Oleh : Ledwina Eti Wuryani, S.Pd
“GURU
”. Jika kita berbicara tentang guru.
Ini adalah topik yang tidak
pernah habis untuk dibahas. Dari jaman
nenek moyang kita dulu hingga sekarang, tak akan hilang ditelan waktu, sampai kapan pun. Kita
berbicara Sekurang-kurangnya sepuluh
tahun terakhir saja. Selalu menarik. Selalu kompleks dan selalu seru. Walau guru-guru sudah banyak yang berlalu
(pensiun). Muncullah guru-guru baru, dengan semangat baru, sebagai guru penggerak, guru pembatik untuk Indonesia terus
maju menuju era baru.
Ada
juga masyarakat
yang tidak
puas terhadap guru. Mungkin karena ada yang anaknya tidak lulus
ujian. Bisa juga karena hasil
penilaian di rapornya jelek. Ada juga yang kecewa
karena anak kesayangannya tidak diterima di perguruan tinggi yang diharapkan.
Pemandangan semacam ini akan terlihat
setiap akhir tahun, setelah penerimaan bukti kelulusan dan kenaikan kelas.
Mereka kecewa, karena seolah-olah guru tidak bisa mengajar. Guru kurang bisa
melatih atau mendidik
siswa.
Keberhasilan
seorang peserta didik sebenarnya tidak
sepenuhnya karena guru. Tidak serta merta
keberhasilan murid itu karena
ketidakmampuan guru dalam mengajar.
Benar. Guru tetap harus berinovasi, tapi
tanpa peserta didik yang
proaktif, ya sama saja bohong. Tak ada
seorangpun sukses tanpa sentuhan
guru. Jadi Apapun kita saat ini,
guru-guru kita pasti ikut mewarnai dan menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan peserta didik.
Gejala yang ‘kurang’ bagi guru untuk saat ini. Ketika ada guru yang tak mau belajar. Guru
tidak mau menggerakkan siswanya untuk terus belajar dan membuka pikiran. Guru Tidak berani mengajak siswa
untuk kreatif dan tidak pandai
berkolaborasi dengan tuntutan kemajuan zaman seperti saat ini.
Apalagi pada jaman
milenial seperti saat ini. Guru harus belajar untuk mengikuti kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Selain mempelajari iptek, kita juga
harus membangun pendidikan karakter. Membangun
karakter agar kelak tidak hanya unggul
dalam sumber daya manusia tetapi
juga kuat dalam karakternya. “Mayoritas mengatakan, intelektual yang membuat
seseorang hebat, mereka salah. Yang membuat hebat adalah karakter”
(Albert Einstein).
Kita
saat ini sudah memasuki era globalisasi. Era ini dapat dipandang sebagai era pengetahuan dan teknologi. Tugas
guru mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
setiap peserta didik. Diharapkan
guru untuk selalu meningkatkan kualitas agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan jaman.
Apalagi
Program utama menteri pendidikan yang
akan ditingkatkan demi menghadap revolusi
industri 4.0 adalah sumber daya
manusia, salah satunya guru. Membangun
karakter sebuah keharusan. Guru menjadi pintu lahirnya
generasi muda. Guru Harus berani
beradaptasi dengan teknologi. Guru tidak lagi berjibaku berpegang teguh dengan kapur dan berkotor-kotor dalam sistem mengajarnya. Namun guru
harus menggunakan teknologi
demi menciptakan sistem pembelajaran yang up to date dan semakin menarik.
Ada
beberapa perubahan kecil yang bisa guru
lakukan mulai dari sekarang. Yakni
mengajak siswa untuk berdiskusi dari pada mendengar. Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas (presentasi aktif).
Mencetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas. Menciptakan
karya atau produk, ketrampilan, portopolio dan praktek. Menemukan bakat dalam diri
peserta didik. Siswa harus mandiri. Siswa juga harus berinovasi. Guru lebih banyak mendengar, siswa yang lebih banyak
berbicara.
Menurut
Indra Djati Sidi,Ph.d. Dalam bukunya Menuju masyarakat belajar, guru mempunyai
2 permasalahan eksternal, Yaitu : Tantangan Krisis etika dan moral anak bangsa
(manusiakan manusia) dan tantangan masyarakat. Guru diharapkan bisa menjawab tantangan itu. Guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan matang untuk dapat
menanamkan nilai-nilai moral dan etika.
Guru mampu memberi bekal kepada peserta
didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi
juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif dan kompetitif.
Tentunya supaya masyarakat juga bisa
melihat bahwa peserta didik
mempunyai bekal yang memadahi. Mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat
sebagai Warga negara, sebagai anak bangsa, yaitu bangsa Indonesia
Adanya
tuntutan peserta didik yang harus
terus berinovasi dan berkreasai.
Guru harus lebih menguasai teknologi. Menguasai Iptek. Mengendalikan siswa dengan kemajuan yang pesat seperti saat ini. Ketika guru mempunyai ikhtiar dalam budaya literasi, membaca berbagai buku, dia akan mampu merespon
setiap perubahan. Guru mampu menjawab tantangan jaman. Yaitu
lahirnya inovasi-inovasi di dunia
pendidikan. Tentunya berawal dari membaca, numerik, menganalisa dan kemudian menciptakan. Perubahan dimulai dari atas, semua berawal dan berakhir dari guru itu sendiri.
Jauh
rasanya ketika kita berharap dalam meningkatkan kualitas guru hanya menunggu adanya program
seminar, pelatihan tanpa dibarenagi mencari
ilmu sendiri yaitu membaca. Guru
Ideal hari ini harus ‘tangguh’ dalam
karakter unggul dalam skill dan oke dalam
teknologi. Ketika guru tidak cakap dalam
teknologi, yang mana setiap perannya digantikan teknologi. Kita harus siap
menjadi pengguna teknologi, bahkan kalau mungkin bisa ‘menciptakan’. Siap
untuk membuat inovasi dan kreasi dalam
dunia pendidikan.
Menjadi
guru ikut perjuangan. Berjuang untuk selalu memenangkan di setiap proses pembelajaran. Berjuang untuk mengentaskan setiap kesulitan
pembelajaran. Berjuang untuk selalu
membangun iklim positif ketika
menghadapi kesulitan. Seorang guru akan merasakan puas jika kita sudah bertanggungjawab akan keberhasilan
peserta didik. Bukan hanya sekedar mengajar. Inilah kemenangan dalam dunia pendidikan. Karena
mendidik itu kepuasan batin. Jika kita
mendidik dengan penuh tanggung jawab, kita akan
merasakan suatu kebahagiaan
dan kebanggaan tersendiri.
Pendidkan
karakter, bukan hanya teori tapi perlu
dibarengi dengan aksi dan diekspresikan
dengan keteladanan. Karena
itu peluang membangun karakter dan sumber daya manusia dalam
revolusi industri 4.0 harus mulai
sejak duduk di bangku SD. Tentunya dari
guru yang memiliki dedikasi tinggi
dan jiwa yang tulus. Tentunya guru
yang setia menerima tantangan. Guru yang menjemput peluang. Guru yang
bisa menjadi teladan, yang selalu
di hati dan dinanti oleh setiap peserta didik, wali murid dan masyarakat.
Guru
tak akan bisa tergantikan oleh kemajuan teknologi. Guru harus menjadi penggerak untuk terus maju. Keberlangsungan generasi dan masa depan anak bangsa ditentukan oleh guru. Sebagai guru harus terus berinovasi. Apalagi guru seperti saya, yang sudah
tua, ya harus tahu diri, tetap
terus belajar supaya tidak tinggal
tetap dilandasan. Malas belajar ya kadaluwarsa, rajin belajar punya masa
depan yang lebih baik. Ada pepatah mengatakan ‘Jika kamu tidak sanggup menahan
lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan’
, Imam Syafi’i. Salam untuk para guru. Tetap Semangat!.
Tak perlu menjadi #unicorn. Mari menjadi manusia biasa saja. Yang selalu rela belajar, terus belajar dan terus berusaha untuk menjadi
lebih baik setiap harinya
#70harimenulis
#siapataujadibuku
#challenge
- 55
#RumahLiterasiPMA
#LedwinaEti
#Kamis,1Juli2022