Kamis, 30 Juni 2022

55, GURU 4.0

 


Oleh : Ledwina Eti Wuryani, S.Pd 

GURU ”. Jika  kita  berbicara tentang  guru.  Ini adalah  topik yang tidak pernah  habis untuk dibahas. Dari  jaman  nenek moyang kita dulu hingga sekarang, tak akan hilang ditelan waktu, sampai kapan pun. Kita berbicara Sekurang-kurangnya  sepuluh tahun terakhir saja. Selalu menarik. Selalu kompleks dan selalu seru.  Walau guru-guru sudah banyak yang berlalu (pensiun). Muncullah guru-guru baru, dengan semangat baru,  sebagai guru penggerak, guru pembatik untuk Indonesia terus maju menuju era baru.

Ada  juga  masyarakat yang tidak puas  terhadap guru.  Mungkin karena ada yang anaknya tidak lulus ujian. Bisa juga karena hasil penilaian di rapornya jelek. Ada juga yang kecewa karena  anak kesayangannya tidak  diterima di perguruan tinggi yang diharapkan. Pemandangan semacam ini  akan terlihat setiap  akhir tahun, setelah  penerimaan bukti kelulusan dan kenaikan kelas.   Mereka kecewa, karena seolah-olah  guru tidak bisa mengajar. Guru kurang bisa melatih atau mendidik siswa.

Keberhasilan seorang peserta didik  sebenarnya tidak sepenuhnya karena guru. Tidak serta merta  keberhasilan  murid itu karena ketidakmampuan  guru dalam mengajar. Benar. Guru  tetap harus berinovasi, tapi tanpa  peserta didik  yang  proaktif, ya sama saja bohong. Tak ada  seorangpun sukses  tanpa  sentuhan  guru. Jadi Apapun  kita saat ini, guru-guru kita  pasti ikut mewarnai dan  menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan peserta didik.

Gejala  yang ‘kurang’ bagi guru  untuk saat ini.  Ketika ada guru yang tak mau belajar. Guru tidak mau menggerakkan  siswanya  untuk terus belajar dan membuka pikiran.  Guru Tidak berani  mengajak siswa  untuk kreatif dan tidak pandai  berkolaborasi dengan tuntutan kemajuan zaman seperti saat ini.

Apalagi  pada jaman  milenial seperti saat ini.  Guru  harus belajar untuk mengikuti  kemajuan teknologi yang semakin pesat. Selain  mempelajari iptek, kita juga harus membangun  pendidikan karakter. Membangun karakter agar kelak tidak hanya  unggul dalam sumber daya  manusia  tetapi   juga kuat dalam karakternya. “Mayoritas  mengatakan, intelektual yang membuat seseorang hebat, mereka salah.  Yang membuat hebat adalah karakter” (Albert Einstein).

Kita saat ini sudah memasuki era globalisasi.  Era ini dapat dipandang  sebagai era pengetahuan dan teknologi. Tugas guru mendidik, mengajar,  membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi  setiap peserta didik.  Diharapkan guru untuk selalu meningkatkan kualitas agar memiliki  kompetensi yang sesuai dengan  perkembangan jaman.

Apalagi Program utama menteri pendidikan  yang akan ditingkatkan  demi menghadap  revolusi  industri 4.0 adalah sumber daya  manusia, salah satunya  guru.  Membangun  karakter sebuah keharusan. Guru  menjadi pintu  lahirnya  generasi muda. Guru Harus  berani beradaptasi  dengan teknologi. Guru  tidak lagi berjibaku berpegang teguh  dengan kapur dan berkotor-kotor  dalam sistem mengajarnya. Namun  guru  harus  menggunakan  teknologi  demi  menciptakan  sistem pembelajaran  yang up to date dan semakin menarik.

Ada beberapa perubahan  kecil yang bisa  guru  lakukan mulai dari sekarang. Yakni  mengajak  siswa untuk berdiskusi  dari pada mendengar. Memberikan  kesempatan kepada murid  untuk mengajar di kelas (presentasi aktif). Mencetuskan  proyek  bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas. Menciptakan karya atau produk, ketrampilan, portopolio dan praktek. Menemukan bakat  dalam diri  peserta didik. Siswa  harus  mandiri. Siswa juga harus berinovasi. Guru lebih banyak mendengar, siswa yang lebih banyak berbicara.

Menurut Indra Djati Sidi,Ph.d. Dalam bukunya Menuju masyarakat belajar, guru mempunyai 2 permasalahan eksternal, Yaitu : Tantangan Krisis etika dan moral anak bangsa (manusiakan manusia) dan tantangan masyarakat. Guru diharapkan bisa  menjawab tantangan itu. Guru harus  memiliki kepribadian  yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan  nilai-nilai moral dan etika. Guru mampu  memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi  juga menanamkan  sikap  disiplin, kreatif, inovatif dan kompetitif. Tentunya supaya masyarakat juga  bisa melihat bahwa peserta didik  mempunyai  bekal yang memadahi.  Mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat sebagai Warga negara, sebagai anak bangsa, yaitu bangsa Indonesia

Adanya tuntutan peserta didik  yang harus terus  berinovasi dan berkreasai. Guru  harus lebih  menguasai teknologi. Menguasai Iptek.  Mengendalikan siswa  dengan kemajuan yang pesat seperti saat ini. Ketika  guru mempunyai  ikhtiar dalam budaya  literasi, membaca  berbagai buku, dia akan mampu  merespon  setiap perubahan. Guru mampu menjawab tantangan jaman. Yaitu lahirnya  inovasi-inovasi di dunia pendidikan. Tentunya berawal dari membaca, numerik, menganalisa  dan kemudian menciptakan. Perubahan  dimulai dari atas, semua  berawal dan berakhir dari  guru itu sendiri.

Jauh rasanya  ketika  kita berharap dalam meningkatkan  kualitas guru hanya menunggu adanya program seminar, pelatihan tanpa  dibarenagi  mencari  ilmu sendiri  yaitu membaca. Guru Ideal hari ini harus ‘tangguh’  dalam karakter unggul dalam skill  dan oke dalam teknologi. Ketika guru tidak cakap  dalam teknologi, yang mana setiap perannya digantikan teknologi. Kita harus  siap  menjadi pengguna teknologi,  bahkan kalau mungkin bisa ‘menciptakan’. Siap untuk membuat inovasi  dan kreasi dalam dunia pendidikan.

Menjadi guru  ikut perjuangan.  Berjuang untuk  selalu memenangkan  di setiap proses  pembelajaran. Berjuang  untuk mengentaskan setiap kesulitan pembelajaran. Berjuang untuk  selalu membangun iklim positif  ketika menghadapi kesulitan. Seorang guru akan merasakan puas jika  kita sudah bertanggungjawab akan keberhasilan peserta didik.  Bukan hanya  sekedar mengajar. Inilah  kemenangan dalam dunia pendidikan. Karena mendidik  itu kepuasan batin. Jika kita mendidik dengan penuh tanggung jawab, kita akan  merasakan suatu  kebahagiaan dan  kebanggaan tersendiri.

Pendidkan karakter,  bukan hanya teori tapi perlu dibarengi dengan aksi dan diekspresikan  dengan keteladanan. Karena  itu  peluang  membangun karakter dan sumber daya  manusia dalam  revolusi industri 4.0  harus mulai sejak  duduk di bangku SD. Tentunya dari guru  yang memiliki dedikasi  tinggi  dan jiwa yang tulus. Tentunya  guru yang  setia  menerima tantangan. Guru yang menjemput peluang.  Guru yang  bisa menjadi teladan, yang selalu  di hati dan dinanti oleh setiap peserta didik, wali  murid dan masyarakat.

Guru tak akan bisa tergantikan oleh kemajuan teknologi. Guru  harus menjadi penggerak untuk terus maju. Keberlangsungan  generasi dan masa depan anak bangsa  ditentukan oleh guru. Sebagai guru harus terus berinovasi. Apalagi  guru seperti saya, yang  sudah  tua, ya harus  tahu diri, tetap terus belajar  supaya tidak tinggal tetap   dilandasan. Malas belajar ya kadaluwarsa, rajin belajar punya masa depan yang lebih baik. Ada pepatah mengatakan ‘Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya  belajar,   maka  kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan’ , Imam Syafi’i. Salam untuk para guru. Tetap Semangat!.

Tak perlu menjadi #unicorn. Mari menjadi manusia biasa saja. Yang selalu rela belajar, terus belajar dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik setiap harinya

 

#70harimenulis
#siapataujadibuku
#challenge - 55
#RumahLiterasiPMA
#LedwinaEti
#Kamis,1Juli2022

  

 

A54. Nikmatnya cinta

 


 

              Suasana hari  itu panas. Saya pergi ke rumah teman dekat namanya bu Debi. Ada bisnis kecil berdua tentang ternak ayam pedaging. Dulu dia sama-sama mengajar di SMA,  sudah pensiun 5 tahun yang lalu. Suami sudah meninggal sepuluh tahun dengan meninggalkan 2 orang anak. Anak yang  pertama perempuan Sarjana TK ( S.Pd.TK)    mengajar  di TK Pembina dan yang laki  Sarjana Informatika menjadi teknisi di perusahaan PT. Karya jaya.

            Bu  Debi temanku cerita kalau anak pertama, Yani sudah melahirkan. Saat melahirkan  kesulitan  lantaran disebelah bayi ternyata ada mium (kanker jinak). Beruntung bayi tidak terganggu walau ibunya sangat menderita saat oprasi. Sedih ceritanya. Yang saya tak habis pikir, ibu kandung  tak menengok. Dia hanya dengar dari teman dan lihat di postingan  FB. Ceritanya sang mama dulu tidak setuju pernikahannya dengan alasan Bosco pacarnya tidak sekolah dan tidak ada kerja.  Bosco hanya jualan dengan krombong dipinggir jalan. Kedua orang tua  sudah cerai, mamanya meninggal dan bapaknya sudah  nikah lagi. Waktu itu Bosco kecil lari dari rumah  karena tak ingin tinggal bersama mama Tiri. Jadi dari kecil dia hidup sendiri, sebatang kara semuanya dalam keterbatasan.

            Ibu Yani dan Bosco  akhirnya menikah sendiri tanpa  ada orang tua. Tabungan  bu Yani ludes habis untuk resepsi. Kasihan. Selesai pernikahan kini menjadi pasangan suami istri baru. Yang jelas mereka tidak ada rumah. Suami jualan di krombong. Hidup mereka di krombong ukuran (2x1)m2. Dan  kalau mandi , cuci dan lain-lain numpang di orang. Saya punya kos-kosan 5 kamar, saya tawari ‘gratis’ mereka  tidak mau alasan  jualan di krombong  melayani pembeli 24 jam. Mereka jualan rokok, peci dan kebutuhan harian lainnya. Sepuluh bulan sudah tak terasa mereka nikah. Saatnya kini ia melahirkan. Saya sempatkan untuk nengok di rumah sakit. Tiga hari di rumah sakit pulanglah mereka di krombong lagi. Nggak bisa bayangkan betapa ribetnya punya bayi merah  hidup di tempat yang S5. Sempit, sumpek, Sedih dan  Selonjor Susah. Itulah!. Demi Cinta merelakan untuk hidup  penuh derita asal berdua penuh cinta. Oh  bu Yani ….

 

  • #70harimenulis
  • #siapataujadibuku
  • #challenge - 54
  • #RumahLiterasiPMA
  • #LedwinaEti
  • #Kamis,30Juni2022

A54. Nikmatnya Cinta

 


 

              Suasana hari  itu panas. Saya pergi ke rumah teman dekat namanya bu Debi. Ada bisnis kecil berdua tentang ternak ayam pedaging. Dulu dia sama-sama mengajar di SMA,  sudah pensiun 5 tahun yang lalu. Suami sudah meninggal sepuluh tahun dengan meninggalkan 2 orang anak. Anak yang  pertama perempuan Sarjana TK ( S.Pd.TK)    mengajar  di TK Pembina dan yang laki  Sarjana Informatika menjadi teknisi di perusahaan PT. Karya jaya.

            Bu  Debi temanku cerita kalau anak pertama, Yani sudah melahirkan. Saat melahirkan  kesulitan  lantaran disebelah bayi ternyata ada mium (kanker jinak). Beruntung bayi tidak terganggu walau ibunya sangat menderita saat oprasi. Sedih ceritanya. Yang saya tak habis pikir, ibu kandung  tak menengok. Dia hanya dengar dari teman dan lihat di postingan  FB. Ceritanya sang mama dulu tidak setuju pernikahannya dengan alasan Bosco pacarnya tidak sekolah dan tidak ada kerja.  Bosco hanya jualan dengan krombong dipinggir jalan. Kedua orang tua  sudah cerai, mamanya meninggal dan bapaknya sudah  nikah lagi. Waktu itu Bosco kecil lari dari rumah  karena tak ingin tinggal bersama mama Tiri. Jadi dari kecil dia hidup sendiri, sebatang kara semuanya dalam keterbatasan.

            Ibu Yani dan Bosco  akhirnya menikah sendiri tanpa  ada orang tua. Tabungan  bu Yani ludes habis untuk resepsi. Kasihan. Selesai pernikahan kini menjadi pasangan suami istri baru. Yang jelas mereka tidak ada rumah. Suami jualan di krombong. Hidup mereka di krombong ukuran (2x1)m2. Dan  kalau mandi , cuci dan lain-lain numpang di orang. Saya punya kos-kosan 5 kamar, saya tawari ‘gratis’ mereka  tidak mau alasan  jualan di krombong  melayani pembeli 24 jam. Mereka jualan rokok, peci dan kebutuhan harian lainnya. Sepuluh bulan sudah tak terasa mereka nikah. Saatnya kini ia melahirkan. Saya sempatkan untuk nengok di rumah sakit. Tiga hari di rumah sakit pulanglah mereka di krombong lagi. Nggak bisa bayangkan betapa ribetnya punya bayi merah  hidup di tempat yang S5. Sempit, sumpek, Sedih dan  Selonjor Susah. Itulah!. Demi Cinta merelakan untuk hidup  penuh derita asal berdua penuh cinta. Oh  bu Yani ….

 

#70harimenulis
#siapataujadibuku
#challenge - 54
#RumahLiterasiPMA
#LedwinaEti
#Kamis,30Juni2022

  

Sabtu, 25 Juni 2022

A53. PENCURI

  


 Pentigraf

                   Suasana Kampung Matawai  itu terasa gelap.  Hanya ada  satu lampu disudut  jalan  yang menyala.  Selebihnya sudah pada rusak karena beberapa bulan lalu ada angin puting beliung yang memporak-porandakan infrastruktur. Langit malam itu sebagian berawan hanya beberapa kerlip bintang saja yang mengintip dari balik gumpalana awan.  Malam itu adalah malam jumat kliwon.  Pos ronda sepi.Ttidak seperti biasanya, malam ini tidak berpenghuni. Sementara seminggu lalu tetangga rumah  kehilangan motor, dua hari lalu depan rumah kehilangan Kulkas. Kok Bisa e…  sungguh perampok yang biadab.  Akhir-akhir ini memang kampung itu sering kecurian.

                     Pencuri sampai sekarang belum tertangkap.  Polisi kewalahan saking banyaknya laporan warga yang kecurian. Saat saya hendak melangkah tiba-tiba terlihat bayangan orang yang bergerak dari arah selatan rumah Bapak lala, dia merupakan orang terkaya dikampung itu orangnya  gak bergaul plus pelit. Rumah itu yang biasa jadi sasaran utama para pencuri. Saya dan  teman ronda yang lain memutar arah melintasi salah satu pinggir pagar menuju  arah mesjid, terlihat salah seorang dari mereka mulai bergerak memasuki rumah pelan-pelan. Ternyata pencuri sudah hilang.

              Hari semakin malam susana semakin gelap, saya pulang sudah mengantuk berat. Eh!! Anakku  kasih tahu bahwa ketiga pencuri ada sembunyi di  dapur rumahku.  Anakku yang satu dipegang kedua tangannya dan ditutup mulutnya agar tak teriak. Saya jadi bingung dan pusing mendadak.  Dari pada anakku yang jadi korban akhirnya aku menurut saja kata pencuri dan pelan-pelan mereka kubiarkan lari lewat legong. Kebetulan belakang rumahku adalah legong curam hanya  para pencuri yang berani lewat jalan itu.  Yang aneh,   tetanggaku hampir semua pernah kecurian, hanya dirumahku saja yang belum pernah kecurian. Karena pencurinya baik saya tidak berani lapor polisi. “Dosa nggak ya kalau begitu kasusnya??”pikirku dalam hati.  Saya sendiri dan seluruh penghuni rumahku tak pernah kenal dengan para pencuri itu.

 


  • #70harimenulis
  • #siapataujadibuku
  • #challenge - 53
  • #RumahLiterasiPMA
  • #LedwinaEti
  • # WaingapuRabu29Juni  2022



 

A52. MISTERI CINTA….

 

Suatu  saat pasti kau akan  tahu….
Di sini aku adalah orang yang selalu
 mencintaimu dari segala kekuranganmu,
mencintai semua yang ada padamu, ‘apa adanya;
bukan ‘ada apanya kamu’
hatiku hanya ada  kamu…


Ku akan siap & rela berkorban untukmu,
 
Namun aku sadar aku ini siapa?
Aku  yang dianggap tak ada kerja dan tak berguna
Aku juga kadang dilihat dengan sebelah mata,
Biarlah…..

 
Aku hanya  orang yang
terlalu berharap bisa memilikimu….
Aku yang haluuu….
terlalu  berharap  untuk hidup bersamamu….
namun harapan itupun akhirnya  hancur!
ya, hancur karena sebuah keyakinan beda antara kau dan aku.


Idealnya kapal di setir satu nahkoda
agar aman dan tak ada kendala
bisa selalu lurus kedepan dan satu kata
agar penumpangnya tenang damai sejahtera

 
 
Cinta  memang tak perlu untuk dipaksakan’
Tapi  cinta itu  ketulusan hati…
Cinta itu  kejujuran…
 


Kini aku sekarang
Sadar……
Bahwa melihatmu  bahagia adalah
suatu hal yang paling penting !!
Walau bahagiamu tak bersamaku


  • #70harimenulis
  • #siapataujadibuku
  • #challenge-52
  • #RumahLiterasiPMA
  • #LedwinaEtiWuryani
  • #Selasa28Juni2022 

 

 

 

A51. KENANGAN SAAT MASIH BOCIL

 

 

 

Tuhan merangkai hidup ini tak seindah apa yang kita pikirkan. Tak sepahit yang kita bayangkan. Tuhan merajut kita dengan kasih yang besar. Tapi Tuhan kadang menguji kita. Tangis dan senyum  sudah biasa ada disetiap kita. Teruslah menebar kebaikan agar bermanfaat bagi sesama.

 

          Saat Bocil (bocah kecil) umur 6 tahun saya  dimasukkan oleh ibu di SD Kanisius Kamal. Sekolah kampung yang jaraknya  3 km. Saat itu jalan masih tanah   belum diaspal. Anak-anak sekolah masih begitu lugu, polos. Berjalan penuh percaya diri tak bersepatu alias kaki kosong. Bersepatu hanya saat ke gereja atau ada acara pesta. Untuk menghemat waktu menuju sekolah  lewat jalan pintas, yaitu lewat pematang sawah. Saat  panas terik saat pulang sekolah kami biasa  mandi rame-rame bersama kawan. Di tengah perjalanan pulang  kami  melewati  sungai besar dan airnya jernih. Dengan polosnya dan tanpa malu-malu saat itu  kami mandi. Kalau ingat jadi merasa lucu  sendiri.

          Bapak saya adalah seorang guru, ibu di rumah saja. Kami ada sawah peninggalan mbah Kakung Padmoredjo. Selain ibu rumah tangga, jadi ibu juga kerja sawah sebagai petani. Kegiatan sampingan bapak adalah ketua Seni Budaya Jawa. Di rumah kami punya  seperangkat gamelan (musik Jawa: red). Jadi setiap semimggu 2 kali, yaitu Senin dan Kamis rumah kami dipakai untuk latihan kerawitan. Nama kelompoknya adalah Eko Budaya. Disitu kegiatannya adalah : menabuh gamelan, Ketoprak dan tarian Jawa.

          Saya adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Dari situ tersalurlah hobi saya menari. Bapak, ibu dan adik saya tak suka menari. Untuk menyalurkan hobiku, tak tanggung-tanggung bapak menyewakan  3 guru tari padaku. Yaitu Pak Darman, Pak Sastro Kayat dan Mbak Budiyati mereka datang bergantian dengan tarian yang berbeda, seminggu 2 kali. Tak heran kalau saya menguasai banyak tarian, antara lain Tari Gambyong, tari Sri Rejeki, tari gambir anom, tari  Bondan, Seto Kumitir, Minak Jinggo Dayun, klana topeng dan lain-lain. Aku biasa  ngajak teman-temanku di kampung ikut  belajar menari bersamaku.

          Di Sekolah juga ada latihan menari. Tapi seminggu sekali, waktupun sangat terbatas hanya 2x35’  JP per minggu. Dengan begitu teman-teman  tak bisa menguasai tarian dengan baik. Ibu guru tari tahu kalau aku sudah menguasai banyak tarian. Bapak kepala sekolah menyuruh aku untuk melatih teman-teman. Itulah rasa  banggaku muncul. Masih kecil sudah jadi guru temanku sendiri. Lebih bangganya temanku ada yang mbayar sama aku saat itu Rp 25,- per orang. Sebenarnya sukarela saja tidak diwajibkan. Aku malu tapi mau saja. Hihi… Uang yang kami peroleh dari teman itu saya berikan bapak, hitung-hitung  untuk bantu beli bensin genzet atau cas  accu untuk tape recorder.

          Pada jaman dulu di kampung  listrik belum ada. Saat di kampung yang punya TV baru di rumah saya. Masih kuingat, kalau malam akan ada acara Ketoprak Roro Jonggrang atau Aneka Ria Safari. Dari siang para tetangga terkhusus yang sudah lanjut sudah menyiapkan tempat untuk nonton malam. Kebetulan rumah kami luas.  Rumah peninggalan Kakek. Dulu kakek adalah pedagang tembakau yang sukses jadi bapak yang mewarisi rumahnya, karena bapak anak bungsu. Pakde (kakak dari bapak)  sudah dibuatkan rumah masing-masing.

          Selain aku  jadi guru menari juga sering diundang menari saat ada hajatan. Ada yang menikah, acara syukuran. Acara  perpisahan di kantor atau sekolah. Yang jelas itu yang bikin aku senang karena di pesta pasti makan enak  dan saat pulang  diberi amplop pula. Betapa bahagianya, uang bisa kutabung untuk beli barang-barang kebutuhan yang aku suka. Bapak dan ibu tak pernah mengganggu uangku. Aku disuruh menyimpan sendiri. Sayang  foto-foto menari saat itu sudah rusak. Kami tinggal dekat  lereng gunung merapi.  Daerahnya dingin dan lembab jadi  foto-foto atau dokumen cepat rusak. Coba  saat itu sudah ada fb atau You tube pasti bisa jadi kenangan. Selain  bisa menari, kami sekeluarga  juga bisa menabuh gamelan ( musik Jawa : red). Ada yang namanya gong, saron, bonang, kethuk, kendang, siter dan lain-lain. Asyik deh saat itu.

Dari kecil kami sudah dilatih untuk mandiri. Ibu kerja sawah, kami  rajin membantu. Ibu menanam padi, lombok atau sayuran. Saat panen  kami yang jual. Baik di tetangga atau di pasar. Nanti ibu memberi persen pada kami. Bapak  dan pakde adalah perokok. Wah dari pada saya disuruh-suruh beli terus. Akhirnya saya beli 1 slop isi 20 bungkus, rokok  sigaret kretek 76 dan gudang garam. Dengan demikian  kalau bapak/pakde  suruh beli rokok, ya kulayani punyaku. Lumayan dapat untung.

Ibu petani ulung, ulet dan tak kenal lelah. Jika saatnya padi akan panen, sebagai ucapan syukur pada Dewi Sri ( dewi padi) biasa  keluarga mengadakan bancak’an. Kami masak nasi banyak , buat urap, jajanan pasar dan potong ayam  untuk buat sesajen. Kami keluarga mengundang ‘kaum’ atau tukang doa.  Tetangga dan orang-orang disekitar kita undang untuk makan rame-rame atau  makan bersama. Berbahagia karena sudah mau panen padi. Tradisi ini masih ada yang  melestarikan karena peninggalan leluhur katanya.

Yang paling membanggakan saya saat SD ( Sekolah Dasar).  Kami  ( Eti, Rita, Edi, Rudi) anak kesayangan guru. Kami yang selalu langganan jadi juara kelas.  Hehe.. mungkin karena  bapak saya juga guru kami jadi penurut. Sampai sekarang kami  masih ingat persis  guru SD kami.  Bapak Supomo, Ibu Sri, Pak Maryatno , Pak Dawud, pak Rabio Rismantoro. Beliau sudah sepuh sekali ( Usia lanjut) sekitar 80-an tahun  tapi masih ingat jika kami ketemu di gereja atau dimana saja. Aduuhh  itu adalah sebuah kebanggaan yang luar biasa. Kadang saya  terharu hingga menitikkan air mata. Oh  guru….  Saat masih kental diingatan  istilah guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Digugu dan ditiru. Hormatku selalu hingga habis nafasku.

Dulu kecil sekitar umur 5 tahun saya masih ingat ada nenek-nenek yang usianya sudah lebih 100 tahun. Nenek itu  kurang diperhatikan oleh keluarganya. Saya ingat sekali saya selalu datang menghampiri. Saya sering curi nasi dan lauk dilemari.  Hehe…   ambil nasi tanpa ibu tahu. Saya bungkus rapi dengan daun pisang yang kupetik di kebun  lalu  kuantar mbah Sarmi. Mbah canggah. Biasa  sebut mbah itu. Kadang saya memberikan uang dari uang saku yang kusisihkan.  Saya duduk manis  dan mendekat erat disamping mbah Sarmi  itu.  Dia mengelus-elus kepalaku dan mbah itu selalu berkata: “ Tak dongakke yo duk,  mugo-mugo kowe sesuk dadi cah apik, pinter, bojo bagus dan urip sing mulyo”. Adem dan rasa damai di dalam dada. Waaahh… begitu senang dengan  doanya mbah itu.  Yang jelas setiap  saya datang dia selalu  memberikan doa restu untuk saya dan katanya berjanji akan  mendoakan masa depan saya. Dengan begitu saya ‘yakin’ dengan ketulusan mbah Sarmi akan membawa hasil Nyata.

Benar saja, hidup memang  pasti tidaklah selalu mulus. Tapi setidaknya berkat doa-doa orang terdekat membuat jadi semangat menjalaninya. Ternyata  doa dan rasa  tenang dan bahagia itu  memberikan dampak yang luar biasa dalam kehidupan kita. Dengan menjalani  hidup selalu bersyukur membuat  damai itu  terasa ‘nyata’. Walaupun hidup itu banyak cobaan, hambatan Tuhan akan selalu mendampingi, memberkati dan senantiasa melindungi kita setiap saat.

Sebagai  cucu, saat menghadapi bulan puasa, kami para cucu selalu berlomba untuk berpuasa. Setiap tahun jika  puasanya tak pernah bolong, Simbah selalu memberi hadiah spesial. Hadiah itu adalah Baju dan sepatu baru. Saat  puasa mulus dan tak putus itulah ‘anugerah’ datang. Saya  yang langganan jadi juaranya. Walaupun saya orang Katholik. Semua kita rukun dan aman-aman saja.  Saya taat puasa. Simbah memberikan 2 baju dan 2 sepatu baru plus tas.  Kereenn…. Saat lebaran dengan banganya kami pergi bersilahturahmi ke  saudara dan tetangga sambil tebar pesona dengan penampilan  pakaian yang serba baru.

Saat SD kelas 3 saya divonis sakit tipus  akut. Saat itu dianggap penyakit sangat berat. Saya opname di rumah sakit  sebulan lebih. Badan kurus, kering dan pucat. Rambut sampai rontok semua. Badan lemas tak berdaya. Sekitar  setengah tahun saya tidak sekolah, tapi  atas kebaikan Bapak ibu guru SD saya tetap naik kelas.  Itulah kenangan saya yang tak akan pernah lupa seumur hidup saya.

Itulah kenangan saat kukecil dulu. Yang Paling berkesan saat aku bisa bermanfaat bagi sesamaku. Merasa berharga walaupun tak  istimewa. Tulus murni saya sadar, saya bukan siapa-siapa. Hanya orang biasa yang selalu bersyukur untuk  nikmat Tuhan. Hidup mandiri, tidak cengeng , rela berbagi dan iklas memberi. Dalam hidup selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Ingin berusaha bisa menyenangkan hati Tuhan dan sesama. Sebai-baiknya  manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.( Hr. Ahmad)

Trimakasih Bapak ibuku. Trimakasih guruku. Trimakasih semua yang sudah mengajariku untuk menjalani  hidupku masa lalu. Kini bapak dan ibuku sudah tiada. Namun kenangan dan kebaikannya tak pernah sirna tetap terpatri di dalam hati. Saat ini secara kasat mata, berkat jasa mereka saya dan adik-adik sudah bisa hidup dicukupkan dari-Nya. Sekarang dan nanti  akan tetap bersyukur dan terus bersyukur dengan yang ada. Bahagia jika mampu menjadi penyalur berkat dan rela berbagi iklas memberi. Niat yang tulus, iklas  walau hidup sederhana tapi akan membuat bahagia.

Ingat kata bapak yang seorang guru, ‘Hanya yang menabur dengan menangis tahu arti menuai dengan penuh suka cita. Orang yang menabur dengan  mencucurkan airmata, ia yang akan paling bahagia saat menuai’.

 

#70harimenulis

#siapataujadibuku

#challenge - 51

#Rumah literasi PMA

#LedwinaEtiWuryani

#Senin, 27Juni2022 

 

Jumat, 24 Juni 2022

A50 Kena batunya Day 50

 


Pentigraf

 

Pak Minggus adalah seorang guru  hebat di SMA Kristal. Sudah lima tahun berturut-turut sekolahnya menjadi juara umum setiap lomba Hardiknas tingkat  Kabupaten, bahkan 2 kali menjadi juara provisi. Untuk meningkatkan  karirnya pak   Minggus dimutasi ke SMA Suria, sebuah sekolah favorit dikotanya.  Pak Minggus  membuktikan jago  lagi 3 tahun berturut-turut  di SMA Suria.  Pak Minggus   semakin dikenal dan  jadi bahan pembicaraan  masyarakat tentang kariernya dalam membimbing siswa tentang ‘Karya Ilmiah’. .

 

Nama Pak Minggus pun tak asing di dunia pendidikan.  Pak Minggus langsung diangkat menjadi kepala sekolah. "Pak Minggus tidak pernah ikut tes Calon Kepala Sekolah, maka  sebenarnya tidak sah sebagai kepala sekolah ." Protes beberapa teman guru. Pak Minggus mulai  gusar, maka jurus 3D (Duit, Dekat, Dekeng) digunakan. Demi ambisinya  dia lakukan dengan segala cara.  Pada tahun ke-2 sukses mendapat juara 1 provinsi pelaporan keuangan. Ambisi pun terus  menggelora.

Karier Pak Minggus  berjalan mulus.  Berkat lobi-lobi  dan  menyogok  akhirnya tanpa proses panjang pak Minggus dilantik  menjadi Kepala Dinas Provinsi. Woww!!  Keren abis!.  Namun sayang. Akhirnya …….. dia tersandung masalah. Pak Minggus  harus menghadapi kenyataan pahit.  Pak Minggus   terbukti menyelewengkan keuangan Negara. Pak Minggus harus  mendekam dipenjara 5 tahun lamanya.  Dia juga  dipecat  dari PNS. Setelah 5 hari dipenjara ternyata pak Minggus ditemukan  bunuh diri dengan minum racun. Anak dan istrinya pingsan mendengar kabar pak Minggus meninggal mendadak. Kasihan.

                                                                                               

 

#70harimenulis
#siapataujadibuku
#challenge - 50
#Rumah literasi PMA
#LedwinaEtiWuryani 
#Minggu,26 Juni2022

 

Kamis, 23 Juni 2022

A49. KenanganDukaIbuku #Day49

 


 

Ditinggalkan oleh orang yang disayangi  pasti rasa sedih.  Hal ini biasa berefek  terhadap diri kita. Meski demikian akan ada pelajaran baru yang bisa kita ambil. Kita perlu butuh waktu untuk  menyembuhkan. Tetap sabar dan  tawakal. Selalu melakukan yang terbaik kepada  almarhum seningga  saat dia  meninggal  tidak terlalu menyesal.  Kita merasa hidup sudah berguna dan berbuat baik untuknya.

Hidup ini sangat singkat tak perlu kita berlarut-larut  bersedih.  Hapuslah segera kenangan bersama almarhum dan buatlah  hal  lebih berguna. Temukan Jati diri kita yang sebenarnya. Terus bangkit dan semangat.

Saya tulis kenangan saat ibuku meninggal di naskah  agar,  saya  selalu mengingat seandainya tulisan  ini dibukukan. Insa Allah.

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara Iman " ( 2 Timotius 4:7 )

Telah pulang ke Rumah Bapa di Surga dalam damai sejahtera Kristus pada hari Sabtu, 16 Oktober  2021 pukul 02.20 WIB. Ibu/Eyang kami yang terkasih :Almarhum meninggal di RS Sint. Carolus JakartaCAECILIA SUTARI. Usia : 76 Tahun

Kami yang mengasihi :

#Anak : Ledwina Eti Wuryani, Rita Eli Wuryandari,Laurentius  Edy Wuryanto,Albertus Rudy Wurdiyanto

#Menantu : Adi Christian Muhu, Wachid Hamidhi, Yunita Ekasari, Margaretha Rini Dwi Lestari

#Cucu: Marcel A.N Hunga Meha, Dwi Ananto Tehu Manja, Devina Hapsari, Yoga Wikandaru, Yasinta Maharani, Vincencia Laura Padmanaba, Marcelline Calya padmarini, S. Damar Aji Wicaksono (alm), B. Evan Aji Prasetyo

Selamat Jalan Ibu/Eyang...kami semua menyayangimu, tapi Tuhan lebih sayang, Selamat beristirahat dalam Damai Tuhan.  Kami segenap keluaga: Eti, Rita, Edi dan Rudi serta para mantu dan anak cucu mohon dukungan doa dan mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya jika ada khilaf  dan kesalahan ibu kami....

 

#70harimenulis

#70haripunyanaskah

#siapataujadibuku

#PMAchallenge - 49

#alineakuLedwinaEti  

 

 

A48. BencanaBanjirBandangdanBadai SerojaNTT2021 Day48

 


 

Ketika itu ……………

Saat kutatap hamparan luas padang sabana,

Tempat ku mengabdi  sebagai abdi negara,

Di Tanah Marapu,  Matawai Amahu pada Njara Hamu,

 

Kulihat Bendungan yang saat itu hancur,

Luluh lantak dan porak poranda,

Rumah-rumah  tenggelam, banjir dengan ganas menerjang

Para penghuni rumah berlari kencang

Mencari aman di tanah ketinggian yang lapang.

 

Sedih… perih…. dan penuh duka lara

Cerita ini menolak lupa

Kisah bencana banjir bandang dan badai membuka ingatan di dalam sanubariku

Luka lama Corona  masih membekas, bencana lain datang

Hati masih terasa sakitdan  belum  tersembuhkan

 

Hati resah, pikiran gelisah, tugas tertunda  tidurku slalu terjaga

Jalan yang sering  kulalui tuk mencari nafkah rusak parah

Jembatan penopang kehidupan hancur tak tertahankan

Rebah terhanyut....

 Rumah   tempat  ku bernaung dihempas badai 

dalam  kesendirian  menatapkan hamparan hampa

 

gemuruh amukan alam sungguh mengerikan

menabur duka dibumi flobamorata

raga tak bersalah  banyak jiwa malang menjadai korban

Pekik bersahut tangisan

Ratapan  menggema dibukit Flobamorata

 

Ceria yang kemarin hilang

Tangisan  pilu, airmata  duka mengalir tak henti

Kematian saudara sungguh menyayat hati

kepadamu Tuhan kupanjatkan doa dan pengharapan

uluran tangan dan kasihmu  sangat berarti  bagiku

jamahan kasihmu akan membalut luka ini

sembuhkan lara hati ini agar bumi ini

kembali tersenyum

 

Kini,

Hari ini Jumat, 24 Juni 2022

Sumbaku sudah kembali berseri

Sebagai infrastruktur sudah terbangan kembali

Bendungan yang hancur tak tersisa kini sudah ada

Para petani tersenyum lega

 

Aktivitas mulai ada

Padi sayuran  ikut berseri tersenyum dihempas angin

Trimakasih kuucapkan kepada pemerintah

Trimakasih para pejabat yang sudah membangun kembali,

Kami rakyat kecil sudah bernafas lega

Siap melanjutkan tugas kami yang tertunda

 

 

Catatan: Flobamorata

Flores, Sumba, Timor, Alor, Atambua

 

#70harimenulis
#70haripunyanaskah
#siapataujadibuku
#PMAchallenge - 48
#LedwinaEti  
#Waingapu, 24Juni 2022

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...