Jumat, 20 Mei 2022

Menjadi Penulis Sukses, Apa Tolok Ukurnya?

 

.

Oleh : Cahyadi Takariawan

Success is how you define it. I will never be a best seller in the Times, but that’s not my goal. It now is to create something worth reading, so that the one or two people who need to read it will find it” –Victoria Randall.

.

Apakah tolok ukur sukses bagi seorang penulis? Ketika Anda membayangkan sukses adalah buku yang melejit best seller, tulisan yang mendapat efek share jutaan, atau naskah yang terpilih menjadi juara nasional atau bahkan internasional, Anda harus bersiap untuk mudah kecewa.

Victoria Randall, penulis novel ‘A Pony in The Picture’ memberikan definisi tentang sukses. Baginya, sukses bagi setiap orang bisa berbeda. Setiap penulis boleh memiliki tolok ukur tersendiri atas kondisi sukses yang diinginkan. “Sukses adalah bagaimana Anda mendefinisikannya”, ujar Randall.

Apakah sukses itu jika mendapat predikat best seller dari sebuah lembaga penerbitan? Apakah sukses itu jika mendapatkan tropi ataupiala kejuaraan? Setiap orang berhak memiliki tolok ukur untuk dirinya sendiri. “Saya tidak akan pernah menjadi best seller di Times, tapi itu bukan tujuan saya”, lanjutnya.

Ungkapan Randall ini menarik. Di saat banyak penulis ingin mendapat predikat sebagai penulis best seller dari majalah Times, ia menyatakan tidak berhasrat mendapatkannya. Mengapa? “That’s not my goal. Karena itu bukan tujuan saya”. Itu jawabannya.

Jika ada orang yang merasa dirinya sukses karena mendapat penghargaan best seller, silakan saja. Mungkin itu memang tujuan mereka. Bagi sebagian penulis yang lainnya, bukan penghargaan best seller itu yang diinginkan. Bukan menjadikan predikat best seller sebagai tujuan. Maka jika tidak pernah mendapat predikat itu, bukan berarti gagal.

“Sekarang (fokus saya) adalah menciptakan sesuatu yang layak dibaca oleh khalayak, sehingga satu atau dua orang yang memerlukan akan menemukan tulisan saya,” tambahnya. Ini adalah salah satu cara untuk mendefinisikan sukses secara lebih detail.

Jika ada satu atau dua orang yang membaca tulisan Randall dan mendapat manfaat dari tulisan tersebut, maka itu sudah sukses baginya. Tidak muluk-muluk dirinya membuat ukuran sukses. Bahkan kita bisa membuat ukuran sukses sesuai dengan kondisi masing-masing. Tidak harus sama dalam membuat tolok ukur, karena kondisi diri kita berbeda-beda.

Misalnya, bagi seorang penulis pemula, mampu membuat satu cerpen hingga selesai, adalah sebuah kesuksesan. Mampu menulis satu naskah hingga tuntas, adalah sukses. Berhasil menciptakan satu puisi, adalah sukses. Berhasil dimuat di koran atau majalah, adalah sukses. Itu semua adalah tolok ukur sukses yang bisa berbeda untuk setiap orang.

Sukses Adalah Sebuah “Kondisi Resonansi”

Success for a writer is not determined by whether or not they write a book, or whether or not that book is published” –Heidi DuPree.

Heidi DuPree, penulis buku ‘Awaken Your Greater Health’ memiliki preferensi tersendiri tentang sukses menulis. Menurutnya, “Keberhasilan seorang penulis tidak ditentukan oleh dia menulis buku atau tidak, atau buku itu diterbitkan atau tidak”.

Jangan mengira bahwa penulis baru dikatakan sukses apabila mampu menerbitkan buku. Belum lama saya bertemu dengan seorang jurnalis senior Yogyakarta di sebuah forum. Beliau mengatakan, ribuan tulisan yang telah ia buat dan dimuat di berbagai koran serta majalah, namun tidak ada yang dibukukan.

Tentu kita menyebut dia sebagai penulis sukses karena telah mampu menghasilkan ribuan naskah, bahkan dimuat di berbagai koran dan majalah. Andai saja ribuan tulisan tersebut tidak dimuat di koran dan majalah, tetap saja ia adalah penulis yang sukses menghasilkan ribuan karya tulis.

“Success is not based on the number of books they sell, the number of readers they have or the number of social media followers they acquire. Despite what we have been conditioned to believe, success is not based on performance! Success is a state of resonance that naturally attracts abundance to us” –Heidi DuPree.

Lebih lanjut DuPree menyatakan, “Kesuksesan tidak ditentukan dari jumlah buku yang mereka jual, jumlah pembaca yang mereka miliki, atau jumlah pengikut media sosial yang mereka peroleh”. Kita sering tertipu oleh gegap gempita sosial media. Seakan-akan banyaknya likes, comments dan shares, menjadi satu-satunya tolok ukur kesuksesan.

Pada kondisi sebaliknya, seseorang cepat merasa gagal apabila tulisan yang telah ia possting di media sosial, tidak ada yang memberikan like, comment ataupun share. Ini yang sering saya sebut sebagai penulis baper. Penulis yang menghitung-hitung jumlah like, comment dan share.

“Terlepas dari apa yang telah kita yakini, kesuksesan tidak didasarkan pada kinerja. Sukses adalah keadaan resonansi yang secara alami memberikan keberlimpahan kepada kita,” ungkap Heidi DuPree.

Pada dasarnya, setiap dari kita berhak untuk mengajukan tolok ukur tersendiri. Dengan apa kita menjadi penulis sukses. Saya memiliki level sukses yang bertingkat-tingkat. Sejak yang paling sederhana, yaitu terselesaikannya naskah harian untuk posting di blog Ruang Menulis. Begitu selesai menyusun naskah, saya merasa berhasil.

Pada level berikutnya, saya menghitung jumlah naskah yang berhasil saya produksi pada satuan waktu tertentu. Ini masih dalam hitungan kuantitatif. Berapa naskah saya tulis dalam waktu satu bulan? Dalam waktu satu tahun?

Bagaimana dengan Anda? Apa ukuran sukses dalam kehidupan menulis Anda?

Bahan Bacaan

Aigner Loren Wilson, 7 Practices Beginning Writers Can Do to Ensure Successhttps://writingcooperative.com, 22 Maret 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...