Selasa, 26 April 2022

CINTA LAMA BERSEMI LAGI

 


Oleh : Ledwina Eti Wuryani

 

Suatu hari teman dekatku Yohana Tanti telpon ke aku. Dia telpon bisa sampai 2 jam. Tanti curhat tentang suaminya. Dia sudah lima tahun menikah, sampai sekarang belum dikaruniai momongan. Dia cerita bahwa suaminya sering melakukan KDRT. Suaminya suka memukul, minum-minum dan pulang malam. Sedih saya mendengar curahan hati Tanti.

 

            Suaminya memang seorang  sarjana. Dia anak manja dan  mungkin karena kurang perhatian dari orang tua dimasa kecilnya. Bahkan menurut  kabarnya dia pernah  mengkonsumsi  narkoba.  Tanti dari  keluarga  religius, orang tua keduanya adalah tokoh gereja. Memang sih  dari keluarga  sederhana.  Bapak Tanti guru SD dan mamanya ibu rumah tangga. Mereka  dihormati  oleh warga sekitarnya, Sudah 3 kali  Hanis,  suami Tanti ikut tes  CPNS tapi tak pernah beruntung. Yah, nasib belum berpihak padanya. Tanti hanya kuliah PGSD di Universitas Terbuka UPBJJ Kupang. Dia dapat beasiswa lantaran Indeks Prestasinya bagus. IP komulatif 3,8. Lebih beruntung lagi ia dapat beasiswa untuk ikut wisuda di Jakarta. Woww..!  keren!! Setelah wisuda tak berapa lama  ada  tes  P3K, karena otak memang encer  diapun lulus mulus. Alhamdullilah!.

 

            Kini Tanti jadi pegawai negeri. Bukannya suami tambah menghargai atau menghormati, tapi kini  suami tambah gila. Hari-hari tak pernah di rumah. Jika  di rumah Hanis  hanya marah-marah dan minta uang. Tanti tidak bisa menasehati. Dia hanya bisa  menangis saja. Tanti tak berani lapor pada orang tuanya apalagi  bapak/mama mantunya. Suatu saat Tanti ingat mantan pacarnya dulu, Ridwan. Orangnya baik, setia dan pengertian. Gara-gara Tanti dijodohkan dengan Hanis akhirnya dia harus meninggalkan Ridwan. Iseng-iseng dia chat ke Ridwan. Ternyata langsung ada Jawaban dari Ridwan. Hati bergetar antara gugup dan takut.  Hallo  sayangku…. Tantiku tercinta. Aku masih merindukanmu terus menerus. Cintaku tak pernah pupus. Hanya dirimu yang selalu dihati sampai aku mati. Tanti tersenyum bangga. Ia merasa tersanjung dan begitu berharga. Hidung kembang kempis. Hati berbunga-bunga. Burungpun  seolah ikut gembira ria  dengan menunjukkan  kicauannya yang bersautan.  Tanti jadi teringat kenangan-kenangan indah saat bersama Ridwan. Ia tersenyum sendiri setiap ahri.  Sejak itu ia merasa jadi orang yang paling bahagia. Tanti chat sama Ridwan, “ Kutunggu engkau di tempat yang dulu”.

 

Radamata, ruang XVI US 2022

TAK KUSANGKA

 


Oleh : Ledwina Eti Wuryani

 

 

 

Lakji adalah bunga desa di kampung Lamerib. Begitu lulus SMK ia sekarang di rumah saja. Benar saja karena  dia orang berpendidikan tak jarang  lelaki yang ingin mempersuntingnya. Singkat cerita akhirnya  Umbu Behar yang  beruntung, laki-laki  yang terpilih  mendapatkan  cintanya dari Rambu Lakji. Tak pikir Panjang akhirnya  Umbu ijin orang tuanya untuk meminang Lakji. Umbu Behar selain dia sudah punya penghasilan  sebagai supir truknya Ongo Juan, dia juga sudah punya rumah walau sederhana. Yang jelas untuk  urusan finansil Umbu terhitung sudah  punya usaha dan mapan untuk ukuran orang kampung.

 

Orang  tua  dari kedua kedua belah pihak menyetui. Hari pernikahan digelar. Pesta diadakan meriah di rumah keluarga perempuan. Tamu banyak sekali yang  datang. Maklum saja dikampung  jarang ada pesta. Saat pesta  itu  yang mereka  istilahkan dengan  gantung periuk. Atau istilah  romantic, rombongan makan gratis. Seperti biasa  jika musin-misin tertentu, musin kawin para  warga  bergembira karena makan bergizi.

 

Saat pesta selesai tamupun pulang. Hati umbu Behar tak sabar menunggu saat yang dinanti-nati tiba. Malam pertama adalah malam yang paling ditunggu-tunggu bagai sang pemelai. Umbu Behar cepat-cepat masuk  ke kamar pemngantin yang dihias dengan berbagai bunga. Harum semerbak aroma melati. Sudah menyiapkan hati yang sudah menggebu, sang mempelai belum juga masuk. Enatah  buat apa Lakji di luar. Tak berapa lama Sang istripun masuk. Didekapnya  dengan penuh  cinta. Betapa kagetnya Umbu. Perutlakji  sudah buncit. Hati Umbu jagi murka. Mata  UB  memerah. Ia hampir  menampar pipi Lakji. Lakjipun akhirnya berterus terang kalau dia sudah hamil 4 bulan. Dia hamil dengan perangkat desa dikampungnya. Akhirnya…. Umbu Behar langsung keluar meninggalkan sang mempelai Wanita pergi entah kemana.

 

 

Sabtu, 23 April 2022

KESETIAAN

 


 

 Frangky dan Felia adalah satu kelas saat di SMA. Mereka dua sama-sama di kelas XII IPS 4.  Sejak dari SMA mereka sudah ada kemistri. Mereka pacaran.  Para gurupun sudah  tahu. Si Frangki dari keluarkan petani miskin, sedangkan felia  bapaknya adalah pejabat. Ada jurang pemisah percintaan mereka. Yang jelas kami guru juga ikut prihatin. Frangki orang  ganteng, bersih sopan dan otaknya cemerlang. Dia juga punya jiwa pemimpin yang bagus, terbukti di kelas XI dia bisa terpilih jadi ketua OSIS.  

 

            Sedangkan Felia orangnya si memang cantik, Cuma pacarnya banyak. Maklum deh orang berada dan pastinya dimanja dari ortunya. Dia adalah perempuan  satu-satunya dan 4 orang saudaranya yang laki-laki. Frangki tahu banyak tentang latar belakang Felia. Singkat cerita mereka sudah lulus. Felia kuliah di Jakarta, sedang Frangki kuliah di SBD, Kota kelahirannya. Ternyata mereka masih LDR-an. Pas mereka pulang libur, biasalah anak muda, mereka nongkrong-nongkrong di dermaga lama. Biasa orang-orang muda mangkal. Felia berkata begini: “ Jujur aja ya Frangki, kata felia. Memangnya ada apa ?”, tanya Frangki penasaran.  “ Sebelum melamarku, aku  ingin membuat pengakuan “. “ Gak apa-apa silahkan “.  Engkau  mau menerima dan tidak itu hak kamu, kata Felia selanjutnya.

    “ Pasti menerima !, jawab Felia tegas.

     Ah yang bener aja , kata felia menyangsikan.

      Iyaaaa !!,  Frangki tetap tak berubah dan meyakinkan.

     “ Jujur sejak lulus SMA  aku punya pacarana juga dengan Aber  putranya Bp H. Datuk Langgi yang Setda di kota kita. Kesan pertama orangnya baik. Aku sangat percaya segala ucapannya. Pada akhirnya pada suatu malam  atas janji-janji manisnya, kuserahkan darah perawanku padanya. Dan……entah sudah beberapa kali aku melakukannya. Sampai Lupa.

Ketika rasa cintaku memuncak, Aber ternyata mengahimili teman dekatku. Hamil empat bulan sekarang.  Sungguh!!!, aku kecewa. Mau gila. Stress karena patah hati. Semenjak itu aku sebenarnya ingin menutup hati untuk semua laki-laki. Termasuk kamu frangki…., kata Felia sambil menetekan air mata dan menatap frangki dengan pandangan yang hampa. Itu jujur pengakuanku., maafkan akau.  Tinggal engkau mau menerima aku atau tidak. Silahkan… Aku siap untuk mendengarkan apapun jawabanmu.  “ Wajah Lia memerah. Bibirnya  bergetar. Lubang hidungnya kempas kempis. Isak tangispun semakin keras. Kepala tertunduk. Malu. Bahkan takut memandang Frangki. Di Dermaga itu angin semakin  semilir. Menyapu rambut Felia yang panjang dan halus. Frangki  mendekapnya pelan-pelan. Ia  berbisik,  “ Aku siap menerima kamu apa adanya. Trimakasih, engkau sudah jujuran padaku

Waingapu, 24 April 2022

 

KEBAKARAN

 


Oleh : Helwiyah

 

 

Pagi itu, turun dari angkot aku berjalan  cepat menuju  apartemen   tempat tinggal kami. Kujinjing tas belanja berisi sayur dan  buah buahan  belanjaanku dari pasar. Terdengar suara sirine alarm kebakaran dari kejauhan. Semakin cepat langkahku  menuju rumah. Ada apakah gerangan , dimanakah terjadi kebakaran? Memasuki halaman rumah susun terlihat sepi, apakah semua aorang mengungsi karena kebakaran? Bagaimana dengan anak dan istriku  di lantai 15, yang baru kemarin pulang dari rumah sakit  karena  melahirkan  ?

 

Berlari  aku menuju lobby dan lift apartemenku, ternyata mati. Mungkin sengaja dimatikan karena kebakaran, raungan suara sirine kebakaran makin ramai. Terpaksa aku menapaki tangga darurat menuju lantai 15  sambil terengah engah. Terbayang kepanikan istriku dan bayinya. Mengapa tak kutemui penghuni apartemen yang lain ? apakah  hanya aku seorang yang belum mengungsi?

 

Sesampainya di ruang apartemenku, segera kukemas barang barang seperlunya. Kujelaskan  pada istriku bahwa  kami harus segera berkemas untuk mengungsi keluar apartemen.  Tangan kiriku menggendong bayi,  bahuku memanggul tas pakaian dan perlengkapan bayi serta tangan kananku menuntun istriku sambil    melangkah pelan.  Masih menggunakan tangga darurat untuk turun, tiba pada tangga ke 5 aku bertemu dengan seorang pria  berjalan tenang .

“ Pak ,  dimanakah ada kebakaran, dari tadi sirine berbunyi terus?” tanyaku pada pria itu

“Oooh…… itu sedang ada  simulasi evakuasi kebakaran,bukankah 2 hari lalu sudah diumumkan pada semua penghuni apartemen?”,jawabnya tenang sambil tersenyum.

Ya Allah……aku 3 hari di rumah sakit mendampingi istriku  dalam proses melahirkan, hingga tak tak tahu info itu. Lemas terasa seluruh tubuhku , pucat pula wajah istriku.

 

 

 

 

 

 

 

NENEK AMINAH

Oleh : Helwiyah

 

 

Nenek Aminah , ibunda dari Bu Ani temanku ,terbaring lemah di atas kasur yang rapi beralas perlak  bayi. Wajahnya masih menyiratkan sisa kecantikan masa mudanya. Berkulit kuning langsat , berhidung mancung bangir dan tulang pipi yang masih menonjol Di usia beliau yang sudah 95 tahun, ingatan,  ucapan serta  pandangan beliau masih bagus.  Berbaju daster dengan kain menutup bagian pinggang hingga ujung kaki, Nenek tersenyum manis menyambut kami yang menjenguknya.

 

“Assalamu alaikum nek, apa kabar?”,sapa kami .

“ Waalaikum salam…… baik, mari duduk nak, anak darimana?” tanyanya dalam nada lembut dan jelas terdengar.

“ Kami teman mengajar  Bu Ani nek, “

Setelah berbincang  bincang dengan Nenek yang masih bisa bercanda, beliau menunjuk bingkai foto yang tergantung di kamar itu.

“ Itu adik nenek , “

“ Cantik  mana nenek, ma adik nenek?”, tanya Bu Ani anak beliau.

“ Biar orang lain yang menilai, bukan diri kita,” masya allah , kami  kagum dengan jawaban beliau.

“Sekarang Nenek cuma bisa tiduran saja…. kaki nenek sudah dipotong satu ini, “ sambil membuka kain penutup kaki kirinya. “ Dulu nenek kecelakaan, jadi dipotong kakinya”, dengan nada tenang nenek menjelaskan.

Bu Ani menceritakan ihwal kaki  kiri nenek yang terpaksa harus dipotong karena kecelakaan mobil yang menimpa nek Aminah 23 tahun yang lalu.

 

Hari itu, adik nenek satu satunya kepengen makan belut masakan  kakaknya. Dengan semangat nek Aminah sejak subuh sudah ke pasar untuk membeli belut pesanan adiknya, padahal saat itu usia nenek sudah 76 tahun. Jam 6 beliau berangkat menuju rumah adiknya dengan kendaraan umum. Saat turun kendaraan dan hendak menyeberang , tiba tiba mobil box melaju kencang, si nenek  terkejut dan  tak sempat menyeberang sempurna,

“ Awas nek….!” teriak sang sopir yang tak sempat menghindar,   hingga kaki kiri Nek Aminah tergilas roda mobil box. Beruntung si sopir berhenti dan membawa nek Aminah ke rumah sakir bersama polisi. Karena kondisi kaki nek Aminah yang terluka parah dan patah , dengan terpaksa harus dipotong hingga lutut, beberapa tahun   harus menggunakan alat bantu untuk berjalan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KULEPAS DENGAN IKHLAS

Oleh : Helwiyah

 

 

Dua  hari  sesudah acara khitanan anak ke dua kami, Suami mengajak  ayah dan ibu mertuaku untuk therapi  alternatif  duduk di kursi dengan getaran arus listrik . Menaiki taksi ber empat kami berangkat menuju wilayah Jakarta Timur.   Setelah antrian tibalah giliran kami untuk therapi . Kami duduk di kursi yang sudah dialiri aliran listrik yang menjalar melalui bagian bagian kursi , terasa hangat dan  bergerak  memijat bagian badan, kaki dan tangan kami.

 

Selesai therapi badan , kaki dan tangan kami terasa ringan dan nyaman. Ayah dan ibu mertuaku sudah yang ke tiga kalinya kemari, sedangkan aku ini baru yang pertama kali. Kami pun pulang dan mampir makan soto daging  warung pak De langganan suamiku.

 

Beberapa hari sesudah therapi itu, aku  baru sadar bahwa sudah terlewat haidku beberapa hari. . Kuperiksakan ke bidan dekat rumah, ternyata   aku sudah mengandung 5 minggu. Setelah 8 minggu kuperiksa kembali ke bidan, kulakukan USG . Dengan wajah cemas bu bidan menjelaskan bahwa janinku tidak berkembang. 10 minggu aku kembali melakukan USG, Bu bidan mengatakan bahwa janinku sudah hancur tidak berbentuk. Beliau menanyakan , “ Coba ibu ingat ingat , apa yang ibu lakukan 2 bulan lalu?”.

Baru kuteringat therapi listrik yang kulakukan bersama mertuaku. Ternyata alat itu tidak diperbolehkan bagi wanita hamil. Karena kecerobohanku, harus kulepaskan calon bayiku dengan iklas .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LUCUNYA ANAK ANAK

Oleh : Helwiyah

 

Pagi itu suasana kelas  terasa ramai, Lepas jam pelajaran olah raga, seluruh siswa kelas 1 SDN  Duren Sawit  masuk kembali ke kelas dengan kaos olahraga  penuh keringat dan wajah memerah karena cuaca panas dan lelah.

“ Ibu….. aku mau ganti baju disini yha?, “ teriak Azril sambil menunjuk tempat duduknya.

“ Ganti baju olahraga laki laki  di toilet laki laki, yang perempuan di toilet perempuan yha, bergantian tiap 3 orang,”  kujelaskan  untuk semua siswa.

 

Selesai berganti baju seragam dan istirahat sebentar untuk minum dan makan bekal dari rumah, anak anak pun kembali duduk tertib di tempat duduk masing masing.

“ Anak-anak hebat, apakah sudah siap belajar  ?”,

“ siap bu guru……. “, teriak mereka serentak

Lalu  mulailah materi  pelajaran dari buku tema kusampaikan  dengan diselingi tanya jawab dan cerita-cerita  yang berkaitan dengan materi pelajaran. Hingga tiba  harus melakukan evaluasi dengan latihan soal menulis.

Seperti biasa, Azriel, Rafi, dan Satria spontan maju ke depan kelas sambil membawa buku tulis dan  pensil masing masing, Lalu  menulis di meja guru.

“ Lho….. kenapa menulis di meja bu guru, khan kalian punya meja masing masing ?”

“ Tidak keliatan bu tulisan di papan tulis, “ jawab Satria.

“Masa’ , khan  Azriel, Rafi dan Satria sudah duduk di kursi  paling depan” , tanyaku heran

“ Emang gak boleh ya bu, aku nulis di meja bu guru?, biar gampang nanya jawabannya”,  tukas Azril.

“ Nah, ibu bertanya kalian yang jawab, kenapa jawabannya tanya ke ibu?”

“ khan ibu yang bikin soal, ibu sudah tahu belum jawabannya?’, tanya Azril lagi

“ ya tahu lah”,

“Terus kenapa ibu tanya aku kalo ibu sudah tahu jawabannya?”

Ampun deh anak satu ini, selalu ada saja protesnya.

Minggu lalu , saat pelajaran menggambar burung , aku contohkan di papan tulis.

Walau tak pandai menggambar aku coba mencontoh dari buku.

“ Kalian nanti gambar burungnya yang bagus yha!”

“ wah….. itu gambar ibu aja  contohnya tidak bagus”.  Lagi-lagi si Azril protes.

Wah iya ya……. lain kali contohnya dari buku saja lah , tak perlu kucontohkan sendiri karena  aku tak pandai menggambar.

 

 

 

Profil  Penulis

 

 


Helwiyah, S.Pd , M.M lahir di Jakarta , 10 Desember 1971. Putri ke 4 dari  H Fadlullah dan Hj Rohainah. Saat ini sebagai guru SDN Duren Sawit 14 Pagi  Jakarta Timur sejak  september 2017..Menyelesaikan Program S2 di Pasca sarjana Uhamka tahun 2015 pada jurusan Magister Manajemen dan menyelesaikan Jurusan  PGSD Uhamka pada tahun 2019. Penulis di kanal pendidikan Indonesiana .id dan Kanal Fiksiana Kompasiana.com. .

Bu Ewi dapat dihubungi di No WA 0857 8055 1722,Email : helwiyah.smkm7@gmail.com

Blog : Notesewi. Blogspot. ComAlamat akun : https://www.kompasiana.com/helwiyahewi4859

.kata bijaknya adalah  Lakukan Yang Terbaik Untuk Mendapat Yang Terbaik “


 

 

 

 

           

           

 

           

 

 

 

 

 

 

 

PENANTIAN

 


Oleh. Agus Yuwantoro

 

      Dua tahun yang lalu Fely Angreni mengirim kabar bahwa selama menjalani hidup baru dengan Wisnu. Mantan pacar SPG Negri Temanggung merasa tidak nyaman hidupnya. Bahkan sering bertengkar dari hal-hal sepele. Suaminya sering memperlakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Gara-gara suaminya beberapa kali ikut seleksi CPNS selalu tidak beruntung. Tidak lulus. Beda dengan istrinya setelah tamat SPG melanjutkan D.2 Di Universitas Terbuka Falkutas PGSD. Ikut tes pertama langsung lulus. Diangkat menjadi guru Negri.

     Semenjak istrinya menjadi guru Negri suaminya bukannya bersyukur. Tapi tiap hari kerjanya marah-marah melulu. Untung belum punya anak. Istrinya tetap setia menerima apa adanya suami. Tidak menuntut macam-macam. Justru sebaliknya perlakuan suaminya dari hari kehari semakin tidak terkontrol.

     Ketika senja datang bersama air hujan gerimis. Semilir angin membelai rambutnya Fely Angreni. Duduk di depan teras rumah. Teringat teman SPG Parmin setia mendampingi belajar di rumah. Bahkan sering membantu mata pelajaran yang sulit. Pernah waktu kegiatan pramuka. Di bawah pohon asam jawa. Menyatakan rasa cintanya. Tapi Fely Angreni tidak mampu menjawab. Sebab Wisnu selalu mendekatinya. Di saat hatinya goncang. Remuk redam. Ingat Parmin. Fely Angreni sms pada Parmin. “ Tolong temui aku di bawah bukit penantian, ya. Trimss “

Temanggung, 29 Desember 2021

 

MALAM PERTAMA

Oleh. Agus Yuwantoro

 

      Tarjo anak lelaki tunggal Pak Kades Desa Wungkal. Wajahnya bercahaya cerah penuh mengumbar senyum bahagia. Ketika bergandengan tangan dengan Yati. Turun dari tangga panggung jejer manten. Berhias bunga warna warni. Kanan kiri hiasan janur kuning berbalut beraneka buah. Tarjo selalu melirik wajah istrinya. Bibirnya merah basah. Kedua pipinya penuh bedak. Rambut kepala penuh hiasan bunga dan tiga konde berbentuk bunga.

     Ketika senja datang bersama tenggelamnya cahaya matahari. Burung-burung berterbangan di bawah dinding langit jingga. Tarjo selalu memandang bibir dan wajah istrinya. Bunga desa dari Desa Wungkal menjadi incaran setiap cowok.

    Sisa-sisa bunga mawar dan melati masih terasa harum melekat di setiap dinding. Bercampur bau parfum. Tarjo masuk kamar. Rasanya Ingin memeluk mencium istrinya. Dengan sabar menunggu di bibir ranjang penganten. Menunggu dan menunggu istrinya masuk. Di bawah cahaya lampu balon lima watt. Istrinya masuk kamar. Tersenyum lewat bibirnya merah basah. Kemudian tertunduk sambil berucap” Maaf ya Kang, Yati sekarang sudah hamil tiga bulan, maaf ya Kang “. Tarjo mlongo mlompong. Diam seketika. Sambil memandang wajah dan bibir merah basah istrinya. Istrinya tertunduk bahkan takut memandang suaminya di bibir ranjang penganten.

 

Temanggung, 29 Desember 2021

 

PILKADES

Oleh. Agus Yuwantoro

 

     Hasil pemungutan suara dua menit lagi dibuka. Panita pilkades sudah siap membawa kotak pemungutan suara. Satu persatu dibuka. Jantungku selalu berdetak kencang ketika panita membuka isi suara dalam kotak.

     Akhirnya aku terpilih menjadi Kades. Dengan hasil suara terbanyak dari calon kades lainnya. Aku merasa senang puas. Semua gogol atau tiem sukses dan pendukungku memeluk satu persatu. Satu minggu mengadakan acara selamatan atas kemenanganku.

     Dua tahun setelah menjabat kepala desa. Aku malah digugat cerai istri di Pengadilan Agama Kabupaten. Istriku tetep minta cerai, Bukan semua hartanya habis. Tapi aku tertangkap basah oleh Limas. Semalam habis tidur bercinta bersama penari tayub dari Wonogiri.

 

Sapuran, 29 Desember 2021

 

KEJUJURAN

Oleh. Agus Yuwantoro

 

      “ Jujur aja ya Mas “

      “ Ada apa ?”

     “ Sebelum melamarku, aku  ingin membuat pengakuan “

     “ Gak apa-apa silahkan “

     “ Mas mau menerima dan tidak itu hak mas “

    “ Pasti menerima “

      “ Bener Mas “

      “ Ya “

     “ Jujur lima tahun yang lalu aku punya pacar Sony putranya H. Soleh. Imam masjid At Taqwa di kampungku. Kesan pertama orangnya baik. Aku sangat percaya segala ucapannya. Pada akhirnya malam itu atas janji-janjinya. Aku serahkan darah perawanku pada Sony pacarku. Entah sudah beberapa kali aku melakukan itu lagi. Sampai Lupa. Ketika rasa cintaku memuncak. Sony malah mengahimili gadis dari desa sebelah. Hamil empat bulan. Aku kecewa. Limbung. Patah hati. Semenjak itu aku sudah menunutup hati itu semua laki-laki. Itu pengakuanku. Tinggal mas mau menerima aku atau tidak. Silahkan “

      “ Wajahnya memerah penuh air mata, bibirnya basah bergetar. Lubang hidungnya kempas kempis bergerak. Kepala tertunduk. Malu. Bakhan takut memandang Masnya. Di bawah pohon cemara angin semakin berjalan semilir. Menyapu rambut panjangnya. Di dekapnya pelan-pelan sambil berbisik “ Aku siap menerima apa adanya, sebab kejujuranmu “

 

Sapuran, Desember 2021

 

 

PERTEMUAN

Oleh. Agus Yuwantoro

 

    Kurang lima menit lagi aku menemui temen kecilku. Hampir tiga puluh tahun belum pernah ketemu. Rasa kangen. Kerinduan. Memuncak ketika satu pesan mengoncangkan detak jantungku. Besok kita ketemuan di rumahku.

    Dengan sebungkus kerinduan dan rasa penasaranku. Aku melangkah kaki menuju area pertemuanku. Dengan temen kecilku. Sekarang sudah bersuami punya anak dua. Tinggal bersama suaminya meningalkan rumah desanya.

    Aku datang rumah desanya berwarna hijau segar. Di samping rumah ada dua pohon durian lokal. Di belakang berdiri tofer indosat berdiri lurus menyaingi pohon kelapa. Saat gerimis kecil aku masuk pintu ruamh. Kawan kecilku sudah menunggu dengan setia. Ketika aku datang tanganku di cium. Bahkan kepala menunduk pelan didepanku. Memberikan izin mencium jidatnya. Berpelukan titis. Kemudian duduk berhadapan. Ada sepasang bola mata saling berbicara sendiri. Bergejolak hati. Terasa indah. Bersinergi sepasang bola mata. Bercumbu dalam sepi sunyi. Ohh kawan kecilku. Ada perasan rindu yang menggebu.

 

                                                                                                           Desember 2021

KASIH SAYANG SANG ABDI NEGARA

 


Oleh : Ledwina Eti Wuryani, S.Pd

 

"Jangan setengah hati menjadi guru, karena anak didik kita telah membuka hati sepenuhnya"

( Ki Hajar Dewantara )

 

            Bapak adalah seorang guru PNS pengangkatan sekitar tahun 1962. Bapak adalah sosok yang kukagumi. Dia begitu menyayangi anak-anaknya. Kami empat bersaudara tak pernah dibeda-bedakan. Setiap habis gajian ‘yang hanya sedikit’ itu  pasti kami langsung diajak berkumpul.  Bapak buka amplopnya kami duduk berkeliling di meja makan. Kami anak-anak disuruh menulis apa kebutuhan masing-masing. Jika ada yang kurang cukup bisa disharingkan. Jelas kami punya kebutuhan berbeda.

Saya adalah anak pertama. Saya harus bersikap dewasa dan siap mengalah. Yang kami ajukan dari uang sekolah,buku, pena, pengganti sepatu yang sudah jebol dan lain-lain. Kami sudah terlatih hidup mandiri, sekolah jalan kaki biar 7 km waktu SMP. Apalagi setelah kuliah, hanya saya yang  kuliah keguruan  di IKIP, ikatan Dinas pula. Ketiga adikku Jurusan 2 orang Teknik Sipil dan  1 Teknik Elektro ( UGM dan Atamajaya Jogya). Kami ber-4 tak pernah komplain atau saling iri.

            Bapak orangnya gigih dan pekerja keras. Untuk mencukupkan kebutuhan bapak sampai rela mengajar di tiga sekolah. SPG Van-lith, SMA Pendowo dan STM Pengudi Luhur di kota Muntilan. Pagi-pagi bapak sudah berangkat sekolah dengan motor tua L2S. Ibu sudah menyiapkan nasi yang dibungkus untuk bekal mengajar karena bapak selalu pulang sore hari. Melihat  jerih lelah dan susah payahnya bapak kami salut sekali dengan perjuangan beliau. Bapak tak pernah mengeluh. Semua tugas dikerjakan dengan hati.

            Dengan melihat sosok bapak ‘hanya’ aku yang tertarik jadi guru. Hanya aku yang kuliah  guru. Saat itu guru dipandang dengan sebelah mata. Guru gaji kecil, hidup bersahaja dan terlihat hidup susah. Dengan begitu maka guru disebut dengan ‘Pahlawan tanpa tanda Jasa’. Tak banyak orang yang suka punya cita-cita jadi guru saat itu, apalagi jika orang kaya alias berduit. Wah,  Itu  sepertinya susah!!

            Di IKIP Sanata Dharma aku mengambil jurusan matematika. Mengingat masih 3 adikku yang perlu biaya lebih besar aku mengambil jurusan D3 waktu itu. Berharap supaya cepat selesai dan ada subsidi juga.  Pikirku jika aku ambil jurusan matematika bisa sambil memberi les privat. Benar sambil kuliah aku sambil memberi les 2 orang kakak beradik tetangga kos. Saya dibayar Rp 25 ribu/bulan untuk 2 kali pertemuan per minggu.  Lumayan bagi anak kos, bisa untuk tambah beli kebutuhan hidup harian.

 

            Setelah lulus saya ditempatkan di Timor Timor. Langsung dapat SK CPNS  di SMA Negeri Maliana Bobonaro. Sebuah kota kecil dan tertinggal. Sebuah pengalaman berharga jadi guru baru. Gaji pertama saat itu  Rp 56.080,- cukuplah untuk seorang bujang. Sebuah kebahagiaan bisa untuk dikirm ke ibu, adik-adik dan kolekte di gereja. Karena guru langka saya juga dipercaya mengajar PGSD ( sekolah calon guru SD) Universitas Terbuka. Menjadi Tutor Buta aksara ( Pemberantasan Buta Huruf).

 

            Dukanya, karena di daerah konflik jadi seolah pikiran selalu was-was dan tidak tenang. Semua aktifitas terbatas. Makan seadanya. Seolah kesepian karena tak pernah ada hiburan dan tak bisa tebar pesona. Di Kota itu selalu ketemu orang yang sama, di pasar, di sekolah di gereja. Aktifitas hanya  itu-itu saja dan jelas tak bisa berkembang.

 

            Tiga tahun kemudian  saya dimutasi ke Dili Kota Provinsi. Suasana jelas lebih ramai. Anak-anaknya lebih ekstrim. Gesekan-gesekan sering terjadi. Keributan juga lebih sering terjadi. Sedikit ada masalah sepele akan menyulut kemarahan hingga perkelaian. Sampai pada pemberontakan. Pembakaran mulai terjadi dimana-mana. Sampai titik darah penghabisan. Hingga lepas dengan negara kesatuan Republik Indonesia. Akhirnya Timor-Timur Merdeka!.

 

Setelah Timor Timur menentukan nasibnya sendiri  alias merdeka berarti  penduduk yang asal Indonesia wajib hukumnya untuk pulang ke asalnya. Yaitu Indonesia. Penduduk dari Timtim Status baru. Saya yang nota bene seorang guru jadi punya status baru guru korban konflik bencana. Kita sudah tinggalkan semua harta benda. Kita tinggalkan semua kenangan pahit getir dan duka lara. Kita tinggalkan juga siswa-siswi tercinta walaupun kadang mengharu birukan hati.

 

            Dengan modal ‘nol’lagi  kami akan mulai menatap masa depan.  Dengan semangat  membara dan penuh harapan semoga di tempat yang baru akan mendapatkan suka cita. Ini bukan mengeluhkan nasib. Bukan juga pamer kesedihan. Atau minta belas kasihan. Tidak sama sekali. Hanya  mau curhat semata. Biar kisah ini tak hilang atau sirna ditelan masa. Tapi akan terpatri dalam aksara. Ini adalah kisah  nyata salah satu perjalanan hidup seorang abdi negara.  Cerita dari hati yang paling dalam. Sebagai seorang guru  sekaligus seorang istri yang setia. Sebagai seorang istri tentunya punya kuajiban untuk  mengikuti dimana saja suami bekerja. Tugasnya mengajar, melayani dan menjaga  buah kasih, yaitu siswa/i dan anak kandungnya.

 

            Tempat  mengajar yang baru di kota Waingapu. Semboyan itu “ Matawai Amahu Pada Njara Hamu” .  Kira-kira artinya sumber air yang jernih  tanah/padang yang luas  membentang tempat makan hewan yang banyak berkeliaran khususnya kuda. Sebuah  kota kecil yang  sungguh ‘asing’ bagiku. Kekeluargaan yang teramat sangat kental dengan adat tradisinya. Nama dan derajat masih dijunjung tinggi.  Makan tak makan yang penting berkumpul. Jadi  bagi penduduk asli seperti suami harus mengikuti adat yang ada. Adat yang sudah diwariskan leluhurnya. Dia punya kuajiban dan tanggungjawab untuk menghidupi anak-anak ‘dalam rumah’nya. Budaya itu sampai sekarang  masih sangat dihormati dan dipatuhi. Jadi tak heran  saat pertama saya datang, kami harus hidup bersama dengan 20-an orang lebih. Bisa dibayangkan! Berapa kg beras kami harus masak untuk setiap hari.

 

            Sebagai orang baru dan masih berstatus pendatang plus  bekas korban konflik, saya dan suami harus menanggung hidup dengan sekian orang. Ya Tuhan, aku  ingin menangis tapi kutahan. Aku ingin lari tapi tak mungkin. Mau mengeluh?? Mengeluh dengan siapa? Hanya untuk  makan  gajiku PNS saat itu, sangat tidak cukup.  Gaji saya Tahun 2000, dengan SK gol/pangkat  III/b Penata Muda Tk 1  Rp 291.200,- . Untuk mencukupkan hidup, kami sampai gali lubang  tutup lubang. Motor astrea grand puruk (sudah jelek) yang kami punya  kami sewakan untuk tambah beli beras. Sedih ya.

 

Selama 3 tahun pertama hidup penuh keprihatinan. Sebagai pakaian ganti  kami hanya bisa beli baju RB (rombengan). Pakaian KW yang masih layak pakai. Dari Timor Timur kami tak bawa baju yang cukup. Saat lari mengungsi hanya bawa bekal dan pakaian  seadanya. Setiap hari  makan tak pernah ada gizi. Yang penting ada nasi. Yah, lombok sayur hijau sudah cukup. Hanya itu yang terjangkau untuk dibeli.   Makan cukup 2x sehari. Pulang sekolah jam 14.00 WITA dan Sore jam 20.00 WITA. Karena motor disewakan berarti pergi ke sekolah jalan kaki dengan medan yang lumayan.  Daerahnya berupa perbukitan. SMA Negeri 2 Waingapu tempat mengajar letaknya agak diketinggian jadi harus memanjat dan merayap ditebing untuk lewat jalan pintas. Jarak tempuh rumah sekolah sekitar 2 km.

 

            Badanku kurus kering. Muka kelihatan lebih tua dari umurku yang waktu itu 34 tahun. Kulit keriput. Muka kusam tak ada semangat hidup. Tersenyum  susah maka wajah jadi tak menarik. Anto anak bungsuku juga saat periksa di puskesmas, dokter Rukmiati bilang berstatus ‘gizi buruk’.  Sungguh  sangat berbeda dengan Marcel  anak sulungku yang berada di Jawa bersama Bapak dan Ibu kandungku. Dia begitu dimanja. Disayang dengan segala yang ada.

 

            Cobaan hidup saat itu terasa berat. Hanya Doa yang bisa kudaraskan setiap hari. Itu yang menjadi kekuatanku. Sangat tidak mungkin aku mengeluh pada orang tuaku. Boleh dibilang saat di Timor Timur kami ‘sudah ada’ semua. Dari hasil kerja dan tabungan hingga punya rumah, mobil dan motor.  Tapi itu tinggal kenangan.  Itu semua kita tinggal  Timtim Kini di tempat baru harus siap menerima kenyataan. Hanya ratapan, rintihan bahkan tangisan pribadi dalam hati yang menemaniku.  Kesedihanku tak berani kutunjukkan kepada suami dan keluarganya. Aku berusaha tersenyum  walau terpaksa. Sebenarnya tak mampu tapi berusaha kuat. Hati terasa sakit  meratapi keadaan, tapi tak berdaya untuk mengungkapkan. Saya terasa sebatang kara karena orang jawa.

 

            Cerita di sekolah. Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di SMA Negeri 2 Waingapu. Hati memang terasa damai. Saat masuk kelas tak kuasa aku menahan haru. Anak-anaknya manis dan taat. Mereka begitu hormat pada guru. Sungguh sangat berbeda dengan kelakuan anak Timtim ada yang suka mabuk, arogan dan tak menghormati guru. Profesi guru di Waingapu itu kujalani dengan penuh tanggungjawab dan setia. Guru matematika yang saat itu saya sendiri. Pak Tjangkui meninggal 2 tahun kemudian karena sakit.  Beliau guru matematika sebelum saya ada. Akhirnya saya yang menggantinya mengajar sampai  42 jam seminggu, padahal ideal guru mengajar 24 Jam. Caranya: masuk 1 kelas, kelas yang lain diberi tugas dan seterusnya. Ada juga ibu Atik yang membantu mengajar, beliau sebenarnya guru Kimia.

 

            Hari terus berjalan. Kami  hidup bersama puluhan orang di rumah. Dengan terpaksa aku minta pada suami supaya hidup pisah dengan keluarga besarnya. Aku akan ‘lari’  jika kali ini permintaanku yang pertama dan yang terakhir ‘tak’ dikabulkan. Akhirnya benar, kami memisahkan diri. Kami membangun gubuk. Ya benar gubuk, rumah kecil dengan lantai tanah.  Sedikit  lega. Penduduk rumah  terbagi. Sebanyak13 orang yang  ikut bersamaku. Biarlah. Selain sekolah mereka bisa membantu kerja rumah  untuk mewujudkan mimpi membuat rumah yang lebih layak.

 

            Lebih dari 4 tahun saya beradaptasi.  Berjuang dengan kemiskinan dan penuh pergumulan. Biar jelek rumah sudah berdiri. Ada orang bilang rumahku seperti kandang ayam karena memang  semua jendela kita tutup dengan rangkaian gedek bambu.  Atapnya seng taruh-taruh sembarang karena  usuknya belum cukup. Tak apalah, kami menikmatinya. Kehidupan sengsara akhirnya terbiasa menemaniku. Ada perasaan bahagia jika ada orang/teman yang memberikan undangan pesta.  Disitu  baru kami bisa menikmati rasa enaknya daging. Dalam hati,  makan dipesta  ibarat sebuah anugerah. Hal di atas membuat aku jadi  orang yang tahan banting dan panjang sabar. Jadi lebih tegar dan menghargai  arti  kehidupan berumah tangga sejati.

 

Bersyukurlah, akhirnya saya bisa menyesuaikan keadaan. Sebagai orang kota biasa menjadi tempat ‘numpang’ anak-anak keluarga dari kampung yang ingin sekolah. Ada yang SD, SMP, SMA/SMA bahkan ada yang kuliah. Rumahku seperti asrama, tapi gratis.  Mereka bukan anak orang yang mampu tapi orang tuanya ingin anaknya maju. Tapi mereka tak pernah berpikir bahwa biaya hidup di kota itu besar.  Saya dan keluarga harus mencukupkan kebutuhannya.  Ingin protes! Kami juga punya kebutuhan sebenarnya!! Tapi mereka ‘kurang’ mengerti!. Sudahlah!!, kalau mengeluhkan  tentang itu tak akan habis. Dalam doa semoga Tuhan selalu memberkati. 

 

Setiap orang pasti punya pergumulan. Mereka akan punya cerita masing-masing.  Suka duka selalu mewarnai hidup  setiap kita. Roda terus berputar tak mungkin  akan  terus dibawah. Akan bahagia jika selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Doa adalah senjata ampuh untuk  jadi kekuatan hidupku. Iklas berbagi, rela memberi adalah  manusiawi. Tuhan memberikan cuma-cuma  berikanlah juga dengan cuma-cuma. Bahasa itu yang sejuk dan menghiburku. Aku selalu mencoba untuk tidak  mengeluh. Berkat pasti akan datang dariNya kalau kita tulus meyakini.

 

Tak terasa kini saya sudah 21 tahun tinggal di Waingapu. Hari terus berganti. Tahun demi tahun pun telah kulalui. Tahun baru 2022 kita sambut dengan penuh harapan dan lebih baik.  Bahagia akan mengikuti seiring berjalannya waktu. Secercah harapan akan semakin ada. Tuhan pasti akan selalu menunjukkan jalan. Nikmat Tuhan akan semakin nyata. Kutuliskan ceritaku ini yang berstatus sebagai guru. Perjalanannya hidup yang penuh dengan suka dan duka. Dari daerah konflik di TimorTimur hingga dimutasi di Waingapu , Sumba Timur, NTT  yang saat itu masih  tertinggal. Daerah padang sabana paling ujung timur Indonesia. Orang bilang NTT adalah Nasib Tak Tentu. Diberita koran juga pernah  tertulis NTT adalah  daerah penyumbang orang miskin nomor one di Indonesia. Kasihan e. Kualitas kebahagiaan bukan dari harta atau kekayaan. Kami menikmati kedamaian dan ketenteraman lahir batin.

 

Semua cerita perjalanan dan liku-liku kehidupan akan ada hikmahnya. Aku tetap guru. Sekolah  adalah ladang amalku. Tempatku mengabdi hingga purna bakti. Akan setia sampai waktu pensiun nanti.  Bersyukur baru-baru, bulan Desember 2021 tepatnya tanggal 15 saya dapat ‘anugerah’  Lencana Karya Satya dan piagam penghargaan tanda-tangan Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo. Bangga dan bahagia!!. Trimakasih pak Presiden, kenangan ini akan saya ingat hingga putus nafasku.

Sekolah adalah ladang amalku. Semoga ilmu yang kita berikan mendapat Ridhonya Tuhan.  Kita para guru adalah seorang ‘abdi’.  Para abdi yang baik hendaknya  bisa menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Rela berbagi dan iklas memberi.  Ilmu yang tidak membuahkan perbuatan  laksana per=tir  dan guntur yang tak membawa hujan.

Tiada kekayaan lebih  utama daripada akal. Tiada  kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan dan tiada warisan lebih baik dari pada pendidikan, ( Ali Bin Abi Thalib). Semga  Tuhan mudahkan para  guru Indonesia rela berjuang. Terus belajar dan berbenah. Selalu siap mengikuti tantangan jaman.  Semangat ikut serta memperbaiki  pola dendidikan untuk menghatarkan  para generasi  bangsa lebih gemilang dimasa yang akan datang. Semoga!

 

 

 

 

 

PROFIL PENULIS

 

 

 

 

 

Salam ...Saya,  Ledwina Eti Wuryani, S.Pd, Asli Magelang Jawa Tengah.   Tinggal di Timtim 10 tahun ( Kabupaten Bobonaro 3 tahun, Dili 7 tahun) dan di NTT sudah 21 tahun.  Seorang ibu 2 putra,  sekaligus  guru  di SMA Negeri 2 Waingapu Sumba Timur, NTT. Penulis suka menulis di media masa, majalah dan buku. Sudah 30 lebih  buku solo dan antologi  ber-ISBN yang sudah terbit. Penulis bisa dihubungi di ledwinaetiwuryai@gmail.com , ledwinaastiwi44@guru.sma.belajar.id , fb, IG dan You tube :  Ledwina Eti  dan blog  etiastiwi66.blogspot.com  HP WA 085 230 708 285 alamat rumah Jl. Trikora no: 11 RT/RW  010/003 Waingapu, Sumba Timur NTT.  Quotes :  Sebuah kebanggaan Jika  hidup bisa bermanfaat bagi sesama.

 

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...