hati.

            Ini tidak main-main. Ini adalah masalah serius. Lima tahun mereka menduduki tahtanya dengan arogansinya.Dengan gaya eksekutif dan kurang memerhatikan rasa sosial dan perasaan warga perusahaan. Kepemimpinan yang  penuh dengan kotak-kotak. Ada anak mas, ada anak perak, ada anak perunggu dan ada juga anak terbuang. Pemecatan-pemecatan  tanpa melihat latar belakang mereka. Ampun Tuhan. Semoga Semua disadarkan.

            Manusia punya kedudukan yang sama dimata Tuhan. Jika  punya kedudukan itu hanya sebatas kepercayaan, Maka kepercayaan itu gunakanlah dengan cara yang manusiawi. Jika kita punya harta pun itu hanya titipan, peliharalah agar bisa lebih bermanfaat. Tak perlu jabatan itu dipegang terlalu erat. Kalau hilang, hati terlalu sakit.  Jalau terlepas  stressnya bukan kepalang. Jika jatuh bisa bunuh diri karena tak bisa menerima kenyataan. Jika tiba tiba dipecat,  malunya setengah hidup.

            Sebenarnya segala nasib kita sudah tertulis didalam tangan kita masing-masing. Cuma kita ada yang bisa membaca tapi lebih banyak yang kurang bisa membacara atau bahkan tak mau membacanya. Dari situ Tuha akan selalu mengingatkan supaya selalu mengandalkan Tuhan untuk segala hal. Tapi gunakan  firman-firman ajarannya dengan benar. Jangnlah’munafik’ jangan pula lain dibibir lain di hati.

            Sebagai menusia beriman kita meyakini, Tuhan akan memberi Ujian  agar kita bisa reflesik diri. Tetaplah rendah hati supaya  teman-teman menghargai dan menghormati. Lakukan orang lain sesuai dengan kapasitasnya. Mungkin dia lebih tua, dia punya kedudukan lebih tinggi atau yang laiannya. Yang Jelas kita tetap punya kuajiban untuk ‘menghargai’ sesama kita,

            Jangan lupa rendah hati walaupun jabatanmu sudah tinggi. Jalankan kepercayaan dengan hati yang tulus. Ingatlah  kalau hidup ini hanya sementara. Kita bisa saja dipanggil Tuhan  detik ini dan tak perlu nati atau besok.  Bertingkalakulah seolah-olah kematianmu sudah dekat. Lakukan yang Tuhan suka. Bersikaplah Jujur dan  bagilah kepada sesamamu jika rejeki menghampirimu.  Banggalah jika kita bisa bermanfaat dan berguna bagi sesama. Sebuah ibadah jika mampu menjadi penyalur berkat darinya.

            Berbicaralah sedikit mungkin tentang diri sendiri. Terimalah  hinaan dan cacian dengan sabar. Terimalah perasaan tak diperhatikan dan dipandang rendah. Mengalah terhadap kehendak orang lain. Terimalah celaan walaupun anda tidak layak menerimanya. Bersikap  sopan sekalipun orang memancing amarah. Tak perlu untuk mencoba untuk dikagumi atau dicintai. Bersikaplah mengalah  dalam perbedaan pendapat, walaupun anda yang benar. Pilihlah sesuatu yang tersulit  untuk dipelajari! Yakinlah itu akan bisa membanggakan diri pribadi. Mengenal diri sendiri membuat kita  berlutut dan rendah hati. Jika kamu dibenci, jangan simpan dihati, Simpanlah dalam doamu setiap hari agar langit yang menjadi sakti untuk melegakan dan melapangkan diri.

                       

 

 

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...