.
Oleh : Cahyadi Takariawan
.
Suatu ketika, setelah selesai menulis, Anda membaca ulang tulisan yang telah Anda hasilkan. Anda merasa ada hal yang tidak pada tempatnya. Tulisan Anda serasa mengambang, tidak bisa menggambarkan apa yang sebenarnya Anda inginkan. Pernah mengalami kejadian seperti itu?
Ketika Anda merasa tulisan mengambang, yang harus Anda lakukan adalah meneliti, mengapa mengambang? Faktor apa yang membuat tulisan Anda mengambang?
Pada dua postingan sebelumnya, saya telah menyampaikan faktor mengambang karena tidak berbobot dan mengambang karena tidak jelas tujuannya. Simak kembali di sini dan di sini. Saya akan membahas faktor berikutnya.
Ketiga, mengambang karena tidak jelas alurnya
Anda pernah mendengarkan curhatan teman yang sangat panjang, selama tigapuluh menit anda dengarkan, namun tidak jelas arah pembicaraannya? Anda pernah mendengarkan sebuah ceramah yang panjang, sampai satu jam, namun tidak sistematis dan tidak jelas alurnya?
Anda pernah nonton film berdurasi dua jam, namun plot ceritanya “ngalor ngidul” tidak jelas arahnya? Anda pernah membaca novel yang tebal, namun tidak jelas jalan ceritanya? Pasti Anda sangat boring dan bete dibuatnya.
Seperti itulah yang disebut sebagai mengambang, karena ketidakjelasan alur cerita. Demikian pula dalam tulisan. Jika tulisan yang Anda buat tidak jelas alurnya, pembaca tidak mengerti, sebenarnya Anda mau nulis tentang apa?
Perhatikan contoh yang saya buat ini:
Pada suatu hari si Kancil pergi berjalan-jalan ke sebuah desa. Sesampai di desa, ia melihat ada kebun buah Naga yang sangat luas, maka iapun masuk ke dalam kebun itu. Ternyata, petani pemilik kebun itu sedang ke pasar untuk berjualan.
Di tengah pasar, petani bertemu dengan penjual ikan yang mengeluh tentang produksi ikan yang menurun. Rupa-rupanya para nelayan sedang kesulitan mencari ikan di laut karena musim sedang tidak bersahabat. Kita tahu di Indonesia ada musim hujan dan musim kemarau.
Ternyata musim berpengaruh juga pada tanaman tembakau. Kasihan nasib petani tembakau ketika musim hujan tiba. Namun yang sangat bersyukur adalah Bu Rini, karena ia jualan payung sehingga menjadi laris di musim hujan.
Payungnya Bu Rini berbentuk kotak, tidak seperti payung lainnya. Payung itu diproduksi di daerah Bantul, DI Yogyakarta. Sebagaimana diketahui, Bantul termasuk wilayah yang memiliki sangat banyak potensi wisata. Yang sangat terkenal adalah Pantai Parangtritis dan Taman Buah Mangunan.
Jadi, itu lagi cerita tentang Apa? Apakah sedang menceritakan Kancil, petani, nelayan, musim, ikan, payung, Bu Rini, Bantul, atau pantai? Pembaca akan berkomentar, “Anda sehat? Atau salah obat?” Tulisan cuma empat paragraf, tapi bikin jengkel orang yang terlanjur membaca.
Outline Adalah Solusi
Jika tulisan Anda mengambang karena tidak jelas alurnya, maka membuat outline tulisan adalah salah satu solusinya. Buatlah plot atau kerangka tulisan atau sistematika tulisan atau outline, setiap kali Anda akan menulis.
Ini sama dengan ketika Anda hendak ceramah satu jam, akan lebih lancar dan sistematis apabila Anda menyiapkan kerangka pembicaraan. Kerangka ini berupa poin-poin yang akan Anda sampaikan, sejak menit pertama berbicara hingga menit terakhir.
Ketika Anda akan menulis –terutama untuk tulisan yang panjang, seperti novel atau membuat buku, awali dengan membuat outline. Baik tulisan fiksi maupun nonfiksi, akan terarah dari awal hingga akhir, tidak mengalami kekaburan atau kebingungan, apabila Anda memiliki outline.
Kerangka tulisan ini yang akan menuntun Anda untuk menulis secara sistematis. Untuk menulis novel sejumlah 50.000 kata atau lebih, memerlukan waktu berbulan-bulan. Akan sangat mudah ‘tersesat’ dan hilang arah jika Anda tidak berbekal kerangka tulisan.
Demikian pula untuk menulis sebuah buku nonfiksi sejumlah 50.000 kata atau lebih, tak bisa selesai dalam sehari dua hari. Memerlukan waktu berpekan-pekan sampai berbulan-bulan untuk menyelesaikan. Tanpa outline, Anda mudah kebingungan di tengah perjalanan menulis.
Setelah memiliki tema, segera buat outline tulisan. Semakin rinci Anda membuat outline, semakin mudah pula bagi Anda untuk menuliskannya. Tulisan Anda lancar mengalir, mudah dimengerti, sehingga tidak membingungkan pembaca.
Yang penting Anda selalu disiplin dengan sistematika yang sudah Anda buat dari awal. Jangan mudah tergoda untuk mengganti atau mengubah kerangka. Ini untuk menghindari ketidakjelasan alur tulisan.
Fleksibel dengan Outline
Outline bukan keharusan. Hanya bersifat pilihan. Boleh dibuat, boleh pula tidak. Terlebih untuk artikel atau opini pendek, sekitar 500 kata, tidak harus diawali dengan outline. Untuk tulisan pendek, di bawah 1.000 kata, masih mudah untuk menjaga ritme dan sistematika.
Menulis artikel di bawah 1.000 kata, masih bisa dilakukan dalam sekali duduk. Mungkin Anda punya waktu satu atau dua jam untuk menulis, dan Anda bisa menyelesaikan satu artikel 1.000 kata. Maka tanpa outline sekalipun, masih bisa menulis dengan kejelasan alur.
Namun untuk tulisan panjang, di atas 5.000 kata, akan menjadi kesulitan tersendiri untuk menjaga alur dan sistematika apabila tidak berbekal kerangka. Apalagi untuk buku setebal 50.000 kata atau ratusan ribu kata. Proses pembuatannya pun panjang. Di sinilah perlunya berbekal outline.
Bentuk outline juga fleksibel. Bisa dengan poin-poin berurutan, bisa dengan diagram, bisa dengan model flowchart, atau model coretan tangan. Semua sesuai kebiasaan dan kemudahan. Setiap penulis bisa memiliki pilihan yang berbeda.
Selamat menulis, selamat berkarya.