Selasa, 13 September 2022

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

 

Oleh: Eli Halimah

The youth today are the leader tomorrow”

Ungkapan di atas artinya, “Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.” Lalu bagaimana kita mempersiapkan pemuda masa depan?

Salah satu cara mencetak pemuda masa depan adalah dengan keterampilan literasi. Pada abad 21 literasi berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia, terlebih bagi seorang pemimpin.

Kemampuan literasi seorang pemimpin akan berpengaruh pada pengambilan keputusan yang mereka lakukan. Pada akhirnya, keputusan itu diharapkan bermuara pada kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Dalam rangka membekali calon pemimpin masa depan dengan keterampilan ini, sekolah kami telah merancang dan melaksanakan beberapa kegiatan pembiasaan. Kegiatan ini kami buat dalam tiga bentuk. Ada kegiatan yang berbasis membaca, berbicara, dan menulis.

Setiap hari Rabu, dari pukul 07.00 WIB hingga 07.30 WIB, seluruh siswa duduk di halaman sekolah. Mereka diwajibkan untuk membaca buku yang sudah disediakan oleh pustakawan sekolah. Buku itu akan mereka baca pada pekan berikutnya, sehingga mereka harus mengingat betul judul buku tersebut. Untuk mengantisipasi kesalahan membaca pada pekan berikutnya, pustakawan kami juga mencatat judul buku dan nama siswa yang membacanya.

Berikutnya, para siswa harus membaca dua halaman. Setelah sepuluh menit, saya memanggil beberapa siswa dari masing-masing kelas secara random. Siswa yang terpanggil diminta untuk menyampaikan kesimpulan atas apa yang sudah dibacanya. Pada tahap ini tidak semua siswa saya panggil karena kami hanya memiliki waktu sepuluh menit.

Setelah itu, siswa masuk pada kegiatan berikutnya yaitu menulis. Siswa yang telah diberi satu buah buku oleh sekolah, diminta untuk membuat tulisan. Tema tulisan sudah saya rencanakan untuk tiap pertemuan.

Tidak perlu tema yang rumit dan sukar, hanya hal-hal yang kecil dan mudah dicerna oleh mereka. Tema tersebut seperti, mengenalkan diri sendiri, bercerita tentang anggota keluarga, perayaan 17 Agustus, makanan dan kegemaran, cita-cita, dan lain sebagainya. Kegiatan menulis ini dilakukan dalam sepuluh menit terakhir.

Pada pekan pertama, hanya beberapa siswa yang mampu menulis hingga mencapai lima puluh kata. Namun, pada pekan-pekan berikutnya terjadi peningkatan pada produktivitas kosa kata mereka. Gaya kepenulisan pun sudah mulai membaik dan santai, tidak terlalu kaku. Variasi penggunaan kata pun semakin meningkat. Semua peningkatan perbendaharaan kata ini saya catat dalam buku khusus.

Di akhir kegiatan pembiasaan ini, saya mengumumkan dua kategori tulisan untuk masing-masing jenjang kelas. Pertama tulisan dengan jumlah kata terbanyak dan kedua tulisan dengan kategori menarik atau seru. Pada mereka, saya berikan penghargaan.

Bukan sesuatu yang mahal, hanya untuk memberikan apresiasi dan afirmasi atas semua usaha yang telah mereka lakukan. Hadiah yang saya berikan terkadang berupa pulpen, roti, atau susu kotak yang bisa mereka gunakan sebagai sarapan.

Antusiasme para siswa amat menggembirakan. Persaingan positif pun terjadi. Masing-masing ingin menjadi versi terbaiknya di pekan itu. Tentu hanya beberapa saja yang akan mendapat predikat tulisan terbanyak dan terseru.

Setiap pekan selalu ada siswa yang mampu menggeser temannya dalam dua kategori tulisan tersebut. Hal ini menandakan bahwa kemampuan mereka dalam menulis sudah mulai merata.

Haruskah mereka bersaing? Pada tahap awal, biarlah mereka bersaing agar semangat menulis semakin tersulut. Seiring jalannya waktu, saya berharap mereka menulis dengan ikhlas, tanpa mengharap penghargaan apa pun dari orang lain.

Sungguh, itu semua pengalam yang amat seru dan menyenangkan. Bahkan beberapa dari mereka sekarang berani mengirimkan tulisan pada saya. Saya amat terharu membaca semua tulisan mereka.

Semua tulisan siswa saya simpan dalam satu file dengan baik. Saya yakin, satu tahun ke depan, beberapa siswa kami mampu menerbitkan buku solo mereka.

Semoga Allah selalu membimbing mereka agar mampu menulis untuk kebaikan. Juga memberikan keteguhan hati pada saya untuk dapat memberikan jalan dan mempermudah akses bagi mereka agar keterampilan literasi mereka makin meningkat dan semoga bermanfaat bagi diri mereka khususnya dan orang lain umumnya.

Untuk anak-anak, terus berkarya lewat tulisan!

Bionarasi Penulis

Eli Halimah, S. Ag. M.Pd. Kepala Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Tegalbuntu, Ciwandan, Cilegon. Dari ketidakbakatannya menulis, lahirlah empat buku solo dan belasan buku antologi. Bertekad akan tetap menulis hingga akhir hayat.

Mengatasi Kecemasan dalam Menulis

 

Oleh: Leni Cahya Pertiwi, SE, S.Pd (Alumni Kelas Emak Punya Karya)

Suatu hari tetangga saya datang meminjam uang, jumlahnya tidak banyak, satu juta rupiah. Dia berjanji akan mengembalikan pinjaman itu sebulan kemudian. Saya, meskipun sedikit menyangsikan janjinya, tetap meminjaminya sejumlah tersebut. Dalam hati berharap, dia akan mengembalikan tepat waktu.

Ketika tiba waktunya, tetangga saya tersebut wajahnya jadi jarang terlihat. Telah berlalu sebulan dari tenggat waktu, uang saya belum dikembalikan.

Suatu hari saya bertemu denganya secara tidak sengaja, wajahnya mendadak pucat, terlihat cemas. Sapaan saya dijawab dengan permintaan maaf  karena belum bisa mengembalikan pinjaman, padahal saya sama sekali tidak menyinggung tentang utangnya.

Ilustrasi diatas menggambarkan suatu kondisi yang membuat seseorang merasa cemas.

Lalu, apa itu cemas? Menurut KBBI cemas berarti risau hati (karena khawatir, takut); gelisah. Apa yang bisa membuat orang cemas? Jawaban ini tentu tergantung keadaan.

Seseorang mungkin akan merasa cemas saat menghadapi tes wawancara kerja, calon pengantin yang cemas menghadapi hari pernikahan yang semakin dekat, atau seorang suami yang cemas menunggu istrinya bersalin di ruang operasi, dan seperti cerita di atas, seseorang yang cemas karena takut ditagih utangnya. Pun seorang menulis, dapat  mengalami kecemasan.

Lalu, apa saja kecemasan yang dialami oleh seorang penulis?

Dikutip dari buku Modal Dasar Seorang Penulis, Cahyadi Takariawan yang akrab disapa Pak Cah menuliskan beberapa jenis kecemasan yang sering menghambat kreativitas seorang penulis.

Di antara kecemasan tersebut adalah rasa cemas terhadap kualitas tulisan, kecemasan terhadap penilaian orang lain, dan kecemasan terhadap deadline.

Cemas terhadap kualitas tulisan lumrah dialami oleh penulis pemula, bukan tanpa sebab.  Kurangnya pengalaman dan jam tulis yang masih sedikit, membayangi setiap kalimat yang akan dituangkan menjadi sebuah artikel.

Untuk mengatasinya kita hanya perlu berlatih sesering mungkin. Semakin sering menulis, semakin banyak tulisan yang mampu dihasilkan, pada gilirannya akan memengaruhi  kualitas tulisan kita. Ingat, tak ada penulis yang langsung jadi, semuanya butuh proses.

Peningkatan kualitas tulisan dengan sendirinya akan menghilangkan kecemasan berikutnya. Seorang penulis dengan jam tulis yang semakin banyak, tak lagi terkungkung oleh penilaian orang lain. Sama seperti seorang pilot pesawat yang memiliki jam terbang tinggi, akan tetap  tenang saat bertemu  awan comulonimbus. Jadi, berhentilah memikirkan komentar negatif terhadap tulisan Anda. Ingat, seperti iklan sebuah produk shampoo, ‘Rambut Aku Kata Aku’.

Untuk mengatasi kecemasan menghadapi deadline, Pak Cah menyarankan untuk membuat pengaturan waktu yang baik.

Menulis di awal waktu sangat disarankan, karena kita memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk mengendapkan tulisan. Membacanya kembali berulang-ulang, lalu menyunting menjadi artikel atau tulisan yang siap disajikan pada pembaca.

Mungkin belum menjadi artikel yang sempurna. Namun, setidaknya telah melewati proses penyuntingan berlapis, yang tentu akan berbeda hasilnya jika dituliskan dalam kondisi terburu-buru.

Masih merasa cemas dalam menulis? Tenang, Anda tidak sendirian, saya mengalaminya, bahkan tulisan ini dibuat saat saya cemas terhadap deadline. Penulis sekelas Pak Cah saja masih mengalami kecemasan kok. Hanya saja, jangan jadikan kecemasan sebagai dalih untuk tidak menulis. Salam hangat dan tetap semangat.

Biografi Penulis:

Leni Cahya Pertiwi, selain seorang penulis, dia pun berprofesi sebagai pengajar di sekolah menengah atas, Kerinci, Sumatera. Telah menerbitkan buku solo berjudul “Happy Mama, Ibu bahagia Lahirkan Generasi Mulia”

Beberapa buku Antologi: Bianglala Kehidupan di Masa Korona, Cinta Untuk Palestina, Unforgettable, Moments, Cinta Dalam Diam, Kidung Senja, Mutiara Cinta Dua Dunia.

Kamis, 11 Agustus 2022

GURU PROFESIKU, SEKOLAH LADANG AMALKU

 


Oleh : Ledwina Eti

 

Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang-orang hebat.  (juproni.com)

 

               

Jika ditanya mengapa aku  ingin jadi guru?  Itu karena terinspirasi  bapak kandungku yang paling kuhormati dan kukagumi.  Beliau adalah seorang bapak yang  selalu bersahaja. Hidup tenang dan  selalu jadi panutan dimana saja berada. Jadi penasehat yang disegani oleh orang-orang di sekitar kami.

Bapak saya adalah seorang guru. Setiap  hari  pergi mengajar.  Dengan  motor tuanya L2S yang selalu menemani. Dia paling setia untuk tugas-tugas pengabdiannya. Demi untuk mencukupkan  kehidupan keluarga, bapak harus mengajar di beberapa tempat. Yaitu :SPG Van-Lith, STM Pangudiluhur dan SMA K. Pendowo Muntilan. Setiap pagi harus bawa bekal makan karena bapak pulang sore hari setiap hari.  

Dengan sifat yang bapak miliki: Rendah hati dan suka mengalah.  Kakek dan nenekku  begitu sayang  dan bangga dengan profesi bapakku. Setelah kakek saya meninggal warisan tanah seharusnya dibagi 3, karena  ketiga anak kakek adalah laki-laki. Tapi kenyataannya tidak begitu. Bapak menerima  seberapa saja yang diberikan kakek.

Bapakku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kebetulan bapak sendiri yang mau sekolah waktu itu.  Kakaknya tidak mau sekolah. Mereka  suka dirumah saja membantu orang tua kerja sawah. Kakek dan nenekku adalah petani tulen.  Berkat  kerja keras dan tekun belajar maka bapak lulus kuliah, dan akhirnya jadi guru. Bahkan sebagai bukti ijazah bapak saat masih SGB ( Sekolah Guru Bawah) masih ada dan beberapa  nilainya 10.  Kami sungguh terkesan.

Saat itu “sang Guru” masih sering dilihat dengan sebelah mata. Jaman pak Umar Bakri. Guru tua, naik sepeda ontel, hidup sangat sederhana karena gaji yang diterima tidak cukup untuk menghidupi keluarganya. Akhirnya harus cari pekerjaan lain.  Itulah guru saat itu. Tapi jasa guru tak pernah  diragukan. Jasanya terlalu besar karena gurulah yang bisa mengantarkan anak-anak untuk meraih cita-citanya. Maka saat itu guru  dijuluki ‘pahlawan tanpa tanda jasa’. Saya masih ingat lagu guru yang selalu didengungkan diradio-radio dan di TV saat itu , bunyinya begini:

Kita jadi pandai karena pak guru.

Kita jadi pintar karena bu guru, 

Gurulah pelita, penerang dalam gulita

Jasamu tiada tara.

 

 

              Saya anak pertama dari empat bersaudara. Hanya saya saja yang jadi guru. Adik-adik  semua  Sarjana Teknik almamater UGM dan  Univ. Atmajaya.  Saya ingin jadi guru karena  guru pasti  akan selalu dibutuhkan. Mudah cari kerja dan pasti laku di sekolah untuk mengajar.  Guru akan dihormati dan dihargai.  Guru bisa melatih, mendidik, mengajar  peserta didik. Seolah ada kebanggaan tersendiri di sanubari dan di hati yang tak bisa diungkapkan. Mudah dirasakan tapi susah dikatakan. Begitulah. Bangga bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk ikut mencerdaskan anak bangsa.

 

Hal itulah yang membuat saya selalu mengagumi bapak. Banyak nasehat-nasehat yang selalu kami dengar dari bapak yang seorang ‘guru’.  Serasa Indah dan menyejukkan hati. Dengan begitu akhirnya saya begitu tertarik  menjadi guru.

              Lulus SMA saya langsung daftar di IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan)  Sanata Dharma Yogyakarta. Saya ambil  FPMIPA  jurusan matematika. Tanpa menunggu lama, setelah lulus kuliah saya langsung bisa mendapatkan SK CPNS dan ditempatkan di daerah konflik Timor-Timur.  Saat itu, tahun 1990 Tim tim masih ‘agak’ genting. Tapi namanya abdi negara, harus rela ditempatkan dimana saja, di seluruh pelosok Nusantara. SK pertama kami mengajar di SMA Negeri Maliana Bobonaro . Sebuah kota kecil di Tim Tim. Saat itu baru satu-satunya SMA di kabupaten itu.  Semua adalah guru pendatang dari seluruh  Indonesia.  Ada yang dari batak, sulawesi, kalimantan, Jawa dan lain-lain. Yang  jelas seru deh saat itu  bisa berteman dan akrap dengan mereka.  Serasa senasib sepenanggungan.

              Bukan kebetulan, SK saya datang bersamaan dengan bapak kandung saya di Timor Timur. Di sekolah yang sama pula. SMA Negeri Maliana, Bononaro , Timor Timur.  Saya sebagai guru biasa dan bapak sebagai kepala sekolah. Selama bapak kandung jadi kepala sekolah, saya tak pernah punya tugas tambahan. Bahkan jadi wali kelas saja tidak. Jadi saya pribadi tak ada kemajuan, seolah tak kompeten. Seolah bapak tidak mempercayai kemampuan anaknya, hehe…Di Maliana tiga tahun lamanya.

Seiring berjalannya waktu bapakku (HR. Sudayat) dimutasikan di kota provinsi menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 1 Dili Timur-Timur. Suamiku juga  adalah  seorang guru. Dia orang NTT, karena belum juga lulus PNS di tempat kelahirannya, akhirnya  ikut serta bergabung dengan kami di Tim Tim.  Sekali tes  CPNS langsung Lulus.  Dia ditempatkan di SMKK Negeri 1 Dili Timor Timur.

Kami bertiga berprofesi guru. Saat itu saya masih di Maliana, setelah suami PNS  saya mengajukan permintaan untuk  mutasi di Dili.  Benar, akhirnya saya dimutasikam di SMA Negeri 3 Dili Timor Timur. Sebagai guru bersyukur saya diberi kesempatan untuk mengajar PGSD  menjadi Tutor.  Selain itu saya juga diminta untuk  menatar di BPG ( Balai Penataran Guru ) bahkan diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan Widyaiswara tingkat nasional di P4TK Yogyakarta 2 kali.

Sebuah kebanggaan bagi saya, karena tidak semua guru mendapatkan kesempatan itu. Itu berkat, menjadi fasilitator di BPG,  nota bene punya tambahan penghasilan. Puji Tuhan. Dengan begitu saya bisa membangun rumah untuk tinggal. Hari demi hari kita lalui dengan penuh syukur, sebagai keluarga baru kami menikmati seluruh anugerah yang sudah Tuhan berikan padaku. Kami menyadari Kabahagiaan tidaklah muncul  dari harta yang melimpah, tapi muncul dari kebiasaan  hidup yang wajar dan normal.

Kebahagiaan tidak berjalan lama. Suasana Timor Timur semakin mencekam. Pemberontakan terjadi dimana-mana. Beruntung saat itukedua anak saya sudah saya titipkan di Jawa bersama Eyangnya.  Suasana Timor Timur  bukannya semakin membaik tapi  akhirnya……Timor Timur merdeka!  Kami Warga Indonesia harus ‘dipulangkan. Korban berjatuhan. Suasana panik. Saya pun harus meninggalkan Tim Tim dengan segera. Harta benda yang ada kita tinggalkan semua.

Tahun 2000 SK pun turun di SMA Negeri 2 Waingapu, Sumba Timur, NTT. Kami merangkak  dari ‘nol’. Penuh keprihatinan. Penuh perjuangan. Kini  di tempat baru rumahpun  masih ‘numpang’ di kakaknya suami. Bersyukur kami punya SK PNS. Gaji kami tak berkendala.

Hari-hari kami jalani dengan penuh syukur. Kita berusaha untuk selalu bahagia atas nikmat Tuhan. Kita lupakan yang sudah berlalu, kita  membangun semangat yang baru di tempat yang baru. Trimakasih Tuhan kami masih diberikan nafas dan kehidupan.  Kami tak pernah menyesali yang sudah terjadi. Harta bisa dicari. Itu hanya ‘titipan’ dariNya.

Waktu terus berjalan tak terasa kini saya  meninggalkan Timor-Timur sudah 22 tahun. Jika tak kami tulis disini berarti  keluarga tak pernah tahu kalau kami adalah  korban konflik bencana. Sebagai guru, kami akan setia terus mengabdi hingga pension nanti. Aku tetap bangga dengan profesiku. Di  bulan April tahun 2026 tugas sebagai guru selesai. Empat tahun tak lama. Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang.  Semoga di masa pensiun nanti masih bisa berkarya dan  bermanfaat bagi sesama. Amin.

 

#Pembelajar  sejati,

Longlifeeducation, Rela  terus belajar mengeluarkan tenaga, pikiran, mengeluarkan anggaran untuk membeli fasilitas/sarana yang diperlukan. Misal Komputer, HP, Printer, data yang memadai.

Jadilah pensil yang bisa menuliskan cerita bahagia. Jadilah penghapus yang bisa menghilangkan  kisah sedih.

Jika kamu hanya membaca buku orang lain, kamu hanya memiliki apa yang orang lain pikirkan.

Maka, tulislah kisahmu dalam buku, agar orang lain tahu ceritamu. Buku adalah sahabat paling setia. Dia rela mendampingi sepanjang waktumu. Dimanapun kamu berada.

 

 

Salam literasi...      Penulis bernama Ledwina Eti Wuryani, Asli Magelang Jawa Tengah  yang tinggal dirantauan sejak tiga puluh tahun yang lalu.  Lulusan  IKIP Sanata Dharma tahun 1989.  Seorang ibu dengan 2 putra ( Marcel dan Anto), ibu rumah tangga dari suami Drs Adi Ch. Muhu, mantan korwas Sumba Timur.  Penulis adalah guru di SMA Negeri 2 Waingapu Sumba Timur, NTT. Pernah  juara 2 gupres tingkat UPTD wilayah 10 NTT.  Pernah jadi Tutor PGSD , penatar (Widyaiswara)  di BPG Timor-Timur. Sudah  banyak artikel  ditulis oleh penulis dan yang ditulis di berbagai media masa  ,lokal ada juga yang  propinsi NTT.  Sudah 50-an  buku solo dan  Antologi sejak  ada  wabah Pandemi corona Maret 2020. Tulisan antologi ada cerpen, puisi,  story telling, Cerita tentang Belajar dari rumah ( PJJ)  dan lain-lain.  Penulis bisa dihubungi melalui email ledwinaetiwuryai@gmail.com , ledwinaastiwi44@guru.sma.belajar.id , fb, IG dan You tube :  Ledwina Eti  dan blog  etiastiwi66.blogspot.com  HP WA 085 230 708 285

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 07 Agustus 2022

NYATA KARENA DOA

 


Tanggal tua , saya pribadi sebagai  seorang ASN sungguh  rasa yang paling menderita. Uang tak ada, gaji bulanan sudah ludes. Kepala pusing cenut-cenut  karena saya harus membayar  Regis anak saya  yang sudah lambat beberapa bulan.  Sudah kena denda berapa?? Ahh!!  Aku jadi stress!.  Ada beberapa teman yang pinjam uang mereka hanya janji-janji. Hati jadi super jengkel kalau ingat. Saat mereka  butuh datang menangis, mengeluh, mendesah. Permainan drama mereka sungguh luar biasa.  Saya  cepat iba. Tak segan kupinjami uang yang mereka minta.

Saat ini saya kebingungan cari uang. Aku berpikir  tenang, toh nanti teman yang utang akan bayar sesuai dengan janjinya. Aku sms mereka. Aku optimis, pasti  mereka  akan ganti uangku.  Semua tak menjawab. Ya Tuhan,  kenapa???  Aku jadi mulai gelisah. Aku terpaksa datang kerumah mereka. Diawali dengan basa-basi, akhir  aku ngomong ‘tujuan utama’  atau ‘pokok persoalan’ aku bersilaturahmi.  Dia (si peminjam)  omong mutar-mutar, keluh kesah bahkan dengan deraian airmata. Intinya mereka belum bisa bayar. Hati kuajak sabar. Pikranku kuajak untuk tenang. Sabaarrrr. Sebenarnya aku sudah berusaha sabar karena  pinjaman mereka itu ada yang sudah belasan tahun. Ternyata jadi orang baik itu tak selalu mujur. Baik kalau pinjaman berbunga. Eaalahh.. boro-boro berbunga,  saat pinjam mereka rata-rata janji 2 minggu saja langsung kembali!. Tapi faktanya sampai tahunan!! Dada sesak. Ingin menangis. Yang paling menyakitkan, Dia bisa beli motor baru ada yang  beli mobil baru!!. Tapi utang dilupakan. Karena tak tahan, aku terpaksa curhat sama suami. Ehh!! justru saya kena mengamuk. Aku dianggap orang yang tolol, mau saja kasih pinjam orang tanpa jaminan.

Aku berusaha tenang.  Aku menunggu saat  di rumah sudah sepi. Nah, semua penghuni rumah sudah pergi sekolah, suami sudah kekantor aku sengaja lambat karena aku mengajar jam 10.00 WITA. Kututup pintu, kunyalakan lilin. Aku  berdoa dengan kusyuk, kusampaikan semua permasalahanku padaNya.  Apa yang terjadi!! Esoknya kubaca WAG sekolah ada berita sertifikasi sudah turun 12 jt. Saat arisan dikocok, eh!! Namaku keluar, 2 jt. Di arisan sekolah, namaku keluar juga, 1 juta. Tiba-tiba saja kepala koperasi yang kontrak rumah membayar 19 jt. Woww!! Oh, Tuhan…..Tak pernah kubayangkan, rejeki datang dalam waktu yang bersamaan. Memang benar Tuhan sudah mengatur.  Semua akan indah ‘tepat’ pada waktunya. Tak pernah aku melupakan untuk bersyukur padaNya. Trimakasih Tuhan, ini bukan kebetulan.

Jumat, 29 Juli 2022

Perenungan 30 Juli 2022 , Hari raya 1 Hijriah 1444

 


BAHAGIA

Jika kekayaan bisa  membuat orang bahagia
tentunya Adof Mercle orang terkaya  dari Jerman  tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.

Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia.
Tentunya Michael Jackson  penyanyi terkenal itu tidak akan minum obat tidur hingga overdosis

Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia
Tentunya G. Vargas presiden brazil tidak akan menembak jantungnya sendiri

Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia,
Tentunya Marlyn Monro artis cantik dari USA tidak akan minum alkohol dan obat depresi hingga overdosis

Jika kesehatan  bisa membuat orang bahagia,
tentunya Thierry Costa dokter terkenal dari perancis tidak akan bunuh diri akibat sebuah acara televisi.

Ternyata bahagia atau tidaknya seseorang
bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya, sehatnya ataupun sesukses apapun hidupnya,


Tapi juga  yang membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri
mampukah ia mensyukuri semua yang sudah dimiliki  dalam segala hal?

Andaikan kebahagiaan bisa dibeli  dengan uang pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan  dan kita akan sulit mendapatkannya karena sudah diborong oleh mereka.
kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat pasti dibelahan lain bumi ini akan kosong
karena semua orang akan kesana berkumpul dimana tempat kebahagiaan itu berada.
Untunglah kebahagiaan itu di dalam hati masing-masing setiap manusia,
jadi kita  tidak perlu membeli atau  pergi mencarinya.

Yang kita butuhkan adalah hati yang bersih dan iklas  serta pikiran yang jernih
maka kita bisa menciptakan rasa  bahagia itu kapanpun, dimanapun dan dengan kondisi apapun.

KABAHAGIAAAN ITU HANYA DIMILIKI OLEH ORANG-ORANG YANG PANDAI BERSYUKUR.

 

 Sumber, WA Group, Anonim

  • Bersyukur …
  • Berterimakasihlah  kepada yang memberi  segala  kehidupan…

 

 


Minggu, 24 Juli 2022

WARTA SMANDU

 

MPLS SMA Negeri 2 Waingapu

 

www.sma2waingapu.sch.id. SMA Negeri 2 Waingapu  melaksanakan MPLS  dengan tatap muka, 2 tahun sebelumnya dengan daring  karena  adanya Pandemi.  MPLS adalah Masa Pengenalan lingkungan sekolah  yang wajib diikuti oleh  seluruh peserta didik baru.

MPLS SMA  Negeri 2 Waingapu dilaksanakan  Dari hari Senin, 18 – 20 Juli 2022.  Sebagai  lokasi tempat pelaksanaan  di Aula SMA.

Para peserta didik  Baru smandu yang berjumlah  372 terlihat antusias mengikuti MPLS. Sebagai Narasumber  Materi  adalah 1). Arti dan makna Wawasan Wiyata Mandala oleh  Bapak Drs Yustinus N. Beku 2). Pengenalan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka oleh bunda Dra Ati K Iki, guru Kimia sekaligus Wakil kepala Sekolah bagian Kurikulum. 3). Belajar Efektif  oleh  Ibu Arni Hada Indah, S.Si. M.Pd.(guru Matematika) 4). Kesadaran berbangsa dan bernegara , Bp. Letda. Inf. Rafael Tende. 4). Kepramukaan, Bapak Fathurrahman Abubakar ,Pembina Pramuka Smandu. 5). Pembinaan Mental Beragama, Ibu Nelce Hawu Piga, S.Pd. M.Pd.K ,guru agama KP. 6). Tatakrama, Ibu Dra. Magdalena Mila Ate , Ibu Guru Bahasa Inggris. 7). Pendidikan karakter dan Profil Pelajar pancasila, Ibu Solfina Malahina, S.Pd. 7). Sosialisai Dapodik, Bp. Marthen Windi Liti, operator sekolah. 7). Literasi Digital, Ibu Ledwina Eti , guru matematika dan pegiat Literasi. 8). Tata tertib siswa, Bp. Devyt Hartono kalumbang, guru Sosiologi dan Pembina Osis.

Selain peserta didik  menerima materi  dari para narasumber, mereka juga  wajib  mengikuti lomba dan  gelar talenta. Gelar talenta yang diprakarsai oleh ibu Solfina ketua panitia MPLS  begitu meriah.   Gelar talenta   meliputi  bernyanyi Solo yang diikuti 2 orang, Vokal group, Karate , Taekwondo, Puisi, Dance. Tak ketinggalan  Stand Up Komedi oleh  guru olah raga Bp. Salmon Wulang yang membuat suasana menjadi tambah meriah   karena menarik, penuh semangat dan lucu.

 Lomba Yel-yel  ada 3 kelas yang menjadi juara. Ada pemilihan kelas terfavorit. Tak ketinggalan  pemilihan putra-putri MPLS. Mereka adalah  peserta didik yang  terpilih dari kedisiplinan, ketertiban, keaktifan  dan kerapiannya.  Ada satu calon penulis yang sudah muncul karyanya, Nona Sarlince tamu Ina. Menulis Story Telling dengan tema ‘Ibunda’ yang berjudul “Ibu terhebat” dari Ruang 7. Karya ini adalah salah satu tulisan yang akan dibukukan untuk ‘Rumah Literasi Smandu”.  Selain itu seluruh siswa  diwajibkan membuat ‘karya’  atau produk untuk gelar karya di ‘mading sekolah’ dan rencana untuk isi pameran.  Dari semua hasil karya dipilih 5 karya terbaik untuk mendapatkan apresiasi. Urutan karya terbaik adalah 1). Patricia N Loda Deta.2). Rejeka Fola M. Diki. 3). I Ketut Catur Narayana. 4). Cindi Anggela P. Radin. 5). Olivia Dominggus.

Hari Senin, 25 Juli 2022 adalah upacara perdana. Upacara pembukaan Tahun Pelajaran 2022/2023. Karena Bapak kepala Sekolah berhalangan,  Inspektur Upacara diwakili  oleh Ibu wakil Kelapa Sekolah bagian kurikulum, Dra Ati K Iki. Upacara begitu khidmat dan tertib. Peserta Upacara lengkap seluruh warga  sekolah. Dari guru, pegawai dan siswa/I SMA Negeri 2 Waingapu. Salah satu agenda dalam upacara  adalah pembagian hadiah bagi para peserta yang menang lomba. Betapa bangganya mereka namanya disebut untuk maju ke depan menerima hadiah. Bukan  harga dari hadiah, tapi apresiasi bagi mereka untuk terus mengembangkan bakatnya.

‘Selamat’  bagi  siswa yang berprestasi. Teruslah berprestasi! Raihlah mimpi dan wujudkan untuk masa depan yang lebih baik. Smandu  BISA! BISA! PASTI BISA!  itulah semboyan dan Yel smandu.  (Led.Et)

 

 

 

Sabtu, 23 Juli 2022

Antologi Sekolah

 Rumah Literasi SMANDU


  • YUK MEMBUAT BUKU ANTOLOGI
  • PASTI TERBIT

Kurator : Ledwina Eti Wuryani, S.Pd dan Editor: Fathurahman Abubakar, S.Pd

Syarat dan Ketentuan Naskah  :

1. Peserta grup menulis, hanya boleh mengirimkan 1 Naskah.

2. Naskah berupa Tulisan dengan Tema : Bundaku  cerita tentang aku, ibu dan keluargaku

3. Naskah minimal 3 halaman maksimal 5 halaman A4. Naskah ditulis dalam format : Ms Word, TNR 12, spasi 1,5 rata kanan kiri, margin normal

4. Deadline pengumpulan  hari Minggu, 14 Agustus  2022 Pukul 23.59 WITA

5. Kirim naskah ke e-mail : ledwinaetiwuryani@gmail.com dan  emailnya pak Fathur

6. Tulis biodata singkat dalam bentuk narasi, maksimal 100 kata jangan lupa  foto profil.

7. Naskah tidak mengandung unsur SARA. 

8. Yang lulus kurator akan dibukukan dan mendapatkan hadiah menarik

8. Penulis mendapatkan  sertifikat soft copy 

9. Jika buku terbit yang ingin memiliki bukunya mengganti ongkos cetak Rp. 50K

10. Program buku antologi berada dibawah naungan Ibu Ledwina Eti Wuryani, Bapak Thomas A Sogen (Ketua Agupena NTT) dan Ibunda Lilis Sutikno (Penulis Best Seller) dan Percetakan CV. Bumi Cendana.

11. Untuk join silakan masuk grup :  “klik: tautan ini untuk bergabung ke grup WhatsApp  “Antologi Ibunda “  https://chat.whatsapp.com/GpXbOTVm4TJEJ05mi0l04T


Ayo Berkarya Tanpa Batas, Kuota Terbatas!.

Berkarya  untuk keabadian!

‘SMANDU BISA, BISA, BISA  “pasti bisa!!!”


Guru dan Siswa boleh bergabung.

mari hidupkan literasi SMANDU,  oleh kita dan untuk kita.


TRIMAKASIH.

Menulis untuk Menyiapkan Generasi Literasi Masa Depan

   RUANGMENULIS    4 SEPTEMBER 2022  3 MIN READ   Oleh: Eli Halimah “ The youth today are the leader tomorrow” Ungkapan di atas artinya, “Pe...