Oh Tuhan!.Rintihku dalam hati. Tak terasa sesak sekali
hatiku, jika ingat saat itu....
Karena hari Sabtu
tak ada kuliah aku pergi ke Eyang di muntilan. Mama suka marah-marah kalau aku tak kerumah Eyang. Sebenarnya aku ada tugaa
untuk mengantar ke gereka setiap hari Minggu.
Tapi bagaimana , kuliahku padat dan tugas banyak. Kadang satu bulan
sekali aku baru pergi ke rumah Eyang di Muntilan.
Sampai di rumah
Eyang ternyata semua
penghuni rumah terpapar covid-19. Nah, saat ini aku jadi dilema. Mau pulang ya tak mungkinlah. Padahal
di situ ada tante Rini, Om Yamto dan Ronald anaknya yang 6 tahun. Akhirnya aku
tetap masuk, makan dan bermain juga dengan Ronald sehabis aku ngantar Eyang
untuk ibadah Sabtu Sore di gereja St. Petrus.
Hari Minggu sore aku pulang ke Jogya karena hari
Senin pagi ada kuliah sesi pertama. Sampai di kamar kos badanku kok terasa lemas...tiba-tiba badanku panas tinggi.
Kepala thiung-thiung, terasa
mau pecah. Ya Tuhan,
ada apaan ini!!. Seumur hidup aku
belum pernah merasakan sakit seperti begini. Aku takut sekali!! Aku mulai
panik. Aku berusaha tenang. Tenggorokanku mulai terasa sakit. Dag dig
dug dadaku bergetar kencang! Aku jadi
ingat...... jangan-jangan aku terserang
covid-19!!.
Kok, yang
kurasakan tanda-tandanya seperti
yang kulihat/kubaca di medsos yang
terpapar covid ganas Delta vaian. Kuambil bawang merah, kuiris lalu kucium....,ternyata tak bisa kurasakan aromanya. Kuambil kaos kaki dalam sepatu yang
kupakai tadi...ternyata aku tak merasakan bau... aku lari ke Indomart beli minyak kayu putih kucium-cium....benar tak
rasa apa-apa. aku mulai gelisah, dan takut. Duhh!!
Secepat itu menularnya! Pasti aku ketularan di rumah Eyang. Rasa hati tak karuan. Jantungpun
terus berdebar kencang. Aku panik dan
gelisah terus! Aku jadi
ingat, O Iya!! Tante Rini positif. Tapi saya tidak salaman
tadi, batinku. Saya juga tetap pakai masker......jangan-jangan....Tuhan!!, ahh!! saya
tak berani curiga.
Getaran jatung semakin
kencang diikuti badan kok tambah panas. Aku batuk, tenggorokan terasa sakit sekali, dahak
yang kukeluarkan warna coklat!! Kepala
terasa berat dan badan semakin panas. Aku
tak sadar apa yang akan terjadi pada diriku. Hampir copot jantungku. Nafasku semakin sesak
malam itu. Aku tak berdaya, hhhh!! aku mau
minta tolong sama siapa!!?????
Kosku berderet empat kamar ...sepi sekali
karena mereka semua mudik. Jadi aku
sendirian. Ya aku sendirian!! Hanya ditemani suara kodok di sawah dan gesekan bambu diterpa angin dan hembusan udara
malam .
Tuhan!!!! “Kuatkan aku!”, rintihku dalam hati. Aku
terus berdoa dan hanya bisa
berdoa. Semoga aku
bisa kuat menjalani sakit dan
penderitaanku ini. Dengan menahan rasa sakit yang amat hebat aku tak bisa
tidur, badanku lemas, deman, panas rasanya tubuh ini, perut perih sekali. Lengkaplah
penderitaanku. Mau lari ke rumah sakit suasana
malam mencekam. Aku tak berdaya. Aku juga tak cukup uang ke dokter.
Mau telpon mama di NTT, percuma. Nti mereka malah panik. Semoga ini
bukan malam yang terakhir bagiku.
Dalam kepanikan aku
mencoba keluar......menatap jam menunjukkan jam 00.23 WIB. Suasana sepi
menambah bulu kudukku berdiri. Kebetulan
dibelakang kamar kosku adalah
kuburan. Di perkampungan pula. Sunyi sepi........ Maklum anak rantau, jadi cari kos yang murah dan sepi. Selain tak memberatkan ortuku yang penghasilannya pas-pasan dengan harapan bisa
belajar dengan baik di lingkungan yang sepi. Angin
berhembus sepoi-sepoi. Menyusup hingga ke nadi. Aku duduk di teras kos seraya merenungi nasib dan
menahan sakitku. Aku tak berani cerita karena takut diusir pemilik kos. Saat
ini lagi heboh-hebohnya orang terpapar. Aku berusaha menenangkan diri.
Biarlah kutanggung sendiri sakitku, aku berusaha bertahan.
Aku hanya ditemani nyamuk yang sesekali
menggigitku. Aku tak bisa tidur semalaman. Sambil menahan sakit kepalaku dan batuk
yang terus tak henti. Mencoba
kutahan.......sampai akhirnya kudengar suara
mesjid adzan subuh dari kejauhan...
kulihat HP ternyata sudah jam 04.43 WIB.
Hari ini
jadwalku harus ke rumah sakit
Betheda...sendiri, ku stater motorku untuk
swab, mbayar Rp250ribu. Aduh!! Mahal sekali, uang makanku seminggu!! Tak apalah, demi sebuah kesehatan. Gegub jantung, rasa
was was dan takut bersamaan
menunggu hasil swab. Tak lama kemudian
perawat membawa hasilnya.
.......ternyata, benar aku positif!!! “Delta Varian” virus terbaru yang
ganas dan sedang menggila.
Kepala terasa
disambar petir. Aku hampir pinsan mendengar berita itu. Untung Tuhan menguatkanku. Dari
62 yang swab disitu, hanya ada 3 orang yang positif. Termasuk aku!. Lunglai rasanya bagai badan tak bertulang.
Aku diberi obat, mungkin vitamin ya. Disuruh
minum setiap hari. Perawat pesan
supaya, ingat prokes ketat, olah raga,
berjemur setiap jam 09.00 WIB dan jangan lupa olah raga. Dengan langkah gontai aku meninggalkan rumah sakit. Aku tak bisa berkata-kata. Aku mau curhat sama siapa. Kalau aku cerita aku pasti diusir, mau kemana??.
Tak terasa airmata menetes deras dipipiku.
Hari demi hari kujalani selama pesakitan ini. Kemarin ada temanku meninggal di kampus,
padahal awalnya dia sehat-sehat. Di Jogya Zona merah, saat itu ternyata di Muntilan zona
hitam menurut berita
akan segera lookdown. Aku jadi
kepikiran dengan nasib diriku. Sakitku belum juga berkurang. Selain panas, tenggorokanku sakit sekali, kumasuki makanan dengan paksa masih teramat sakit kalau menelan.
Jantungku ini deg
degan kencang terus, aku selalu tersugesti
dengan kematian. Aku hanya
bisa terus berdoa dan tak henti. Tuhaaannnnn.......bantu hambamu. Sembuhkanlah aku. Airmata deras selalu membasahi pipiku. Aku takut sekali. Aku tak berdaya. Aku
hampir putus asa.
Akhirnya terpaksa
aku cerita keadaanku ke Tante Fanie yang di Jakarta (adiknya mama no.2) tentang
keadaanku......... Akhirnya tante mengirimkan aku obat Cina ‘Lian Hua’ namanya.
Pasti itu mahal harganya. Harus diminum
3x4 butir sehari selama 9 hari. Obatnya gede-gede pula. Demi kesembuhan aku mulai minum. Tante terus
cek tentang keberadaanku. Sejak tante di Jakarta tahu
saku sakit, makanan enak dan vitamin
terus mengalir terus lewat go-send. Lancar
jaya. Orang sakit obatnya gembira, mencoba tidak
stress, makan yang enak-enak. Semua
dipenuhi oleh tante. Semua ini berkat adanya online, tante yang pesan dari Jakarta barang sampai di kosku. Tante memang paling sayang sama aku, mereka
punya anak perempuan semua. Yang satu kuliah di Jogya dekat kosku dan yang satu SMA di Semarang
Inilah aku. Saatnya
aku berjuang untuk diriku. Aku harus
kuat. Aku sayang pada diriku. Love self. Aku harus sehat.
“pasti bisa!. Ya pasti Bisa. “Tuhaannnnn....dengarkan aku!”, pintaku mohon belas kasihan Tuhan. Tak akan sedetikpun aku meninggalkan Tuhan. Kudaraskan
doaku terus menerus. Aku ingin
hidup!. Aku tak boleh gampang menyerah!
Aku tak ingin orang tua dan
keluargaku sedih mendengar fakta yang kurasakan.
Tenggorokan sakit sekali kalau menelan, tapi terus
kupaksakan diri untuk makan dan minum air panas. Dengan keringat dingin terus
kumasukkan nasi kemulutkan demi
keselamatanku. Aku tak boleh cengeng. Harus
kuat, harus semangat!
Tiba-tiba bapa, mama
telpon, pasti ini tante yang memberitahukan tentang aku. Aku berusaha tenang, aku menutupi sakitku yang sebenarnya. Seolah-olah aku baik-baik saja. Tentunya
agar ortu tetap tenang. Hanya aku berharap semoga Bos tidak tanya
laporan dan Tugas akhirku.
Masa Isoman 14
hari, terasa lamaaaa.....sekali. Sebenarnya aku hampir tak tahan dengan
sakitku, aku tak sanggup lagi menanggung
penderitaan ini. Aku ingin berontak! kesaalllll!!! Tapi sama siapa??? Tuhan tak akan mencobai umatnya melebihi kemampuannya. Aku yakin dan percaya!. Kata-kata itu yang selalu menguatkan
perasaanku.
Puji Tuhan,
dengan penghiburan dari orang-orang
terdekat. Dengan doa. Akhirnya sakitku mulai berangsur sembuh. Tuhan selalu
menjagaku, mendampingiku dan masih memberiku
kesempatan padaku untuk
melanjutkan ziarah kehidupanku.
Trimakasih untuk pengalaman
ini, Akhirnya aku sudah terbebas dari Tante Corona. Aku jadi menghargai kehidupan. Pandemi membuat aku menjadi dewasa dan terus
bersyukur kepadaNya. Beruntung saya tidak punya penyakit bawaan, jadi selamat.
Ini sejarah bahkan pandemi memang ada. Sempat menggoncang dunia. Karena Dia raturan
ribu nyawa melayang. Dia datang ke Indonesia sejal 20 Maret 2020 hingga kini 31
Mei 2022 masih ada juga. Semoga segera tuntas dan kami seluruh dunia terbebas.
#70harimenulis
#siapataujadibuku
#challenge
- 25
#Rumah literasi PMA
#LedwinaEtiWuryani
#Rabu,25Mei2022