Oleh : Asep Maulana
“Hendaknya berbekal ilmu terlebih dahulu sebelum menulis. Kesulitan yang dialami oleh para pemula adalah karena minimnya ilmu” –Asep Maulana, 2022.
.
Keinginan menulis mulai muncul ketika saya bersekolah di jenjang Sekolah Menengah Pertama. Tepatnya ketika saya baru mengenal mading (majalah dinding) sekolah. Karena madingnya persis di balik tembok sisi kanan kelas saya, pastinya sering terlewati dan saya mampir untuk membacanya.
Jadilah saya termasuk orang yang sering membaca berbagai tulisan di mading itu. Ada puisi, humor, cerita bergambar dan lain-lain. Melihat tulisan salah satu teman saya dimuat di mading, muncul ide dan keinginan saya untuk menulis. Saya pun ingin nama dan karya saya terpampang di mading tersebut.
Pengalaman Saya dalam Menulis
“Saat itu saya berpikir bahwa mengarang atau menulis itu hal yang sulit” –Asep Maulana, 2022.
Di sini sedikitnya ada dua momen ketika keinginan dan usaha saya untuk menulis. Bahwa dulu saya pernah menulis meskipun sangat sederhana sekali. Dan ternyata keinginan menulis itu muncul kembali saat ini.
Pertama, waktu itu saya coba menulis puisi humor tentang ‘angin’ dengan niat saya kirim supaya dimuat di mading sekolah. Namun karena kurang pede sehingga sy tak pernah mengirimkan naskah tersebut. Hanya ada sebagian kalimatnya yang masih saya ingat sampai sekarang.
Kedua, saat di SMA pun demikian, saya lumayan sering membaca berbagai tulisan di majalah dinding. Sampai-sampai saya sempat mengikuti episode puisi-puisi cinta kakak kelas saya tentang sang guru. Ternyata gayung bersambut, sampai setelah ia lulus sekolah akhirnya menuju pelaminan dengan pujaaannya. Benar-benar happy ending. It’s real!
Saya pun termotivasi menulis puisi waktu itu. Dan kali ini saya coba mengirimkan naskah puisi saya itu. Namun karya saya tidak pernah muncul di mading. Saya tidak tahu mengapa? Mungkin tidak memenuhi kualifikasi.
Saya teringat, waktu itu ramai digandrungi kawula muda novel remaja ‘si Lupus’ karya Hilman Hariwijaya, yang kemudian difilmkan. Saya pun sempat terinspirasi untuk membuat cerpen model-model si Lupus itu. Akhirnya, saya sempat menulis cerpen lucu. Ini hasil imajinasi sendiri dengan tokoh saya sendiri dan dua orang teman. Benar-benar pendek ceritanya.
Itupun akhirnya kandas, hanya sebatas di buku saja. Entah di mana naskah itu sekarang, tetapi ide cerita masih saya ingat. Tidak ada kelanjutannya, seolah-olah seperti kehabisan ide dan bingung mau bagaimana. Saat itu saya berpikir bahwa mengarang atau menulis itu hal yang sulit.
Kesulitan menulis itu benar-benar saya rasakan, khususnya saat ada tugas atau ujian mengarang pelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga untuk merangkai kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi sebuah paragraf, kemudian menghasilkan tulisan yang panjang dan utuh, bagi saya saat itu rasanya berat sekali.
Jadi, dari pengalaman di atas, ada beberapa pelajaran berharga bagi saya. Di antaranya adalah:
- Besarnya minat baca dan adanya keinginan untuk menulis
- Terbatasnya media untuk pelatihan atau kursus menulis
- Minimnya buku-buku bacaan yang sesuai dan tersedia serta dibutuhkan saat itu
- Mading di sekolah bisa menjadi media dan saluran dalam bidang tulis menulis
- Pentingnya mentor untuk mengembang potensi bidang kepenulisan
Empat Langkah untuk Menulis
“Semakin banyak ilmu dalam menulis, akan banyak bermanfaat untuk kita, akan banyak kemudahan bagi kita untuk menulis dan terus menulis” –Asep Maulana, 2022.
Paling tidak, ada empat langkah penting untuk menulis, yang mana keempat hal ini saling terkait satu sama lain, tidak terpisahkan. Empat langkah itu antara lain:
1. Ilmu
Peran ilmu sangat penting dalam dunia kepenulisan. Karena ilmu itu bisa diibaratkan cahaya yang menerangi jalan. Tanpa ilmu maknanya adalah kegelapan. Kegelapan itu sendiri menjadi sebab kebingungan, ragu, tidak bisa berjalan dengan lancar dan penuh ketidakpastian.
Hendaknya berbekal ilmu terlebih dahulu sebelum menulis. Kesulitan yang dialami oleh para pemula adalah karena minimnya ilmu. Sehingga ia bingung harus memulai dari mana. Atau menulis tentang apa. Dan kesulitan lainnya yang mungkin dihadapi tanpa tahu bagaimana solusinya.
Bakat pun akan sulit berkembang tanpa didukung dengan ilmu yang memadai. Sedangkan ilmu diperoleh dengan cara belajar dari seorang guru atau lebih. Ditambah buku dan literatur utama maupun penunjang lainnya.
Contoh yang sering kita alami, khususnya bagi pemula, adalah kesulitan dan kebingungan untuk mulai menulis. Maka cara, strategi, atau metode bagaimana mengatasi kesulitan dan kebingungan itulah yang disebut dengan ilmu.
Ketahuilah, caranya adalah dengan kita menentukan terlebih dahulu tujuan, temanya apa. Lalu detailkan tujuan itu dengan Who (untuk siapa tulisan tersebut) dan Do (apa yang diharapkan untuk pembaca). Selanjutnya kita membuat kerangka tulisan. Dari sini, barulah kita menulis berdasarkan kerangka tulisan tersebut, yang menjadi pedoman kita dalam menyelesaikan tulisan.
Untuk lebih mendalam, kita bisa membaca tulisan segar Pak Cahyadi Tariawan yang berjudul “Agar Tidak Bingung saat Menulis”.
Berikut ini, adalah beberapa contoh media pembelajaran dan sumber ilmu dalam menulis. Misalnya kelas-kelas kepenulisan yang diasuh oleh Pak Cahyadi Tariawan bersama timnya, seperti Kelas Basic Menulis, Kelas Buku Antologi, Kelas Buku Single atau lainnya.
Jika dalam hal-hal yang sederhana saja kita butuh ilmu, maka bagaimana lagi dengan menulis?! Ayo belajar terus dan jangan pernah berhenti! Semakin banyak ilmu dalam menulis, akan banyak bermanfaat untuk kita, akan banyak kemudahan bagi kita untuk menulis dan terus menulis.
2. Praktik
Setelah berilmu maka selanjutnya adalah praktik. Adalah suatu keharusan memperbanyak praktik dan latihan menulis setelah belajar berbagai teori. Karena buahnya dari ilmu itu adalah praktik. Akan sayang sekali dan tidak bermanfaat jika ilmu-ilmu yang sudah didapat tidak dipraktikkan.
Mengapa praktik menjadi begitu penting? Karena kita tidak pernah akan menjadi seorang penulis tanpa praktik menulis. Tidak pernah seorang dikatakan expert atau ahli tanpa melalui berbagai praktik. Hal ini sebagaimana sebuah ungkapan, “Practice Makes Us Perfect”. Maknanya, jika kita melakukan praktik dan berlatih secara rutin, maka akan melahirkan kesempurnaan.
Mari perbanyak praktik dan latihan-latihan! Menjadikan menulis sebagai habit; kebiasaan dan keseharian kita. Tidak afdol rasanya jika dalam sehari kita tidak menulis apapun.
BERSAMBUNG.